5. TANDA TAK WAJAR

Sambil juga aku ikut merapikan barang-barang, aku menyuruh mereka untuk langsung merapikan isi rumah yang masih kayak kapal pecah setelah supir dan kenek ekspedisi sudah selesai membantu dan mereka pulang.

Supaya semua lebih cepat rapih dan bersih aku menyuruh cici untuk membawa lima koper pakaianku ke kamar atas

"Ci, tolong bawa koper-koper saya ke kamar atas yang kamar sebelah kanan ya. Bawanya satu per satu aja " ucapku

Cici langsung sigap mengangkat koper besar yang berisi baju, tapi "Bu, kopernya berat banget gak bisa diangkat" ucapnya

Aku yang lagi sibuk memilih benda-benda untuk dipajang jadinya langsung menolehnya penasaran "Ah, masa sih, itu kan tadi saya yang angkat dari luar loh" ucapku

Tapi Cici masih mengeluh sambil masih mencoba mengangkat "Beneran berat Bu" ucapnya

Mira yang gak jauh dari hadapannya mencoba mengangkat koper, dia penasaran "Iya Bu berat banget" ucapnya sambil mengangkat tapi gak kunjung terangkat seolah koper sudah melekat dengan lantai. Lalu Cici mencoba menggeser-geser koper "Kalau digeser sih bisa Bu" ucapnya

Akhirnya aku menghampiri mereka dengan rasa penasaran juga, lalu mengangkat kopernya dengan mudah "Ini bisa keangkat" ucapku

Mira dan Cici ternganga melihatnya lalu saling mengatakan kalau yang mereka rasakan itu memang benar berat

Cici mengelak "Bener Bu tadi saya angkat memang berat" ucapnya

Mira ikut menjawab "Iya Bu saya juga ngerasain kalau itu berat"

Mungkin karena koper yang ini terlalu banyak isinya jadinya mereka gak kuat angkat "Coba angkat yang lainnya" ucapku

Cici dan Mira langsung menjajal angkat koper satu per satu tapi

"Berat semua Bu " mereka serempak mengeluh.

Bahakan Cici berani bersumpah "Sumpah, Bu. Berat banget" ucapnya

Aku mencoba mengangkat satu per satu dan itu mudah banget. Aku bingung dengan mereka, apakah mereka ini pura-pura bilang begitu atau memang mereka malas bantu-bantu

"Oke deh kalau gitu biar saya aja yang angkat" ucapku sambil mengangkat ke atas

Mereka melanjutkan beres-beres kembali sementara aku langsung mengangkat dua koper sekaligus ke lantai dua

Tapi belum juga membuka pintu kamar aku mendengar teriakan histeris Cici dari bawah

Buru-buru aku turun karena panik lalu menghampirinya yang sudah dalam ketakutan, tubuhnya gemetar dan matanya berair. Sementara Mira jadi ikut ketakutan melihat temannya yang panik

"Ada apa Ci ?" tanyaku

Cici dan Mira masih terlihat ketakutan

Cici menjawabnya dengan terbata-bata, wajah merah dan nyaris menangis sambil menunjuk ke kolong meja yang memang itu adalah meja yang berukuran sedang bawaan dari rumah yang ditinggal Elsa."Ada kepala Bu" ucapnya

Aku bingung tapi agak sedikit takut lalu mengecek kolong meja.

"Gak ada apa-apa kok" ucapku

Cici masih ketakutan dan yakin "Sumpah Bu, ada kepala laki-laki mukanya penuh darah di kolong meja. Sumpah" ucapnya

Mendengarnya lagi aku coba cek lagi meskipun aku jadi takut juga.

"Kamu liat juga Mir ?" tanyaku pada Mira yang sekarang menenangkan Cici

"Engga Bu, saya tadi lagi ngelap meja sofa"

Jangan-jangan Cici memang kecapean jadi halu " Gini aja deh, kalian makan aja dulu ya. Nanti habis makan kalian kerja lagi. Siapa tau kamu kelelahan jadi halu" ucapku

Cici meresponku dengan kecewa karena aku gak percaya dengan apa yang dia saksikan "Beneran Bu saya liat, jangan-jangan rumah ini____" potongnya sambil memandangi seluruh sudut rumah

Tapi aku tetap gak percaya " Sudah sana makan dulu, nanti kalau udah kenyang udah ada tenaga balik kerja lagi" ucapku sambil memberikan mereka uang seratus ribu untuk berdua

Akhirnya Mira dan Cici beranjak makan ke warung makan karena di dapur belum ada bahan makanan yang bisa dimasak

Karena aku mau rumah ini cepat bersih makanya sambil menunggu mereka makan aku berinisiatif untuk ikut merapikan

Setelah aku meletakkan koper-koperku diatas, aku bergegas ke dapur.

Kebetulan dekat dapur ada kamar mandi tamu jadi aku bisa mendengar suara keran air terbuka dengan deras.

Aku masuk ke dalam lalu mematikannya, saat keluar dari kamar mandi ada sosok bayangan putih melewatiku begitu saja lalu menembus dinding

Aku rasa aku juga lapar jadinya mata kunang-kunang.

Gak lama Mira dan Cici kembali mereka melihat hampir semua sudah rapih

"Loh, ini siapa yang rapikan Bu ?" tanya Cici

"Saya lah Ci, emang siapa lagi ? Setan ?" ucapku

Cici dan Mira jadi merasa gak enak mereka langsung merapikan yang lain tanpa aku perintah

Langit sudah mulai kelabu dan akhirnya di menit akhir jam tujuh malam, pekerjaan kami beres.

Kami makan bersama di meja makan dengan makanan yang aku pesan dari onlinefood.

Disuapan terakhir ada suara bel terdengar jelas ditelinga kami. Mira yang berinisiatif untuk melihat siapa yang datang. Selang beberapa saat Mira kembali dengan laporannya

"Bu, ada orang di depan ?" lapornya

"Siapa ya, cewek atau cowok Mir ?" tanyaku

"Cewek Bu" jawabnya

"Dia datang dari mana ?" tanyaku lagi

"Katanya sih tetangga rumah ini" jawabnya

Dengan masih memikirkan orang yang dimaksud akhirnya aku tetap menemuinya.

Aku membuka pintu lalu langsung berhadapan dengannya. Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat bugar. Dia tersenyum padaku lalu aku membalasnya

"Ada apa ya Bu ?" tanyaku

"Saya ini istrinya RT disini, saya lihat-lihat dari siang rupanya orang baru yang pindahan" ucapnya

"Owh, iya saya paham maksud Ibu. Iya Bu saya belum sempat lapor RT RW karena saya masih capek, mungkin besok" ucapku

Ibu itu tersenyum "Owh, bukan masalah itu. Tapi memang benar sih harus lapor tapi bukan itu topik permasalahannya"

Mendengarnya aku bingung " Lalu apa ya Bu ?" tanyaku

"Rumah ini sudah banyak masalahmya, banyak yang datang untuk mencari orang yang dulu punya rumah ini"

Aku bingung dengan maksudnya "Masalah apa ya Bu ? tanyaku

"Sebelumnya orang yang punya rumah ini sering ditagih hutang dengan cara pemaksaan, kadang sering diteror dengan lemparan batu"

"Maksudnya Elsa sering diteror penagih ?" tanyaku

"Iya, karena Elsa juga pernah bermasalah di komplek ini. Dia pakai uang arisan satu miliar untuk bayar hutangnya, makanya sampai hari kemarin masih ada teror di rumah ini"

"Kok Elsa gak pernah cerita ya ? dan kok Ibu tau sampai segitunya ?" tanyaku

"Ya karena warga sini sudah tau semua"

Aku menggaruk kepala mengisyaratkan kalau cerita ini gak perlu juga aku tau, tapi setidaknya aku bisa tau kenapa Elsa begitu dirundung kesedihan

Aku tersenyum dan pamit masuk "Baik bu kalau begitu saya mau istirahat dulu ya" ucapku

Tapi Ibu itu menahan ku "Tunggu"

"Iya Bu ?"

Ibu itu diam sejenak, seperti mau bicara tapi tertahan

Terpopuler

Comments

Vina

Vina

nah kan bener...ada hantunya tuh rumah

2022-02-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!