Tadi malam aku kembali tidur di kamar ku karena aku harus bisa melawan segala ketakutanku dari gangguan Jin di rumah ini.
Aku pikir aku akan dihantuinya tapi rupanya semalaman gak ada terjadi apa-apa.
Seperti biasa sebelum mandi aku turun ke dapur untuk sarapan, disitu sudah ada Cici. Dia menyiapkan sarapan seperti biasanya juga.
Roti dan Susu coklat
Cici menyapaku "Pagi Bu"
Aku membalasnya "Pagi Ci" ucapku sambil meletakkan hape disamping piring roti
Tapi baru aja aku menggeser kursi mau duduk dihadapan hidangan pagiku, tiba-tiba aja gelas susu buatan Cici bergeser dan jatuh
Pranggg!
Pecah seketika
Cici kaget "Astagfirullahaladzim. Kok jatuh Bu ?" tanyanya
Aku malah gak bergeming sama sekali, cuma bisa menggelengkan kepala
Aku bergeser beberapa langkah menjauh dari meja
Sementara Cici mengambil kain pel lalu membersihkannya "Saya bersihkan dulu ya" ucapnya
Mungkin karena hari ini aku gak menyiapkan sajen jadi dia marah padaku
"Ci, apa saya buatkan sajen lagi ya ?" tanyaku
Cici hampir selesai membersihkan pecahan gelas "Saya bingung jawabnya Bu" ucapnya
Akhirnya tanpa pikir panjang lagi aku kembali membuatkan sajen.
Aku buatkan sama seperti biasanya dan kali ini aku gak gantung tapi aku taruh dibawah seperti semula
Sesbenarnya aku sudah mulai lelah melakukan semua ini untuknya tapi karena aku gak mau dia mengganggu jadinya aku harus bisa mengikuti ritmenya.
Aku kembali ke dapur lalu duduk kembali seperti gak terjadi apa-apa sebelumnya. Cici juga masih di dapur, ia membuatkan kembali segelas susu.
Lalu menaruhnya diatas meja makan tepat dihadapanku
"Silakan Bu, saya sudah gantikan yang baru" ucapnya
Aku tersenyum "Makasih ya Ci" ucapku
"Iya sama-sama Bu" Cici tersenyum sambil duduk berhadapan dengan ku
"Ci, kamu punya kenalan gak, yang bisa usir Jin ?" tanyaku tiba-tiba
Cici menggelengkan kepala "Gak ada Bu, saya kan gak pernah ada urusan sama orang-orang pintar begitu" ucapnya
Aku mengangkat pelan gelas susu lalu aku seruput karena masih panas
"Susunya enak gak Bu ?" tanyanya
Aku mengangguk "Enak, semua makanan dan minuman yang kamu bikin selalu enak kok Ci" gombalku
Mendengarnya Cici tersipu malu-malu "Ah, Ibu bisa aja"
Dalam bersamaan hape aku berdering, rupanya dari Ola. Langsung aja aku angkat
"Hai, Ol"
"Ada di mana Lis ?" tanyanya
"Di rumah baru. Kenapa ?" tanyaku balik
"Ke sini yuk, kita belanja pernik-pernik Natal" ajaknya
Aku berfikir sebentar tapi lama bagi dia
"Lis ?" panggilnya
Aku langsung jawab "Iya, jam berapa Ol ?" tanyaku lagi
"Ya kalau lu jalan sekarang, ya kita belanjanya siang ketemu sore sih" jawabnya
"Oke deh kalau gitu gua siap-siap dulu ya, gua juga udah lama gak keluar" ucapku
"Oke sip, ditunggu kehadiranmu" tutupnya
"Oke bye" tutupku
Setelah menutup telepon aku langsung menghabiskan sarapanku sambil pamit pada Cici
"Saya mau pergi keluar dulu ya Ci. Kamu gak apa-apa kan kalau sendirian ?"
Cici mengangguk "Gak apa-apa Bu, sepertinya aman aja" jawabnya
"Oke deh, saya mau siap-siap dulu ya" ucapku sambil beranjak pergi untuk mandi
Setelah mandi dan mengganti pakaian aku kembali berpamitan pada Cici untuk pergi lalu menemui Ola di mal yang sebelumnya sudah dia kasih tau alamatnya.
Beruntungnya perjalanan aku lancar dan gak ada macet
Akhirnya aku dan Ola bertemu di resto, dia sudah menunggu ku dan juga sudah memesankan minuman untukku. Es Lemon Tea.
Aku duduk disampingnya sambil minum hidangan yang dia pesan
Ola yang lebih dulu membuka obrolan "Apa kabar Lis ?" tanyanya
"Kabar baik Ol" jawabku
"Kita mau langsung belanja sekarang aja atau kita makan dulu nih ?" tanyanya
Aku mendengarkannya masih sambil minum bahkan sampai habis. Karena kebetulan juga aku haus
"Nggg, sekarang aja deh. Lagian gua masih kenyang" jawabku
Akhirnya Ola bersiap-siap beranjak "Oke kalau gitu kita belanja sekarang" setujunya
Kami sudah ada di Toko Rohani Kristen yang juga jual pernak pernik Natal. Ada banyak macam yang harus aku dan Ola pilih. Dan bukan hanya pernak pernik Natal yang dijual tapi benda lain yang berhubungan dengan Kristen banyak juga. Ya kan namanya juga Toko Rohani Kristen.
Ola membeli banyak sekali pernak pernik dan bagus-bagus.
"Lis, lu gak beli pohon Natal ?" tanyanya
Aku menggelengkan kepala "Enggak Ol lagian siapa juga yang mau liat. Di rumah gua cuma ada gua sama asisten gua doang. Mana seru" jawabku
"Ya siapa tau lu mau mengikuti euforia Natal" ucapnya
"Enggak deh, palingan orang tua gua sih yang suka pasang karena kalau Natalan hampir keluarga besar mereka kumpul di rumah" jawabku
Ola mengangguk paham "Oh gitu"
"Iya, kalau gua pasang di rumah gua, terus gua pergi ke rumah orang tua gua. Lah yang menikmati pohon Natal siapa ? Cici kan Muslim" ucapku lagi
Ola mengangguk paham lagi "Oh iya juga ya" "Ngomong-ngomong, gimana usaha lu mempelajari agama ?" tanyanya lagi
"Gua bingung sih kalau jawab udah sempurna atau belumnya, yang pasti gua udah siap sih" jawabku
"Oh gitu, ya selamat kalau gitu. Kalau lu udah bisa menerima Tuhan dalam hidup lu" ucap Ola
Aku hanya tersenyum
Akhirnya setelah jam menunjukkan angka enam sore, kami kembali pulang dengan belanjaan masing-masing lalu kembali mengendarai mobil masing-masing
Keesokan harinya seperti biasa aku selalu datang ke dapur untuk sarapan sebentar lalu setelah itu mandi. Tapi kali ini aku datang membawa belanjaanku saat bersama Ola
Cici langsung terpaku dengan dus kecil yang aku bawa "Apa itu Bu ?" tanyanya
"Oh ini Salib, mau aku tempel diatas setiap pintu. Pintu kamar, pintu dapur dan pintu kamar saya. Nanti kamu tolong pegangin tangga aja takut tangganya goyang" ucapku
Cici mengangguk paham "Oke Bu, silakan Ibu sarapan dulu" ucapnya
Setelah sarapan akhirnya Cici membawakan tangga lipat untukku "Mau dimulai dari pintu mana dulu Bu ?" tanyanya
"Pintu masuk dulu Ci" jawabku sambil membawa dus kecil yang berisi tiga Salib kayu ukuran sedang
Sementara dengan ketulusan hati Cici, dia rela menggotong tangga ke arah pintu masuk.
Cici meletakkan tangga tepat dihadapan mulut pintu bagian dalam rumah. Akhirnya aku naik pelan-pelan sambil membawa Salib dan palu serta satu paku. Tapi belum juga sampai diatas aku justru malah takut jatuh meskipun Cici sudah memegang dengan sangat erat dan tangga pun terasa sangat kokoh. Tapi justru aku gak berani sampai ke atas.
Kaki aku malah gemetaran lalu kembali turun.
Cici jadi bingung "Kenapa Bu ?" tanyanya
"Saya gemetaran Ci, takut ketinggian" ucapku
"Walaaa, kalau gitu biar saya aja Bu yang pasang" pintanya
Aku menolaknya karena gak enak hati, masalahnya ini Salib dan agak sensitif kalau dia yang pasang "Gak usah Ci, nanti saya pajang di meja aja" ucapku
"Gak apa-apa Bu biar saya pasang aja, saya sudah biasa kok naik tangga begini" ucapnya
"Kamu yakin Ci ?" tanyaku lagi
"Yakin Bu, saya berani naik tangganya" jawabnya sambil mengambil Salib dari tanganku
"Kamu gak apa-apa pegang Salib ?" tanyaku
"Gak apa-apa Bu, ini kan cuma Salib. Saya kan gak beriman kepada Salib, saya cuma mau membantu aja Bu" jawabnya
Mendengarnya aku tersenyum lega.
Akhirnya dengan cepat dan lihay Cici memasangnya dengan sangat rapih. Ia kembali turun dari tangga
"Gimana Bu, bagus gak ?" tanyanya
Aku memberikannya dua jempol "Bagus banget Ci, makasih ya. Sekarang kita pindah ke pintu dapur" ucapku sambil aku melangkah pelan ke arah dapur
Lalu Cici kembali mengangkat tangga sambil mengikutiku dari belakang
Tapi
Brukkkh!
Aku dan Cici sontak menoleh ke belakang
Salibnya jatuh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Kustri
Jin e makin ngambek
2022-02-28
1
blessed
aku jg kaget....
semangat up kak
2022-01-29
1