18. MEMULAI UNTUK MENANG

Tadi malam aku kembali tidur di kamar ku karena aku harus bisa melawan segala ketakutanku dari gangguan Jin di rumah ini.

Aku pikir aku akan dihantuinya tapi rupanya semalaman gak ada terjadi apa-apa.

Seperti biasa sebelum mandi aku turun ke dapur untuk sarapan, disitu sudah ada Cici. Dia menyiapkan sarapan seperti biasanya juga.

Roti dan Susu coklat

Cici menyapaku "Pagi Bu"

Aku membalasnya "Pagi Ci" ucapku sambil meletakkan hape disamping piring roti

Tapi baru aja aku menggeser kursi mau duduk dihadapan hidangan pagiku, tiba-tiba aja gelas susu buatan Cici bergeser dan jatuh

Pranggg!

Pecah seketika

Cici kaget "Astagfirullahaladzim. Kok jatuh Bu ?" tanyanya

Aku malah gak bergeming sama sekali, cuma bisa menggelengkan kepala

Aku bergeser beberapa langkah menjauh dari meja

Sementara Cici mengambil kain pel lalu membersihkannya "Saya bersihkan dulu ya" ucapnya

Mungkin karena hari ini aku gak menyiapkan sajen jadi dia marah padaku

"Ci, apa saya buatkan sajen lagi ya ?" tanyaku

Cici hampir selesai membersihkan pecahan gelas "Saya bingung jawabnya Bu" ucapnya

Akhirnya tanpa pikir panjang lagi aku kembali membuatkan sajen.

Aku buatkan sama seperti biasanya dan kali ini aku gak gantung tapi aku taruh dibawah seperti semula

Sesbenarnya aku sudah mulai lelah melakukan semua ini untuknya tapi karena aku gak mau dia mengganggu jadinya aku harus bisa mengikuti ritmenya.

Aku kembali ke dapur lalu duduk kembali seperti gak terjadi apa-apa sebelumnya. Cici juga masih di dapur, ia membuatkan kembali segelas susu.

Lalu menaruhnya diatas meja makan tepat dihadapanku

"Silakan Bu, saya sudah gantikan yang baru" ucapnya

Aku tersenyum "Makasih ya Ci" ucapku

"Iya sama-sama Bu" Cici tersenyum sambil duduk berhadapan dengan ku

"Ci, kamu punya kenalan gak, yang bisa usir Jin ?" tanyaku tiba-tiba

Cici menggelengkan kepala "Gak ada Bu, saya kan gak pernah ada urusan sama orang-orang pintar begitu" ucapnya

Aku mengangkat pelan gelas susu lalu aku seruput karena masih panas

"Susunya enak gak Bu ?" tanyanya

Aku mengangguk "Enak, semua makanan dan minuman yang kamu bikin selalu enak kok Ci" gombalku

Mendengarnya Cici tersipu malu-malu "Ah, Ibu bisa aja"

Dalam bersamaan hape aku berdering, rupanya dari Ola. Langsung aja aku angkat

"Hai, Ol"

"Ada di mana Lis ?" tanyanya

"Di rumah baru. Kenapa ?" tanyaku balik

"Ke sini yuk, kita belanja pernik-pernik Natal" ajaknya

Aku berfikir sebentar tapi lama bagi dia

"Lis ?" panggilnya

Aku langsung jawab "Iya, jam berapa Ol ?" tanyaku lagi

"Ya kalau lu jalan sekarang, ya kita belanjanya siang ketemu sore sih" jawabnya

"Oke deh kalau gitu gua siap-siap dulu ya, gua juga udah lama gak keluar" ucapku

"Oke sip, ditunggu kehadiranmu" tutupnya

"Oke bye" tutupku

Setelah menutup telepon aku langsung menghabiskan sarapanku sambil pamit pada Cici

"Saya mau pergi keluar dulu ya Ci. Kamu gak apa-apa kan kalau sendirian ?"

Cici mengangguk "Gak apa-apa Bu, sepertinya aman aja" jawabnya

"Oke deh, saya mau siap-siap dulu ya" ucapku sambil beranjak pergi untuk mandi

Setelah mandi dan mengganti pakaian aku kembali berpamitan pada Cici untuk pergi lalu menemui Ola di mal yang sebelumnya sudah dia kasih tau alamatnya.

Beruntungnya perjalanan aku lancar dan gak ada macet

Akhirnya aku dan Ola bertemu di resto, dia sudah menunggu ku dan juga sudah memesankan minuman untukku. Es Lemon Tea.

Aku duduk disampingnya sambil minum hidangan yang dia pesan

Ola yang lebih dulu membuka obrolan "Apa kabar Lis ?" tanyanya

"Kabar baik Ol" jawabku

"Kita mau langsung belanja sekarang aja atau kita makan dulu nih ?" tanyanya

Aku mendengarkannya masih sambil minum bahkan sampai habis. Karena kebetulan juga aku haus

"Nggg, sekarang aja deh. Lagian gua masih kenyang" jawabku

Akhirnya Ola bersiap-siap beranjak "Oke kalau gitu kita belanja sekarang" setujunya

Kami sudah ada di Toko Rohani Kristen yang juga jual pernak pernik Natal. Ada banyak macam yang harus aku dan Ola pilih. Dan bukan hanya pernak pernik Natal yang dijual tapi benda lain yang berhubungan dengan Kristen banyak juga. Ya kan namanya juga Toko Rohani Kristen.

Ola membeli banyak sekali pernak pernik dan bagus-bagus.

"Lis, lu gak beli pohon Natal ?" tanyanya

Aku menggelengkan kepala "Enggak Ol lagian siapa juga yang mau liat. Di rumah gua cuma ada gua sama asisten gua doang. Mana seru" jawabku

"Ya siapa tau lu mau mengikuti euforia Natal" ucapnya

"Enggak deh, palingan orang tua gua sih yang suka pasang karena kalau Natalan hampir keluarga besar mereka kumpul di rumah" jawabku

Ola mengangguk paham "Oh gitu"

"Iya, kalau gua pasang di rumah gua, terus gua pergi ke rumah orang tua gua. Lah yang menikmati pohon Natal siapa ? Cici kan Muslim" ucapku lagi

Ola mengangguk paham lagi "Oh iya juga ya" "Ngomong-ngomong, gimana usaha lu mempelajari agama ?" tanyanya lagi

"Gua bingung sih kalau jawab udah sempurna atau belumnya, yang pasti gua udah siap sih" jawabku

"Oh gitu, ya selamat kalau gitu. Kalau lu udah bisa menerima Tuhan dalam hidup lu" ucap Ola

Aku hanya tersenyum

Akhirnya setelah jam menunjukkan angka enam sore, kami kembali pulang dengan belanjaan masing-masing lalu kembali mengendarai mobil masing-masing

Keesokan harinya seperti biasa aku selalu datang ke dapur untuk sarapan sebentar lalu setelah itu mandi. Tapi kali ini aku datang membawa belanjaanku saat bersama Ola

Cici langsung terpaku dengan dus kecil yang aku bawa "Apa itu Bu ?" tanyanya

"Oh ini Salib, mau aku tempel diatas setiap pintu. Pintu kamar, pintu dapur dan pintu kamar saya. Nanti kamu tolong pegangin tangga aja takut tangganya goyang" ucapku

Cici mengangguk paham "Oke Bu, silakan Ibu sarapan dulu" ucapnya

Setelah sarapan akhirnya Cici membawakan tangga lipat untukku "Mau dimulai dari pintu mana dulu Bu ?" tanyanya

"Pintu masuk dulu Ci" jawabku sambil membawa dus kecil yang berisi tiga Salib kayu ukuran sedang

Sementara dengan ketulusan hati Cici, dia rela menggotong tangga ke arah pintu masuk.

Cici meletakkan tangga tepat dihadapan mulut pintu bagian dalam rumah. Akhirnya aku naik pelan-pelan sambil membawa Salib dan palu serta satu paku. Tapi belum juga sampai diatas aku justru malah takut jatuh meskipun Cici sudah memegang dengan sangat erat dan tangga pun terasa sangat kokoh. Tapi justru aku gak berani sampai ke atas.

Kaki aku malah gemetaran lalu kembali turun.

Cici jadi bingung "Kenapa Bu ?" tanyanya

"Saya gemetaran Ci, takut ketinggian" ucapku

"Walaaa, kalau gitu biar saya aja Bu yang pasang" pintanya

Aku menolaknya karena gak enak hati, masalahnya ini Salib dan agak sensitif kalau dia yang pasang "Gak usah Ci, nanti saya pajang di meja aja" ucapku

"Gak apa-apa Bu biar saya pasang aja, saya sudah biasa kok naik tangga begini" ucapnya

"Kamu yakin Ci ?" tanyaku lagi

"Yakin Bu, saya berani naik tangganya" jawabnya sambil mengambil Salib dari tanganku

"Kamu gak apa-apa pegang Salib ?" tanyaku

"Gak apa-apa Bu, ini kan cuma Salib. Saya kan gak beriman kepada Salib, saya cuma mau membantu aja Bu" jawabnya

Mendengarnya aku tersenyum lega.

Akhirnya dengan cepat dan lihay Cici memasangnya dengan sangat rapih. Ia kembali turun dari tangga

"Gimana Bu, bagus gak ?" tanyanya

Aku memberikannya dua jempol "Bagus banget Ci, makasih ya. Sekarang kita pindah ke pintu dapur" ucapku sambil aku melangkah pelan ke arah dapur

Lalu Cici kembali mengangkat tangga sambil mengikutiku dari belakang

Tapi

Brukkkh!

Aku dan Cici sontak menoleh ke belakang

Salibnya jatuh

Terpopuler

Comments

Kustri

Kustri

Jin e makin ngambek

2022-02-28

1

blessed

blessed

aku jg kaget....
semangat up kak

2022-01-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!