2. HARUS KUAT HATI

Pagi sudah kembali menyapaku kicauan burung-burung peliharaan Papa juga sudah menyambut. Hari ini aku ada janji dengan Ola. Tapi bukan untuk ikut perkumpulan ibadah, cuma mau ngoborol sambil ngopi-ngopi aja.

Setelah aku mandi aku melihat kartu undangan Anton yang kembali tergeletak diatas meja. Entah siapa yang menaruhnya lagi.

Aku mengambilnya lalu membuangnya kembali ke tempat sampah.

Ketika aku turun aku gak melihat Mama dan Papa. Aku pikir mereka masih tidur

Lantas aku tanyakan aja pada Tia yang lagi menyapu di ruang tamu "Ti, Mama Papa belum bangun ya ?" tanyaku

Tanpa menolehku Tia menjawabnya "Oh, Ibu sama Bapak kan ke pabrik" jawabnya

"Oh iya" gumamku "Pagi ini masak apa Ti ?" tanyaku

Tanpa menolehku lagi dan terus menyapu dia jawab aku "Kurang tau Bu, aku belum sarapan. Coba tanya aja langsung sama kokinya. Master Nia"

Tanpa jawaban lagi aku langsung ke dapur, sampai di dapur rupanya Nia lagi bersihin dapur, dia lagi sibuk mengelap meja makan

Aku duduk lalu menanyakan sarapan padanya "Hari ini menunya apa Ni ?" tanyaku sambil mengambil gelas dan air putih lalu minum

"Ibu maunya apa bisa saya sediakan, asal jangan minta suami aja. Wong saya aja janda. Hihi" ucapnya seolah mengajakku bercanda. Tapi entah kenapa pagi ini aku gak kepengen bercanda.

Aku diam aja.

Dia menyadari kalau aku gak bergeming dan tetap fokus pada hape ditanganku, lalu Nia meletakkan secangkir coklat hangat dan roti selai coklat dihadapanku.

"Silakan Bu" ucapnya dengan pelan

Tapi aku gak menggubrisnya meski menyadari ada hidangan yang dia berikan.

Aku masih lihat-lihat berita viral di sosmed

Tiba-tiba Tia datang ke dapur mengabari aku kalau Ola datang " Bu, ada Bu Ola datang"

Aku menolehnya "Loh, bukannya nanti jam sepuluh baru dia datang , kok jam segini dia udah datang sih ?" ucapku bingung

Tia jadi ikutan bingung "Gak tau Bu, orangnya noh ada di ruang tamu" ucapnya

"Oke deh nanti aku ke situ" ucapku

Mendengar aku bilang begitu Tia kembali pergi

Nia malah berdiri memandang suguhannya, mungkin dia agak kecewa kalau suguhannya gak aku sentuh

"Ada apa Ni ?" tanyaku

Nia menunjuk suguhannya "Itu Bu dimakan dan diminum dulu" ucapnya

Aku menoleh suguhannya " Oh iya pasti lah, tapi bentar saya temuin Ola dulu ya" ucapku sambil menggeser kursi

Tapi Nia menahanku " Gak boleh Bu, Gak boleh begitu. Pamali. Kalau makanan sudah didepan mata harus segera dimakan" ucapnya

Aku mengerutkan dahi "Emang kenapa Ni ?" tanyaku

Nia tetap menahanku "Gak boleh, nanti makanan Ibu dimakan Jin loh, apa lagi makanannya gak didoakan dulu, Jinnya udah makan duluan tuh" ucapnya

Aku bingung membedakan ucapan Nia antara menakutiku atau memang benar begitu

"Kalau gitu udah dari tadi dong, ini susu coklat sama roti dimakan Jin" ucapku

Nia mengelak "Oh enggak, jangan salah. Jin akan bereaksi ketika makanan ditinggal. Makanya kalau kita makannya nanggung tiba-tiba berenti terus dilanjutin lagi, makanannya terasa hambar kan ?" jelasnya

"Apaan sih, tahayul tuh" cibirku

"Itu sungguhan Bu" ucapnya

"Iya tapi kan ini makanannya belom saya makan juga" ucapku

Nia tetap menyuruhku sarapan dulu "Udah, jangan banyak berdebat. Ibu sarapan aja dulu"

Akhirnya aku mengalah lalu kembali duduk dan menurutinya.

Tia dan Nia itu wanita dewasa umuran empat puluh tanun tapi karena mereka sudah lama mengasuhku dari aku kecil mereka sudah seperti orang tua bayangan bagiku. Mereka juga gak mau dipanggil Ibu atau Mbak, mereka maunya dipanggil nama karena katanya mereka mau awet muda padahal mereka juga sudah punya anak tapi sudah menikah muda semua, anaknya juga tinggal di kampungnya.

Setelah aku minum susu coklatnya langsung sampai habis dan makan rotinya langsung dua kali gigitan, akhirnya aku menemui Ola yang pasti udah nungguin aku dari tadi. Gara-gara debat masalah jin minum susu coklat.

"Hai, Ola" sapaku setelah sudah sampai diruang tamu

Ola berdiri seolah menyambutku "Hai, Lisa"

Lalu kami saling duduk berhadapan.

Aku yang memulai obrolan lebih dulu "Katanya mau datang jam sepuluh, tapi kok udah datang aja" ucapku

Ola tersenyum "Iya, gua mau sekalian ngajak lu beli kado buat Anton kan dia nikah, emang lu gak diundang. Masa seorang lu gak diundang sih" ucapnya

Sejenak aku berfikir "Enggak, gua enggak diundang" ucapku

Ola terpaku pada perkataanku "Loh, katanya si Anton lu diundang kok" ucapnya

Aku mengelak "Enggak, dia gak ngundang gua. Mungkin dia bilang begitu cuma biar keliatan dewasa aja kali, seolah gak ada dendam sakit hati atau apa lah itu" ucapku

"Tapi apa bener, lu serius gak diundang ?" tanya Ola lagi

Aku mengangguk "Iya gak diundang. Lagian gua biasa aja kok gak diundang ya gak apa juga, yang penting dia bahagia" ucapku

"Owh, gak nyangka kalau dia bisa bohong ya" ucap Ola

"Yaudah lah gak usah dipikirin. Kita mau ke mana sekarang ?" ucapku

"Ya temenin gua nyari kado dulu yuk, buat Anton" ucapnya

Aku mengangguk setuju "Oh oke gua anterin" ucapku

Ola berdiri lalu mulai begegas pergi "Yuk" ajaknya

Tapi aku tahan " Bentar, gua ambil tas dulu" ucapku lalu mengambil tas dengan langkah yang agak dipercepat

Setelah aku mengambil tas akhirnya kami pergi ke mal dengan mobil yang langsung dikendari oleh Ola.

Ditengah perjalanan Ola mengawali obrolan "Kalau mendekati jam sepuluh begini sih di jalan ini gak ga begitu macet ya Lis" ucapnya

"Iya bener tapi kalau udah sore macetnya bikin darah tinggi kumat" tambahku

"Bener banget, gua juga kadang suka kesel sama kemacetan yang semakin parah"

"Iya karena kan yang punya mobil sekarang udah banyak, apa lagi satu orang masing-masing bawa mobil"

"Iya juga sih" ucapnya "Oh iya kira-kira kadonya apa ya, lu ada usul gak ?" tanyanya padaku

Aku jadi bingung jawabnya "Kasih bingkai foto aja" saranku

Ola gak setuju "Ngaco lu, masa gua kasih kadonya bingkai foto"

"Loh bingkai foto kan juga mahal" ucapku

"Ya gak harus bingkai foto juga lah" ucap Ola

Aku tersenyum, jadi geli sendiri membayangkan Anton membuka kadonya tapi cuma bingkai foto

Ola menyadari aku senyum-senyum sendiri "Kenapa lu senyum-senyum ?"tanyanya

"Gua cuma tiba-tiba ngebayangin si Anton buka kado dari lu, dia kira kadonya mahal kali ya. Soalnya kan lu orang berduit. Pas diliat rupanya cuma bingkai foto. Hahahah" ucapku yang akhirnya gak bisa tahan ketawa

Ola tertawa geli juga mungkin dia membayangkannya "Iya, dia itukan mata duitan ya, ekspektasinya tinggi kalau berteman sama orang yang ada duitnya. Hihi"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!