4. DEMI MEMBANTU TEMAN

Setelah pulang dari kantor seperti biasa aku selalu berdiam di kamar, menghabiskan waktu kosong dengan menonton drakor yang episodenya belum tamat. Ini sudah jam dua belas malam dan harusnya aku bergegas untuk tidur tapi entah kenapa pikiranku masih tertuju kepada Elsa.

Akhirnya aku ambil hape lalu menchat dia

"Malam El, kabar gua baik aja. Gimana dengan rumah yang lu jual apa masih kosong ? Kebetulan gua juga lagi cari rumah. Apa kita bisa ketemu untuk bicarakan rumah yang mau lu jual itu ?"

Tapi sayangnya ceklis satu aja mungkin di sana memang lagi hilang sinyal

Beberapa menit menunggu rupanya Elsa belum juga menanggapi karena memang notifikasinya masih ceklis satu.

Sudah sejam menunggu tapi ceklis masih belum berubah berwarna biru.

Akhirnya aku coba putuskan untuk menelponnya. Tapi rupanya mungkin memang jaringan dia di sana hilang total jadi gak bisa terhubung sama sekali.

Akhirnya aku putuskan untuk tidur,

Tapi dari luar pintu kamar ada yang mengetuk pintu

"Bu" suara Nia terdengar sampai ke dalam

Aku menyahutinya tanpa beranjak membuka pintu "Iya" Aku tanyain lagi "Ada apa Ni ?" tanyaku

"Saya bawa peyek buat camilan bu" ucapnya

Ya ampun jam segini ngasih camilan. Tapi akhirnya aku langsung bergegas membuka pintu lalu berhadapan dengan Nia yang sudah membawa semanggok besar peyek.

Dia tersenyum padaku sambil menyodorkan peyek

"Ini bu, kalau di makan malam-malam pada saat dingin begini rasanya kayak di Surga" ucapnya

Aku lantas menerimanya lalu langsung memakan satu lembar peyek saat masih berhadapan dengannya "Ah, bisa aja kamu Ni. Kayak pernah ke Surga aja" ucapku

"Nanti saya ke Surga jualan peyek. Pasti laku" ucapnya

"Kalau ngomong jangan sembarang, kalau ke Surga beneran baru tau rasa loh" ucapku

"Loh gak apa-apa justru bagus lah"

"Maksud saya, emangnya kamu mau cepet-cepet mati ?" tanyaku

"Loh gak apa-apa cepet mati asal masuk surga" ucapnya

Aku mencibirnya sambil masih menguyah peyek "Jangan ngomong sembarang lu, kalau lu mati cepet, siapa yang____"

Kriiingg!

Aku menoleh hape ku. Omongan ku terpotong oleh dering hapeku yang tiba-tiba aja berbunyi.

Langsung aja Nia pamit turun " Kalau gitu saya turun dulu ya" ucapnya lalu berbalik badan

Tanpa menjawabnya aku langsung tutup pintu kamar kembali dan meraih hapeku. Rupanya dari Elsa

Langsung aja aku angkat

Aku yang menyapanya lebih dulu "Hai, El. Apa kabar ?" tanyaku lagi

Elsa menjawabnya dengan nada yang lemah "Kabar baik Lis, lu apa kabarnya ?"

"Kabar baik juga El" ucapku

Elsa langsung menanyakan jual beli rumah "Gimana, apa lu mau beli rumah gua ?" tanyanya

Langsung aja aku jawab dengan cepat " Iya, gua mau beli karena kebetulan gua lagi cari rumah. tapi sori sebelumnya, itupun kalau rumah dan harganya cocok buat gua ya. Gak apa-apa ya" ucapku

Elsa menjawabnya masih dengan suara yang lemah "Oke gak apa-apa, tapi gua juga mau kasih tau sebelumnya kalau rumah yang gua maksud bukan di Jakarta, tapi di daerah Jawa"

Sejenak aku diam berfikir tapi Elsa menyadarinya "Lu gak suka ya Lis ?" tanyanya

"Enggak juga, soalnya kan gua belom liat rumahnya. Kalau masalah jarak sih mmmm kalau masih bisa ditempuh sama kendaraan, ya gua oke aja. Cuma gua agak mikir aja kalau gua harus ngantor pulang pergi sejauh itu" ucapku

"Owh, kan lu bisa sewain rumahnya" usul Elsa

"Owh iya juga ya"

"Kalau lu oke, kita atur ketemuannya tuk liat rumahnya. Gimana ?" ucapnya

"Oke, kalau gitu besok aja deh. Soalnya gua penasaran banget" ucapku

"Oke besok kita ketemuan aja nanti gua share lokasinya" tutupnya

"Oke deh kalau gitu, Bye" tutupku

Keesokan harinya aku bertemu dengan Elsa ditempat yang ditentukan. Elsa lebih memilih ketemuannya langsung di rumah yang mau dia jual.

Aku iyakan walau perjalanan sampai empat jam.

Akhirnya aku sampai di rumah bercat putih yang cukup megah berlantai dua. Pekarangannya cukup asri dihiasi pepohonan rindang dan penuh dengan tanaman bunga yang berwarna-warni

Elsa menyambutku setelah aku turun dari mobil

"Hai Lis, makin cantik aja" sambutnya.

Aku tersenyum menghampirinya lalu berasalaman pipi dengannya.

Kini, wajahnya gak sefresh dulu, kantung matanya hitam dan kendur, wajahnya kusam penuh jerawat dan pakaiannya sederhana juga agak kusam mengisyaratkan kalau dia bukan lagi golongan sosialita seperti sebelumnya yang aku tau

Lantas aku balik memujinya dengan manis "Ah, justru lu yang makin cantik" ucapku

Elsa tersenyum mendengarnya lalu mengajaku untuk melihat isi dalam rumah "Yuk, gua temenin liat dalem rumahnya" ucapnya

Aku mengangguk lalu mengikutinya dari belakang

Aku masuk lalu melihat-lihat seisi rumah dari depan sampai belakang semuanya dalam kondisi bagus, selain ruang tamu yang cukup luas, ada dua kamar tidur di lantai bawah , dua kamar tidur di lantai dua, disertai kamar mandi yang bersih, ada ruang makan menyatu dengan dapur yang cukup luas, bahkan ada kolam renang yang terlihat terawat.

tapi entah kenapa ada perasaan yang janggal di dalam rumah tapi aku gak bisa melihatnya

Elsa meyakinkan aku "Lis, rumah ini udah cocok banget kok sama harganya" ucapnya

"Iya sih, ya udah gua mau beli" ucapku tanpa banyak kompromi lagi

Elsa tersenyum padaku, dia senang mendengarnya "Makasih ya Lis" ucapnya lalu berterimakasih padaku

"Oke kalau gitu gua pulang dulu ya" tandasku

"Oke Lis hati-hati ya" ucapnya

Aku melambaikan tangan dari dalam mobil, melihat suasana depan rumah yang seolah memintaku untuk datang kembali

Sampai akhirnya aku kembali seminggu kemudian setelah sudah benar-benar menjadi milikku

Aku benar-benar pindah rumah seolah seperti mengasingkan diri dari keluarga.

Aku gak ajak Nia atau Tia karena mereka yang menemani Mama dan Papa di rumah. Aku putuskan mau cari asisten rumah tangga baru aja untuk di sini.

Aku baru sampai jam enam pagi, Barang-barang untuk isi rumah juga sudah sampai bersamaan denganku tapi pastinya belum dirapikan sama sekali tapi sebentar lagi kira-kira jam tujuh pagi dua asisten rumah tangga untukku akan datang untuk membantu merapikan rumah baruku.

Jam tujuh lewat lima belas menit dua asistenku datang. Mereka datang dari yayasan yang aku minta sendiri. Tapi aku minta yang umurnya diatas dua puluh tahun tapi dibawah tiga puluh tahun. Supaya aku gak segan panggil namanya.

Mereka menghampiriku saat aku masih mendampingi supir dan kenek ekspedisi yang menggotong-gotong barang yang cukup besar ke dalam rumah

"Pagi Bu, kami dari yayasan asisten rumah tangga, apa benar ini rumah Bu Lisa ?" ucap seorang wanita muda , ia tersenyum manis, begitu pun pada temannya yang memberikan kesan pertama yang manis.

Aku menjawabnya " Hai, nama kamu siapa ?" tanyaku langsung

"Nama saya cici bu" jawabnya, temannya juga ikut memperkenalkan diri "Saya Mira Bu"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!