Bab 5

Suana di kamar inap rumah sakit itu begitu khidmat. Yuna begitu anggun dan cantik dalam balutan gaun pernikahan yang sederhana. Riasan tipis diwajah putihnya, memancarkan aura kecantikan yang elegan.

Mana Rena terlihat bahagia bisa menyaksikan hari pernikahan putri semata wayangnya.

Beliau merasa lega dan sudah siap di operasi dengan segala kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi padanya. Setidaknya, Yuna telah jatuh pada laki-laki yang tepat.

Paman Yuna sudah siap menjadi wali untuk keponakannya. Menggantikan sang adik yang lepas dari tanggung jawab sebagai seorang ayah.

Keluarga dari pihak Mama Rena tidak ada satupun yang hadir. Termasuk Liona, dia sudah lepas tangan pada kakak dan keponakannya karna Yuna tidak mau menikah dengan Tuan Hutomo.

"Siapa yang akan menjadi saksi dari pihak laki-laki.?" Tanya Pak penghulu setelah memeriksa identitas Yuna dan Barra.

Barra terlihat celingukan, menatap ke arah pintu. Lalu merogoh saku jas untuk mengambil ponsel. Namun setelah itu pintu terbuka. Dokter yang biasa menangani Mama Rena masuk kedalam ruangan.

"Maaf terlambat, ada pasien yang harus di tangani."

"Saya Dokter Alan, saksi dari pihak mempelai laki-laki."

Dokter Alan menghampiri mereka. Menjabat tangan mereka satu persatu termasuk Yuna dan Mama Rena. Setelah itu duduk di kursi yang sudah disediakan.

"Sudah lengkap semua.?" Tanya Pak penghulu.

"Sudah." Jawab Barra singkat. Dia terlihat santai, namun sorot matanya berkata lain. Hanya Yuna saja yang bisa mengartikan tatapan mata Barra.

Nyatanya pernikahan ini memang bukan keinginan mereka berdua.

"Baiklah, kita mulai ijab kabulnya."

"Silahkan dihapalkan dulu,," Penghulu yang akan menikahkan mereka, memberikan selembar kertas pada Barra.

Kertas berisikan rangkaian kalimat sederhana yang mengandung sejuta makna dan tanggung jawab yang besar.

Buliran keringat mulai bermunculan di pelipis Barra.

Berulang kali terlihat menarik nafas dalam, lalu menghembuskan seolah mengeluarkan beban berat.

"Bisa dimulai.?" Tanya penghulu setelah memenrikan waktu beberapa menit untuk Barra menghafalkan ijab kabul.

Barra menjawab dengan anggukan. Saat penghulu itu menjabat tangan Barra, jantung Yuna mulai berdetak kencang. Dia tidak bisa duduk tenang di samping Barra. Sangat gelisah dengan pikiran yang kacau.

Berulang kali menyakinkan diri jika ini adalah keputusan yang tepat, tapi nyatanya tidak ada keyakinan itu.

"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Barra Ditya Baskara bin Hendra Baskara dengan saudari Yuna Anindya binti Handoko dengan maskawin uang 100 juta rupiah dibayar tunai.!!"

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Yuna Anindya binti Handoko dengan maskawinnya yang tersebut, tunai.!"

Deghh,,,!

Yuna memaku. Detak jantungnya berhenti sesaat, setelah itu berdetak kencang.

Seluruh tubuhnya meremang, terasa dingin dari ujung kaki hingga kepala.

Pernikahan ini hanya berlandaskan perjanjian di atas kertas, tapi kenapa begitu nyata dan sakral.

"Bagaimana para saksi.?"

"Sahh,,,,"

"Alhamdulillah,,," Mama Rena paling kencang mengucap syukur.

Pernikahan kali ini sangat berbeda dengan pernikahan pada umumnya. Biasanya pengantin yang terlihat jauh bahagia dihari pernikahannya. Tapi ini sebaliknya. Justru orang tua dan saksi yang terlihat bahagia.

Yuna meneraih tangan Barra dan mencium punggung tangannya dengan ragu - ragu. Butuh waktu beberapa saat untuk sekedar mencium tangan Barra.

Begitu tangan saling terlepas, Barra mendekatan wajahnya sembari memegangi kedua sisi kepala Yuna.

Mata indah Yuna terpejam. Dia tidak melihat saat Barra mencium keningnya, tapi bisa merasakannya hingga seluruh tubuh meremang.

Untuk pertama kalinya seorang laki-laki mencium keningnya.

"Selamat bro,,,!! Makin hangat aja ntar." Ucap Dokter Alan denga candaan.

"Gue aja belum nikah, lu udah,,,

"Makasih bro. Sorry jadi ngerepotin." Potong Barra cepat. Dia menepuk kencang pundak Dokter Alan sampai si empunya meringis kesakitan.

Dahi Yuna seketika berkerut melihat kedekatan Barra dan Dokter Alan. Awalnya dia berfikir Barra menjadikan Dokter Alan sebagai saksi lantaran selama ini Dokter Alan yang menangani Mama Rena. Setelah dilihat dari kedekatan mereka berdua, Yuna jadi menebak kalau mereka adalah teman dekat.

"Jadi,,," Yuna menghentikan ucapannya. Beruntung suara lirihnya tidak didengar oleh siapapun.

Ini jawaban dari rasa penasaran Yuna kenapa Barra bisa tau tentang dirinya. Pasti Dokter Alan yang sudah memberikan informasi dirinya pada Barra.

Ruangan itu kini sepi. Semua orang sudah pergi termasuk Penghulu dan Dokter Alan. Begitu juga dengan keluarga dari pihak Handoko.

Hanya ada Mama Rena, Yuna dan Barra yang tersisa didalam.

"Sekarang Yuna sudah jadi tanggung jawab kamu, Mama titip Yuna. Tolong jaga Yuna, jangan kasari anak Mama Satu-satunya."

"Yuna sudah banyak menderita karna ulah Papanya. Semoga nak Barra bisa membahagiakan Yuna."

Pinta Mama Rena dengan tatapan penuh harap dan memohon.

Barra menjadi satu-satunya harapan bagi Mama Rena untuk memberikan kebahagiaan pada Yuna. Karna Mama Yuna tidak yakin dirinya bisa membahagiakan Yuna dalam kondisi saat ini.

"Mama jangan khawatir, itu sudah jadi kewajiban saya untuk menjaga dan membahagiakan Yuna."

Jawaban tegas Barra membuat Mama Rena merasa lega. Sejak awal dia memang tidak salah menilai Barra.

"Terima kasih nak Barra."

"Yuna,,," Kini Mama Rena beralih pada putrinya.

"Barra sudah jadi suami kamu, biasakan yang sopan saat memanggil suami. Jangan panggil nama atau kamu saja."

"Iya Mah, Yuna tau,,,"

"Satu lagi, kamu juga harus berbakti pada suamimu. Sama seperti kamu berbakti pada Mama dan Papamu selama ini."

Manik mata Mama Rena mulai menggenang air mata. Selama ini Yuna telah menjadi anak yang baik dan berbakti padanya. Memperlakukannya dengan baik dan penuh cinta, sedikitpun tidak pernah membantah ucapannya.

...****...

Yuna masuk kedalam kamar mandi mandi untuk mengganti gaunnya dengan baju santai.

30 menit lagi Mama Rena akan dipindahkan ke ruang operasi.

Barra masih menemani Mama mertuanya.

Dia hanya melepas jas hitamnya dan menggulung kemeja panjangnya hingga sebatas siku.

"Semalam Mama tanya sama Yuna, kalian akan tinggal dimana setelah menikah. Tapi Yuna bilang kalian belum membicarakannya."

"Yuna sudah menjadi hak kamu, kamu boleh membawa Yuna asal jangan melarang Yuna untuk menemui Mama. Karna hanya Yuna satu-satunya harta yang Mama miliki saat ini."

Mama Rena meneteskan air mata. Meski belum siap berpisah dengan Yuna, tapi Mama Rena tidak mau egois. Dia harus tetap memberikan kebebasan pada putrinya yang sudah bersuami.

"Jangan khawatir, Yuna akan tetap tinggal dengan Mama. Saya sudah membeli rumah di sini."

"Lagipula saya sudah mulai bekerja disini, hanya saja akan sering keluar kota. Jadi sebaiknya Mama tetap tinggal dengan Yuna biar Yuna nggak sendirian kalo saya ke luar kota."

Penuturan Barra membuat Maam Rena tersenyum lega. Karna pernikahan putrinya tidak membuat mereka tinggal terpisah.

"Mama,,," Suara Yuna mengakhiri pembicaraan Barra dan Mama Rena.

"Ada apa nak.?" Mama Rena menatap pintu toilet yang masih tertutup rapat.

"Bisa bantu Yuna bukain resleting gaun.? Resletingnya nyangkut." Seru Yuna lebih keras.

"Ada suamimu disini, kenapa minta tolong sama Mama yang susah berjalan." Ucapan Mama Rena seketika membuat kedua mata Yuna membulat sempurna.

"Oh,, a,,aku pikir dia,, maksudku mas Barra sedang keluar." Yuna menjawab kikuk.

Barra beranjak dari duduknya tanpa bicara apapun. Dia berdiri di depan pintu toilet dan mengetuknya.

"Buka pintunya." Pinta Barra setelah beberapa kali mengetuk pintu namun Yuna tak kunjung membukanya.

Yuna membuka pintu, hanya mebukanya beberapa senti saja. Dia sampai harus mengintip untuk melihat Barra.

"Nggak usah, nanti aku coba buka lagi." Tolak Yuna halus. Bukannya pergi, Barra justru mendorong pintu dan menyelonong masuk. Membuat Yuna hampir berteriak histeris. Untung saja Barra langsung menutup mulut Yuna.

"Jangan sampai Mama kamu curiga." Tegas Barra mengingatkan. Seketika membuat Yuna membiarkan Barra membantu membuka resleting gaunnya.

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

sampai bab ini kok tetap ada rasa gak rela dgn kondisi Yuna.. terlahir hanya utk menjadi korban ke egoisan dr laki² yg benama ayah dan lelaki yg bernama suami.. padahal ini belum masuk dalam konflik inti tp rasanya udah miris banget dgn nasib Yuna...

2023-07-24

1

Sri Agustin

Sri Agustin

penasaran.....

2023-05-19

0

Iqbal Zaki

Iqbal Zaki

Yuna semangat

2023-03-06

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Info
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Info

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!