Bab 11

"Di belakang saja, temani Mama kamu." Ujar Barra yang melihat Yuna kebingungan setelah Mama Rena masuk ke dalam mobil.

"Iya,," Yuna bergegas masuk menyusul Mama Rena sesuai permintaan Barra. Lagipula memang tadinya dia ingin duduk di belakang agar bisa menjaga Mama Rena yang terlihat masih lemah.

Interaksi antara Yuna dan Barra tidak lebih dari sebatas itu setelah mereka masuk kedalam mobil. Tidak ada obrolan yang terjadi. Keduanya juga bingung harus membicarakan apa. Karna begitu mereka sah sebagai suami istri, keduanya seolah hidup masing-masing dan pernikahan mereka hanya sebuah status semata.

Kecanggungan yang terjadi di dalam mobil, kembali menarik perhatian Mama Rena. Beliau bukan mau mencampuri urusan rumah tangga putrinya, bukan juga ingin tau lebih jauh kehidupan mereka. Namun interaksi dan gerak tubuh keduanya, memaksa Mama Rena harus berfikir keras mengenai apa yang sebenarnya terjadi di antara anak dan menantunya.

Berulang kali mencoba berpikir positif, namun berulang kali juga sikap keduanya mematahkan pemikiran postif itu.

Sebagai orang tua yang tau bagaimana kehidupan dan kesedihan Yuna selama ini, Mama Rena berharap Yuna bisa bahagia dengan orang yang tepat. Menjalani pernikahan tanpa adanya kegagalan dan luka seperti yang menimpa dirinya.

"Apa rumahnya jauh.?" Mama Rena membuka pembicaraan. Menatap Yuna dan Barra bergantian.

Mengulas senyum tipis untuk menutupi kecurigaan yang sedang dirasakan.

"Nggak jauh dari tempat tinggal kita sebelumnya Mah."

"Rumahnya enak, adem soalnya banyak pohon. Mama pasti betah tinggal di sana." Tutur Yuna antusias. Dia mengusap pundak Mama Rena berulang kali sambil terus menatapnya.

"Semoga Papa nggak tau kita pindah tempat tinggal. Yuna pengen kita hidup tenang, fokus sama pemulihan kesehatan Mama." Yuna berdoa penuh harap. Dia ingin hidup tenang dan bahagia meski keluarganya sudah tidak utuh lagi.

Kehadiran Barra sedikit mengisi kekosongan yang Yuna rasakan setelah di tinggal pergi sang Papa yang entah kemana. Meski Yuna tidak akan berharap apapun pada Barra, setidaknya Barra menjadi orang terdepan yang membuat kehidupan dia dan sang Mama sampai berada di tahap ini. Terbebas dari segala permasalahan yang mereka hadapi berkat Barra.

"Kita buka lembaran baru yah Mah, Yuna tau ini pemikiran yang salah, tapi anggap saja Papa sudah nggak ada di hati dan hidup kita kedepannya." Pinta Yuna memohon.

"Dengan begitu, Yuna yakin kita bisa memulai lembaran baru." Mata Yuna berbinar, sudut bibirnya terangkat. Yuna sudah tidak sabar menjalani kehidupan baru dengan kehilangan satu anggota keluarga dan masuknya orang baru dalam hidupnya.

"Mama nggak membenarkan pemikiran kamu yang salah, karna bagaimana pun di Papa kamu. Tapi selagi itu membuat kamu tenang dan bahagia, Mama nggak akan melarang. Mama tau bagaimana perasaan kamu yang menjadi korban akibat kesalahan Papa dan Mama."

Suara Mama Rena bergetar. Dia sadar permasalahan rumah tangganya bersama Handoko telah menghancurkan mental dan perasaan Yuna.

Setiap kegagalan rumah tangga memang selalu menimbulkan dampak negatif pada psikis anak. Apalagi perpisahannya dengan Handoko sudah menguras air mata dan beberapa kali menerima kekerasan fikis didepan Yuna.

"Makasih Mah,,," Yuna memeluk erat Mama Rena.

Pembicaraan keduanya menyita perhatian Barra yang diam - diam menyimak hingga akhir meski tidak memberikan komentar apapun dan berpura-pura fokus pada jalanan.

Barra sudah tau banyak tentang kehidupan Yuna dan Mama Rena. Namun dia tidak mengira kalau luka batin yang mereka rasakan akan sedalam itu.

Kini Barra mulai berfikir tentang tujuannya yang suatu saat akan memberikan luka dan kehancuran pada mereka yang mungkin lebih besar dari saat ini.

Barra mulai menimbang ucapan Cindy yang menyuruhnya agar bersikap adil pada Yuna. Memperlakukan Yuna dengan baik, bertanggungjawab dan belajar untuk mencintainya.

Barra mungkin mampu melakukan poin pertama dan kedua, tapi tidak dengan poin ketiga. Karna sampai kapanpun, dia tidak akan pernah membagi cintanya pada wanita lain. Cindy akan menjadi yang pertama dan terakhir dalam hatinya.

...****...

"Hati-hati Mah,,," Barra membantu Mama Rena turun dari mobil.

"Makasih nak Barra." Mama Rena tersenyum bangga pada menantunya. Sikap Barra memang membuat siapapun bisa mengagumi sosoknya.

"Rumahnya bagus. Yuna benar, sepertinya Mama akan nyaman dan betah ditinggal disini." Mama Rena menatap ke sekeliling rumahnya.

"Syukurlah kalau kalian suka dan nyaman disini." Ucap Barra.

Yuna tersenyum tipis ke arahnya, merasa bersyukur Barra bisa bersikap sopan dan lembut pada Mama Rena meski Barra menikahinya hanya sebatas hitam di atas putih.

"Sekali terimakasih untuk kebaikan nak Barra. Semoga nak Barra mendapat ganti yang lebih dan pernikahan kalian selalu bahagia hingga akhir hayat."

"Aamiin,," Ucap Barra. Yuna hanya menatap penuh tanya. Untuk kedua kalinya Barra mengaminkan doa Mama Rena, padahal Barra akan mengakhiri pernikahan mereka 1 tahun kedepan.

"Yuna, buka pintunya,," Tegur Barra yang membuyarkan lamunan Yuna.

"Ehh,, iya,," Yuna maju 2 langkah di depan Barra dan Mama Rena untuk membuka lintu.

Mereka masuk kedalam, Barra masih menuntun Mama Rena hingga sampai ke ruang keluarga. Membiasakan Mama Rena santai sejenak dan melihat keadaan rumah sebelum di bawa ke kamar untuk istirahat.

"Aku simpan tas ini dulu sekali mau bikin minum." Pamit Yuna. Dia menyimpan tas ke kamar Mama Rena, setelah itu pergi ke dapur untuk membuatkan teh hangat.

Kemarin Yuna sempat belanja bahan makanan dan kebutuhan dia serta Mama Rena untuk 1 bulan kedepan. Jadi begitu Mama Rena pulang, semua sudah lengkap.

"Saya tinggal dulu Mah, mau ambil baju ganti di mobil." Pamit Barra.

Mama Rena hanya mengangguk.

Yuna membawa nampan berisi 3cangkir teh hangat. Matanya langsung mengarahkan kesemua sudut ruangan untuk mencari keberadaan Barra yang tidak ada di ruang keluarga.

"Mas Barra kemana Mah.?" Tanya Yuna. Dia meletakkan nampan itu di atas meja, mengambil 1 cangkir dan diberikan pada Mama Rena.

"Di luar, katanya mau ambil baju ganti di mobil."

"Sudah sana siapin dulu keperluan suami kamu, mungkin dia mau mandi."

"Mama masih mau disini, nanti saja pindah ke kamarnya."

Yuna hanya bisa diam mendengar perintah Mama Rena. Rasanya tidak mungkin dia berani menyiapkan keperluan Barra karna terkesan mendalami peran, sedangkan pernikahan mereka tidak seperti pernikahan pada umumnya.

"Yuna.?" Mama Rena menepuk pelan pundak Yuna.

"Iya kenapa Mah.?" Jawab Yuna pelan.

"Barra sudah naik ke atas, sana susul dia."

"Jadi istri itu harus sigap dan pengertian, jangan sampai nanti seperti Mama." Mama Rena menunduk sendu.

"Memangnya Mama kenapa.? Selama ini Mama sudah jadi istri yang baik buat Papa, memang dasar Papa saja yang nggak bisa bersyukur." Ucap Yuna kesal.

"Biar saja sekarang Papa nyesel sudah sia-siain Mama.!" Geram Yuna.

"Sudah, sana berikan tehnya sama suami kamu."

Mama Rena memilih mengakhiri obrolan. Dia ingin Yuna bisa memberikan yang terbaik untuk Barra. Karna sudah dilayani dengan baik saja terkadang bisa meninggalkan. Apalagi jika tidak dilayani dengan baik. Meski tidak semua laki-laki seperti itu.

"Iya Mah,," Yuna beranjak dari duduknya dengan membawa nampan tadi. Berjalan menaiki tangga dengan ragu-ragu. Entah apa yang harus dia katakan pada Barra setelah sampai di kamar mereka.

Pasti akan sangat malu kalau meminta ijin untuk masuk kedalam kamar yang sama.

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

danyatanya luka yg bakal kamu berikan jauh lebih menyakitkan dr luka yg ditorehkan papa Yuna.. Bara...

2023-07-24

1

a

a

sangat bnggat bnget orang tua Yuna yg mendapat kn laki2 terbaik☺️☺️

2023-06-18

0

FITRI ATINA

FITRI ATINA

seru

2023-05-15

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Info
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Info

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!