15. TANDA-TANDA KEMARAHAN

Sekar sudah gak bekerja di rumah lagi karena menurutku Jin Penunggu gak suka dengannya. Akhirnya dengan berat hati Sekar aku suru pulang ke rumahnya. Tapi untungnya Sekar gak kecewa atau sakit hati padaku

Sekarang masih hanya ada aku dan Cici

Malam ini aku makan malam bersama seperti biasanua dengan Cici sambil masih membahas tentang keanehan yang terjadi di rumah.

Kali ini Cici yang memulai obrolan "Bu, kalau kita lagi ngomongin dia begini. Dia ngerti bahasa kitq gak sih ?" tanyanya

"Kurang tau deh Ci, saya gak paham banget"

"Kayaknya semakin ke sini semakin aneh ya, Bu" ucapnya

Aku mengangguk pelan "Iya Ci, harusnya kita gak seribet ini ya" ucapku

"Tapi, kalau pun dia ada. Saya juga merasa aman aja Bu, kalau yang jahat datang ke sini pasti selalu mental begitu aja" ucap Cici

"Iya bener banget sih, tapi saya ngerasa capek aja harus kasih dia sajen setiap hari" ucapku

Mendengar aku bilang begiru raut wajah Cici jadi langsung berubah sambil menoleh ke atas tiap sudut dapur, seolah dia benar-benar takut kalau nanti Jin itu bisa mengerti bahasa kami.

Tapi aku menenangkan hati Cici "Tenang aja Ci, dia gak akan galak sama kita" ucapku sambil menghabiskan makananku

Entah kenapa aku yakin kalau Jin itu memang gak akan menyakiti aku dan Cici

Cici menyeringai " Semoga aja ya Bu" ucapnya meskipun dia masih kelihatan ragu

Akhirnya aku selesai makan

"Yaudah deh saya mau ke kamar dulu ya, mau belajar agama dulu. Nanti malam Natal mau Baptis" ucapku sambil bergegas bangun dari duduk

"Owh, bagus itu Bu. Saya dukung Bu" ucap Cici sambil mengumpulkan piring kotor untuk dibawa ke Wastafel

Aku pun segera meninggalkan Cici di dapur seperti biasanya.

Saat aku menaiki anak tangga satu persatu tiba-tiba kaki kananku seperti ada yang menahan. Rasanya juga seperti ada yang menggenggam tepat dipergelangan kaki.

Aku berusah mengangkat kaki ku sambil berusaha sesekali menghentakkan kaki tapi rupanya gak bisa.

Tapi setelah berkali-kali aku coba hentakkan dan angkat akhirnya kaki aku bisa normal lagi

Meskipun begitu aku gak mau pusing memikirkan apa yang terkadi, aku tetap melanjutkan ke kamar sesuai dengan tujuan utama ku.

Aku ambil hape yang selalu tergeletak di kasur lalu mengecek pesan masuk, tapi kali ini gak ada pesan masuk dari Ola.

Akhirnya aku yang lebih dulu mengetik pesan untuknya

"Ola"

"Mana link Zoomnya ?"

Tapi rupanya ceklis satu.

Akhirnya aku menelpon Ola dengan telepon pulsa

Deringnya sih tersambung tapi Ola belum angkat

Sudah lebih dari dua menit aku coba telepon tapi belum juga diangkat.

Akhirnya aku putus asa lalu meletakkan hapeku kembali diatas kasur.

Tapi rupanya ada pesan masuk dari Ola. Dia menjawab pesanku

"Oke, ini linknya ya Lis. Sori gua tadi lagi di jalan" balasnya

lalu dia mengirimkan link padaku dan langsung aja aku balas

"Oke, thank you"

Akhirnya aku masuk ke dalam pertemuan Zoom. Lalu langsung disambut oleh seorang Ibu yang cukup berkarisma bagiku.

Tadinya aku pikir hanya aku aja tapi rupanya ada tiga orang lainnya yang sekiranya seumuran dengan ku. Aku cukup lega karena dengan begitu aku ngerasa gak sendirian.

Hampir setengah jam berada dalam pertemuan, Beliau menerangkan banyak hal baru yang selama ini belum aku pahami. Aku juga mendengarkan penjelasannya dengan seksama diatas kasur tapi tiba-tiba koper kosong yang aku taruh diatas lemari jatuh

"Brukh!"

Sontak aku kaget, pikiranku jadi kemana-mana.

Tapi aku tetap melanjutkan pertemuan karena aku gak mungkin off camera dalam situasi seperti ini.

Akhirnya salam penutup terucap dari Ibu pembimbingku.

Langsung aja aku angkat kembali koper ke atas lemari.

Matahari pagi kembali menyinari rumah ini dan pagi ini aku agak malas membuatkan sajen untuk Jin yang lama kelamaan seolah dia adalah penguasa rumah ini. Tapi mau apa lagi, aku harua bisa menerima keberadaannya karena dia cukup baik pada ku dan Cici.

Hari ini Cici lagi masak rendang untuk makan kami nanti, bau harum masakannya membuat aku semakin lapar.

Sambil menata sajen aku teringat kejadian semalam "Ci, semalam saya pertemuan belajar agama. Tiba-tiba koper yang diatas lemari jatuh sendiri loh" ucapku

Cici langsung menolehku "Ah, masa sih bu ?

"Iya, tau-tau jatuh gitu aja"

Cici berfikir sejenak " Jangan-jangan digeser tikus yang lewat Bu" tebaknya

"Ah, masa tikus sih. Lagian mana ada tikus di sini" ucapku

Cici menggaruk kepalanya, ia ikut bingung "Atau bisa jadi waktu naruh ke atas lemarinya belum sepenuhnya rapih, Bu" tebaknya lagi

Aku terdiam sebentar "Mungkin gak ya, kalau Jin itu yang jatuhin ?"

Cici menjawab tapi ragu "Mmm, mungkin aja sih Bu"

"Waktu kamu Sholat, Jin itu suka ganggu kamu gak Ci ?" tanyaku

"Suka sih enggak, tapi pernah aja" jawabnya

"Kapan itu ?" tanyaku cepat

"Pernah digangguin pas Sholat, mukena saya terasa ditarik-tarik. Tapi saya diam aja tetap fokus Sholat" jawabnya

Aku merinding mendengarnya, sementara Sajen yang aku siapkan sudah selesai

"Bentar ya Ci saya taruh di depan dulu" ucapku sambil membawa ke tempat biasa

Kira-kira jam empat sore aku berada di kamar sambil lagi mengoreksi laporan perusahaan yang dikirim oleh Ria.

Tapi kali ini kepala aku sakit sekali sampai-sampai rasanya mau muntah. Sambil mengoreksi aku sambil pijit-pijit kepala tapi rupanya belum juga membaik.

Akhirnya aku turun untuk menemui Cici, aku mau minta obat sakit kepala padanya

Dengan pelan-pelan aku menuruni anak tangga karena penglihatan sudah berubah kabur

Tapi belum juga sampi diujung turun tangga, Cici sudah menghampiriku. Dengan tergesa-gesa dan panik

"Bu, Bu. Sajennya berantakan" ucapnya

Sebenarnya aku juga panik tapi aku lebih menahan rasa sakit kepala yang seolah mencengkram

Aku belum menjawab apa-apa, aku hanya berusaha turun dengan pelan-pelan. Sementara Cici jadi terpaku padaku

"Ibu kenapa ?" tanyanya

Sambil masih turun aku jawab dengan nada pelan "Sakit kepala banget Ci"

Tanpa aku minta Cici memghampiriku lalu menuntunku, dia memegang tanganku dengan erat sampai akhirnya aku duduk di ruang tamu

Aku masih berusaha memijat kepalaku sementara Cici mengambilkan aku obat

"Ini Bu obatnya diminum" ucapnya sambil menyodorkan segelas air putih dan pil pereda sakit kepala

Langsung aja aku minum tapi masih belum ada perubahan, biasanya tunggu sekitar satu jam. Tapi meski begitu aku tetap menanyakan kepanikan Cici yang diawal tadi

"Tadi sajen kenapa Ci ?" tanyaku

"Sajen berantakan Bu" jawabnya

"Berantakan gimana, Ci ?"

"Berantakan, Bu. Makanannya keluar. Saya gak berani beresin. Karena kan saya gak bisa nyentuh sedikitpun"

"Kok bisa berantakan ya, kenapa ya ?" tanyaku

Cici menaikkan pundakknya "Gak tau, Bu"

Terpopuler

Comments

Rania Puspa

Rania Puspa

jin putih nmy doank sifatnya ttp mempengaruhi kita membawa dlm kesesatan sebaik²nya ttp pamrih mky sebaik²nya tmpat kita bergntung & mngeluh cm Tuhan pencipta Alam krn ksih sayangy tnpa batas & pamrih.

2022-02-27

1

blessed

blessed

jin nya pasti ga suka kalo lisa beribadah....makin seru nih.... lanjut ka 👍👍

2022-01-27

1

blessed

blessed

pasti tikusnya segede gaban ya ci🤭

2022-01-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!