Bab 12

Yuna mengetuk pintu. Memanggil Barra beberapa kali sampai akhirnya Barra membukakan pintu dengan keadaan kemeja yang kancingnya sudah di buka hingga dada.

Yuna langsung menundukkan pandangan, tidak biasa melihat bagian dada laki-laki dengan jarak sedekat itu.

"Ada apa.?" Tanya Barra sembari merapatkan kemejanya agar bagian dadanya tertutup. Rupanya dia sadar kalau Yuna tidak nyaman melihat bagian dalam. tubuhnya.

"Ini tehnya,," Yuna menyodorkan nampan pada Barra. Jika bukan karna Mama Rena, tidak mungkin Yuna akan menyusul Barra ke kamar.

Berhadapan dengan Barra seperti ini saja sudah membuatnya sangat canggung.

Sayangnya harus bersikap normal di depan Mama Rena agar pernikahan kontrak mereka tidak di curiga.

"Aku mau mandi dulu. Kenapa nggak taruh di bawah saja. Nanti setelah mandi aku turun lagi ke bawah." Tolak Barra. Dia enggan mengambil tehnya. Saat ini yang dia butuhkan hanya berendam di dalam bathtub untuk mendinginkan tubuh dan isi kepalanya yang mulai panas.

Pernikahannya dengan Yuna hanya menambah beban pikiran hingga terasa menguras tenaga.

"Tapi,,,,"

Ucapan Yuna langsung dipotong oleh Barra.

"Bawa turun saja Yuna, aku mau mandi sekarang." Perintahnya dan sedikit mengusir Yuna meski tidak mengatakan langsung.

Barra hendak menutup pintu, namun Yuna langsung mencegahnya.

"Tapi Mas, Mama yang nyuruh aku anterin teh ini ke kamar." Tutur Yuna lirih. Matanya langsung melirik ke arah tangga, takut tiba-tiba Mama Rena muncul disana dan mendengarkan obrolan mereka.

"Mama.?" Barra mengulangi ucapan Yuna. Saat itu juga Yuna mengangguk cepat.

"Aku nggak mau sampai Mama curiga kalau sebenarnya pernikahan kita,,,,

"Euummm,,," Mata Yuna melotot sempurna. Tiba-tiba Barra menutup mulutnya dengan telapak tangannya yang lebar.

"Diam." Pinta Barra. Dia menyingkirkan tangannya dari mulut Yuna, lalu menarik pelan lengan Yuna untuk di ajak masuk ke dalam kamar.

Barra langsung menutup pintu dan menguncinya.

"Ke,,kenapa di kunci.?" Tanya Yuna gugup. Dia menatap pintu yang terkunci dengan ekspresi panik. Pikiran negatif seketika bersarang di kepalanya.

Bagaimana tidak, sejak hari pertama mereka menikah, Barra belum pernah menyentuhnya layaknya pasangan suami istri.

"Jangan mikir macem-macem, aku juga tau kamu belum siap. Lagipula ini masih sore." Ucap Barra datar. Wajah Yuna langsung merona. Dia sangat malu pada Barra karna memang memikirkan hal itu.

Seharusnya Yuna juga bisa melihat kalau Barra terkesan tidak tertarik untuk menyentuhnya meski dalam surat perjanjian tertulis bahwa Barra akan menyentuhnya.

"Untuk jaga-jaga saja, takut Mama kamu tiba-tiba datang kesini." Lanjutnya sembari berlaku dari hadapan Yuna. Dia masuk ke dalam kamar mandi.

Yuna meletakkan nampan di atas meja, kemudian duduk tenang di sofa menunggu Barra sampai selesai mandi.

Yuna enggan keluar lebih dulu atau keluar sendirian tanpa di dampingi Barra, takut Mama Rena akan banyak bertanya dan kembali menasehatinya.

Barra keluar dari kamar mandi dengan memakai baju santai. Penampilan yang sangat berbeda dari yang sering Yuna lihat sebelumnya. Jika biasanya Yuna melihat sosok Barra yang berwibawa dengan setelah jas lengkap atau hanya dengan kemeja, saat ini Barra terlihat jauh lebih muda.

Yuna memalingkan wajah saat pandangan matanya bertemu dengan Barra. Meski sudah tertangkap basah oleh Barra, Yuna berlagak santai dengan meneguk teh miliknya.

"Sudah selesai kan.? Aku mau keluar Mas,," Yuna bangkit dari duduknya. Membawa nampan dan cangkir miliknya yang sudah kosong.

"Ini tehnya sudah nggak hangat lagi, Mas Barra mandinya kelamaan." Tuturnya sembari menatap teh yang dia tinggal di atas meja.

"Mau dibuatin lagi atau,,,

"Itu saja." Potong Barra. Dia berjalan mendekat, sedangkan Yuna justru menjauh karna memilih untuk cepat-cepat keluar dari kamar.

"Ya sudah. Aku ke bawah dulu." Pamitnya. Barra hanya memberikan anggukan, lalu duduk di sofa dan meraih cangkir di atas meja. Yuna masih sempat melihat Barra meneguk teh sebelum keluar dari kamar.

Terlepas dari status pernikahan yang hanya di atas kertas, Yuna masih bisa merasa bersyukur. Setidaknya dia tidak mendapat perlakuan buruk dari Barra.

"Mama mau pindah ke kamar.?" Tawar Yuna. Dia berjalan menghampiri Mama Rena yang masih berada di ruang tamu.

"Boleh, sepertinya Mama harus istirahat dulu sebentar." Balasnya dengan wajah yang terlihat mengantuk. Sehari sebelum diperbolehkan pulang, memang Mama Rena kurang tidur.

"Sini biar Yuna anterin." Yuna langsung membantu Mama Rena berdiri. Menuntun dan membawanya ke kamar.

"Sementara kamar Mama di bawah dulu ya, biar nggak capek naik turunnya. Nanti kalau Mama sudah sehat, boleh pindah ke kamar atas. Di sana kamarnya lebih luas." Tutur Yuna antusias.

Dia sengaja menjelaskan semua itu agar Mama Rena tidak berfikir macam-macam karna di tempatkan di kamar bawah yang seharusnya di peruntukan sebagai kamar tamu. Meski Yuna yakin Mama Rena tidak akan mempermasalahkan hal itu.

Tapi setidaknya dia sudah menjelaskan pada sang Mama.

"Mama malah lebih nyaman kalau disini. Kalaupun Mama sudah sehat, tetap saja capek kalau harus naik turun tangga. Beda sama kamu yang masih muda." Mama Rena mengulas senyum tipis.

Alasan yang di berikan Mama Rena memang benar adanya, tapi sebenarnya dia juga punya maksud lain. Mama Rena tidak mau mengganggu atau membuat Yuna dan Barra merasa canggung jika kamarnya harus bersebelahan. Sebagai orang yang pernah mengalami masa-masa pengantin baru, Mama Rena paham betul kalau keduanya membutuhkan privasi.

"Yasudah, gimana baiknya aja." Yuna menyerahkan semua itu Mama Rena. Dia juga enggan memaksa, asal Mama Rena nyaman menempati kamar itu.

"Yuna ke dapur dulu Mah, mau masak buat makan malam." Yuna beranjak dari kamar Mama Rena.

Dia langsung tempur dengan peralatan dapur.

Sementara itu, Barra yang sudah meneguk habis teh buatan Yuna, beranjak mengunci pintu kamar.

Dia mengambil ponselnya di dalam laci, lalu menghubungi Cindy sembari berjalan ke balkon.

Barra memikirkan Cindy yang malam ini akan tidur sendiri tanpa dirinya. Entah bagaimana Cindy akan melewati malamnya saat suami yang sangat dia cintai bermalam di rumah madunya.

"Sayang,,," Panggil Barra begitu panggilannya terhubung.

Rona bahagia seketika terpancar dari wajah Barra setelah melihat wajah cantik Cindy diseberang sana. Sorot matanya berbinar, penuh dengan cinta yang mendalam.

Cindy tersenyum lebar, meski senyumnya tidak secerah biasanya.

"Ada apa.?" Ujarnya lembut.

"Aku mencintaimu." Ucap Barra.

Cindy kembali tersenyum. Hampir setiap hari Barra mengatakan itu padanya, tapi rasanya masih sama saat pertama kali Barra mengatakan itu padanya 8 tahun silam.

"Aku juga mencintaimu." Balas Cindy.

"Cintai juga istri baru kamu, karna dia yang akan menjadi ibu dari kamu kelak." Pintanya.

"Jangan membahas hal itu." Tegas Barra. Raut wajahnya seketika berubah.

Entah sudan berapa kali Cindy memaksanya untuk membagi cinta dengan Yuna.

"Aku minta maaf." Cindy terlihat merasa bersalah telah membuat Barra kesal.

"Apa dia ada disitu.? Aku boleh melihatnya.?" Tanyanya dengan raut wajah penasaran. Manik matanya terlihat sedang mencari - cari sosok orang lain di layar ponselnya. Padahal jelas-jelas tau kalau Barra mengarahkan ponselnya pada wajahnya saja.

"Dia tidak disini. Apa kamu ingat perjanjian kita.? Aku nggak akan mengijinkan kamu melihatnya sebelum waktunya tiba." Ucap Barra tegas. Dia masih bersikeras tidak mengijinkan Cindy melihat Yuna.

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

haahh.. nyesek tau thor... yg namanya poligami tetap ada hati yg tersakiti apa lagi pernikahan tanpa cinta... dan tajutnya Yuna main hati pasti akan lebih tersiksa..

2023-07-24

2

Fajar Ayu Kurniawati

Fajar Ayu Kurniawati

.

2023-06-02

1

xaxia

xaxia

kasihan bgt sm yuna, sni yuna sy peluk..

2023-03-09

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Info
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Info

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!