Bab 8

Barra membelokkan mobilnya ke salah satu perumahan yang terbilang bagus di dekat tempat tinggal Yuna sebelumnya.

Dia menghentikan mobil setelah masuk ke cluster kedua dari gerbang utama.

"Itu rumahnya.?" Tanya Yuna sembari menunjuk salah satu rumah minimalis yang berjejer beberapa unit dengan model yang serupa. Hanya ada tembok setinggi 150 centi meter yang menjadi pembatas teras satu dengan yang lainnya. Rumah minimalis begaya modern dengan 2 lantai, terlihat mewah di bagian depan.

"Hemm."

"Ayo turun." Ajak Barra. Dia turun lebih dulu untuk membawakan koper milik Yuna.

Sembari turun dari mobil, mata Yuna terus mengamati keadaan komplek perumahan yang ada dia tempati.

Totalnya ada 5 rumah yang sejajar dengan rumah miliknya, semuanya sudah di huni karna disetiap garasi ada mobil yang terparkir disana.

Namun suasananya sangat sepi, seperti tidak ada kehidupan disetiap rumah karna hanya ada beberapa kendaraan yang lalu didepan rumah.

Yuna yakin akan betah tinggal disana karna lingkungannya yang bersih dan sejuk dengan banyak pohon yang tumbuh di depan rumah dan di sebarang jalanan terdapat taman kecil dengan pohon yang rimbun.

"Liat-liatnya nanti saja, sekarang bawa masuk dulu barang-barang kamu." Suara teguran Barra membuyarkan fokus Yuna yang sedang asik mengamati keadaan komplek.

"Setelah ini kamu masih harus kembali ke rumah sakit." Ucapnya lagi. Barra seolah mengingatkan Yuna kalau mereka tidak punya banyak waktu untuk berlama-lama dirumah itu.

Yuna mengangguk, dia membawa tas besar dan menyusul Barra yang sudah membuka pintu rumah dan terlihat akan masuk kedalam.

"Aku bekerja di luar kota, kemungkinan hanya datang 1 sampai 2 kali dalam seminggu."

Tutur Barra memberi tau.

"Aku mengerti." Yuna enggan terlalu menanggapi lebih jauh, lagipula dia sadar jika pernikahan mereka hanya berlandaskan kertas perjanjian. Yuna tidak akan menuntut apapun atas Barra, juga tidak berharap pernikahan mereka berjalan layaknya pernikahan pada umumnya.

Bagi Yuna, pernikahan yang dia lakukan hanya sebatas balas budi pada Barra karna telah menyelematkan hidupnya dari rentenir dan menyelamatkan hidup Mama Rena.

Tentang bagaimana kelanjutan hubungan mereka kedepannya, Yuna akan menyerahkan sepenuhnya pada Barra.

"Di atas ada 2 kamar, di bawah hanya ada 1."

"Sebaiknya biar Mama kamu yang tidur di kamar bawah, biar nggak cape naik turunnya." Tutur Barra. Meski dengan nada datar, namun terdengar penuh perhatian di telinga Yuna.

"Ini Kopernya mau di taruh di kamar yang mana.?" Tanyanya sembari berbalik badan menatap Yuna.

"Hah.?? Kenapa.?" Yuna melongo. Dia tidak mendengar jelas apa yang diucapkan Barra setelah itu. Dia sibuk mengagumi sosok Barra yang pengertian dan penuh perhatian.

"Kopernya mau di taruh dimana.?" Tanya Barra sekali lagi. Dia mengencangkan suaranya agar didengar oleh Yuna yang menurutnya memiliki masalah pada pendengarannya.

"Itu koper ku, biarkan saja disitu. Nanti aku bawa sendiri ke atas." Jawab Yuna.

Dia berjalan menuju kamar untuk menyimpan baju-baju milik Mama Rena.

Berjalan pelan sambil menatap seluruh ruangan yang sudah dilengkapi dengan furnitur.

Barra benar-benar menyediakan semua yang dibutuhkan oleh Yuna dan Mama Rena dirumah itu.

"Kenapa harus sebaik ini padaku." Gumam Yuna lirih. Kamar yang akan ditempati Mama Rena juga lengkap dengan fasilitas elektronik. Lemari besar juga ada di sana.

Yuna sampai tidak tau kenapa Barra bisa memberikan semua ini padanya. Sedangkan pernikahan mereka hanya di atas kertas. Barra juga tidak menuntut apapun padanya.

"Sebenarnya siapa dia.?"

Yuna sangat penasaran dengan sosok Barra yang masih misterius. Barra bahkan tidak membawa anggota keluarganya saat acara pernikahan tadi pagi. Dan anehnya, Mama Rena juga tidak mempermasalahkan hal itu.

Sedangkan Yuna tidak berani menanyakan hal itu pada Barra meski dia sangat penasaran dengan keluarga Barra.

Setelah menaruh tas besar di dalam lemari baju, Yuna segera keluar.

Seperti apa yang dikatakan oleh Barra, setelah ini dia harus kembali lagi ke rumah sakit.

Tapi begitu keluar dari kamar, Yuna tidak mendapati Barra ada di sana. Koper miliknya juga tidak ada, padahal Yuna sudah menyuruh Barra untuk meletakkannya di ruang keluarga.

"Mas,,," Seru Yuna. Kepalanya mendongak, menatap ke lantai dua.

"Mas Barra di atas.?" Seru Yuna lagi. Beberapa saat diam, tapi tidak ada jawaban dari Barra.

Melihat koper tidak ada di lantai 1, Yuna yakin kalau Barra naik ke atas untuk membawakan kopernya ke kamar.

"Sedang apa dia." Yuna langsung menaiki tangga. Penasaran dengan apa yang sedang dilakukan oleh Barra sampai tidak mendengar teriakannya.

"Mas Barra,," Yuna membuka kamar pertama yang terletak di dekat tangga.

"Nggak ada." Ujarnya setelah memastikan kamar itu kosong meski ada kamar mandi di dalam yang belum Yuna lihat. Karna di kamar itu tidak ada koper miliknya.

"Mungkin disitu." Yuna beralih pada kamar terakhir.

Dia semakin Yakin kalau Barra ada didalam karna pintu kamar itu tidak tertutup sempurna.

Yuna mengetuk pintu lebih dulu, kemudian membuka pintu perlahan.

Didalam ada Barra yang terlihat sedang menelfon tapi hanya diam saja saat melihat Yuna masuk.

Setelah itu, Barra justru mematikan telfon dan menyimpan ponselnya ke saku celana.

"Kenapa dimatiin.? Lanjutin aja, aku cuma mau mastiin aja soalnya Mas Barra tiba-tiba nggak ada di bawah." Jelas Yuna. Matanya mengamati seluruh ruangan yang terlihat lebih luas dari kamar yang lain. Ranjangnya juga jauh lebih besar dan furniturnya lebih lengkap.

Yuna tertarik dengan design dan penataan furniturnya.

"Masuk saja kalau mau liat."

Bukannya menanggapi ucapan Yuna, Barra malah fokus pada Yuna yang terlihat penasaran dengan isi kamar sampai kedua bola matanya berputar mengitari ruangan.

"Eh.? E,,enggak, nanti saja."

"Ayo ke rumah sakit lagi,"

Yuna langsung mundur dua langkah dari depan pintu, terlihat salah tingkah karna disuruh masuk oleh Barra ke dalam kamar. Meski Yuna tau Barra tidak akan berbuat sesuatu padanya, tapi merasa aneh jika harus berduaan didalam kamar.

Barra mengangguk, dia keluar dan menutup pintu.

"Didalam ada walk in closetnya, tapi koper kamu masih di kamar." Tutur Barra.

"Iya nggak apa-apa, nanti aku pindahin sendiri."

"Sudah 1 jam lebih kita diluar, apa operasinya sudah selesai." Gumam Yuna sembari menatap arlojinya dengan perasaan cemas.

Dia berharap operasi Mama Rena berjalan lancar dan tidak terjadi sesuatu padanya.

"Jangan khawatir, Mama kamu akan baik-baik saja." Ucap Barra.

Nada bicaranya yang tenang dan meyakinkan, membuat Yuna sedikit lebih lega.

Keduanya masuk ke dalam mobil. Barra menyerahkan kunci rumah pada Yuna.

"Simpan kuncinya." Barra menyodorkan kunci di pangkuan Yuna.

"Iya, makasih." Yuna mengambil dan menyimpannya didalam tas.

"Maharnya juga belum sempat aku kasih ke kamu ya." Ujar Barra. Kini dia merogoh saku celana untuk mengambil dompet.

Yuna mengangguk pelan. Dia tau mahar yang diberikan Barra jumlahnya lumayan besar, tapi Yuna tidak sempat memikirkan wujud uang itu karna fokus memikirkan sang Mama.

"Gunakan untuk keperluan pribadi kamu." Tutur Barra sembari menyodorkan kartu ATM pada Yuna.

"Untuk keperluan sehari-hari, nanti aku transfer setiap awal bulan."

Yuna mengambil kartu ATM itu dengan ekspresi bingung, tidak tau harus bicara apa. Nyatanya meski hanya menikah di atas kertas, Barra bertanggungjawab atas kehidupan Yuna dan keluarganya.

"Sekali lagi terimakasih, tapi uang ini juga sudah lebih dari cukup." Yuna menolak halus apa yang memang seharusnya menjadi haknya.

Karna Barra bermaksud memberikan nafkah untuk sang istri.

"Nggak ada penolakan." Ucap Barra tegas.

Dia langsung melajukan mobilnya.

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

bersabar Yuna.. persiapkan diri utk jadi lebih tangguh dan jd wanita yg kuat...

2023-07-24

1

Osin Gusmanita Wahyuni

Osin Gusmanita Wahyuni

ceritany bagus banget jadi Makin penasaran

2023-05-25

0

Osin Gusmanita Wahyuni

Osin Gusmanita Wahyuni

ceritany bagus banget jadi Makin penasaran 😄😄😄

2023-05-25

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Info
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Info

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!