"pengantin mempelai pria sudah datang, ayo cepat keluar mereka sudah menunggu!" Ujar Lisa memasuki ruangan.
Lisa adalah anak satu-satunya Bibi May yang baru berumur 21 tahun, dia kuliah jurusan kedokteran di salah 1 universitas ternama.
" Ayo Ran, kita harus keluar acaranya sudah mau di mulai"Ajak Bibi May sambil beranjak berdiri.
Rania menghela nafasnya panjang berusaha menguatkan dirinya, ini sudah menjadi pilihannya dia tidak boleh mundur.
"Baiklah ayo" Ucapnya.
Rania pun keluar ruangan sambil di tuntun oleh Bibi May di sampingnya, dia melihat lelaki yang akan di nikahinya itu tengah menengok kearahnya tak terkecuali yang lain mereka seolah mengagumi kecantikan yang terpancar dalam dirinya.
Bibi May menuntun Rania untuk duduk di samping Reno yang terlihat tampan mengenakan kemeja putih di balut jas hitan serta peci hitam yang menghiasi kepalanya.
Rania duduk dalam diam berusaha menutupi kegugupannya, ini mungkin bukan pernikahan yang di inginkannya tapi tetap saja dia merasa gugup di tambah banyak tamu yang memperhatikannya denga Reno.
Para tamu tersebut adalah saudara-saudara Rania dan Reno, mereka sengaja tidak mengundang orang lain saat acara ijab kabul agar acara tersebut berlangsung dengan khidmat.
Sedangkan tamu yang lain mereka di undang saat acara resepsi pernikahan mereka nanti malam.
Disampingnya Reno tak kalah gugup dengan Rania, dia menyeka keringat di dahinya, jantungnya berdegup dengan kencang.
Akhirnya dia harus menikah dengan seorang gadis yang usianya terpaut jauh, bocah nakal yang Reno tahu hanya akan menyusahkan hidupnya.
Reno melirik Rania yang terlihat cantik, dia tersenyum kecut menyadari kekagumannya pada gadis tersebut.
Rania terlihat berbeda dengan yang dia lihat terakhir kali, sebenarnya Reno hampir saja menolak pernikahan tersebut saat tahu pengantin wanitanya hamil dan di ganti dengan gadis kecil disampingnya.
Apa yang akan orang-orang katakan bagaimana mungkin dia menikahi gadis kecil bau kencur yang bahkan
belum lulus SMA.
Sementara dirinya adalah pengusaha muda sukses yang bahkan bukan hal sulit baginya untuk mendapatkan gadis manapun yang ingin dinikahinya.
Ditambah sebelumnya dia memang tidak ingin menuruti perjodohan ini, namun apa dayanya jika itu permintaan ibunya .
Dia tidak bisa menolak dan harus menerima perjodohan tersebut agar ibunya bahagia, ya Reno memang sangat menyayangi ibunya melebihi dirinya sendiri.
"Gimana bisa di mulai acaranya?" Tanya si penghulu
"Iya Pak silahkan di mulai saja!" Ucap William memberi ijin.
Rania melihat mereka yang terlihat bahagia, kakaknya tak terlihat di manapun seolah tahu ini semua karena salahnya hingga Rania yang menjadi korban, dia melirik ke arah ayahnya yang duduk di kursi roda.
Sejak kejadian 2 minggu yang lalu ayah Rania harus duduk di kursi roda hingga kondisinya benar-benar pulih.
Rania menatap ayahnya yang memilih membuang muka saat tahu Rania memperhatikanya.
Rania tersenyum kecut sambil menunduk matanya berkaca-kaca seolah tak mampu menahan kesedihannya.
"Sebenci itukah kamu padaku Pa, bahkan di hari pernikahanku pun kamu tidak sudi melihatku" guman Rania dalam hati.
Rania mencoba menguatkan dirinya sendiri agar tidak menangis di depan para tamu dia tidak ingin terlihat lemah apalagi ini hari pernikahanya .
Rania mendongak sambil tersenyum mencoba menutupi kesedihannya, dia menatap para tamu yang seolah tidak sabar menunggu acara ijab kabul di mulai.
Disampingnya Reno menatap Rania bingung dia tahu gadis itu tengah bersedih tapi karena apa, apakah karena menikah dengannya? tapi tidak gadis itu terlihat baik-baik saja saat menghampiri dirinya tadi.
Dia juga tahu gadis itu memang terpaksa menikah dengannya, tapi sekarang dia yakin gadis itu bukan bersedih karena dirinya .
Reno kembali berbalik membuang rasa penasarannya, untuk apa dia peruli pada bocah itu, dia bukan siapa-siapa baginya.
"Baik Nak Reno bagaimana apa kamu sudah siap?" Tanya penghulu tersebut menatap Reno.
"Siap pak!" Jawab Reno dengan yakin
"Baik kamu ikuti kata-kata saya, setelah saya selesai mengucapkan kata-kata tersebut" Ujar Si penguhu sambil mengulurkan tanganya yang langsung di sambut oleh Reno.
"Saya nikahkan dan kawinkan Rania Zalora Binti Bram Prasetyo dengan Mas kawin seperangkat alat sholat di bayar Tunai"
"Saya terima nikah da kawinnya Rania Zalora Binti Bram Prasetyo dengan mas kawin tersebut di bayar tunai" Dengan satu tarikan nafas Reno berhasil mengucapkan ijab kabul dengan lancar.
"Bagaimana saksi, sah?" tanya Si penghulu kepada para tamu.
"Saah!" Ucap para tamu dengan serempak.
Mereka mengangkat tanganya berdoa tanda mengucap syukur karena telah berhasil menunaikan ijab kabul dengan lancar.
"Baik Nona Rania silahkan cium tangan suamimu sekarang kalian telah resmi menjadi sepasang suami istri!" Ucap Si Penghulu mengarahkan Rania.
Rania mencium tangan Reno, para tamu langsung bersorak bahagia melihat pasangan pengantin baru tersebut.
Rania dan Reno tengah beristirahat di dalam kamar di salah 1 hotel ternama yang akan menjadi tempat resepsi mereka di selenggarakan nanti malam.
"Om, Ran ngantuk mau tidur!" Ujar Rania duduk di samping Reno yang terlihat asyik membaca koran.
Rania baru saja selesai berganti pakaian dan mandi untuk menyegarkan tubuhnya yang lengket dan berkeringat .
"Tidur saja kenapa kamu harus meminta ijinku" Jawab Reno cuek tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.
Rania berdecak kesal menatap Reno dengan tajam.
"Ran gak bisa tidur kalau Om disini, pindah kek" ucapnya mencoba menjelaskan.
Reno mendongak menatap Rania bingung dia melirik kasur di sebelahnya yang masih luas.
"Kenapa, kalau kamu mau tidur tempatnya masih luas kenapa aku harus pergi, lagi pula aku ini suamimu kau tidak berhak mengusirku" Ujarnya.
Rania kembali di buat kesal dengan jawaban Reno
" Dasar Om-om nyebelin, gak ngerti apa kalau kalau aku takut di apa-apain" Umpatnya dalam hati.
"Kau jangan khawatir aku tidak akan melakukan apapun aku tidak bernafsu dengan bocah nakal sepertimu" Ujar Reno seolah tahu apa yang di pikirkan gadis itu.
"Terserah" Balas Rania kesal.
Diapun berbaring di samping Reno dan menutupi tubuhnya dengan selimut tebal dan mencoba memejamkan matanya.
Reno menatap Rania yang tengah tertidur sambil tersenyum, bocah itu memang menyebalkan tapi jika dia diam seperti ini terlihat sangat manis.
Dia beranjak dari duduknya dan pindah ke sofa yang ada di ruangan tersebut sambil menyalakan laptop, mengerjakan perkerjaan kantornya.
Rania memperhatikan Reno yang terlihat sibuk dengan laptopnya, sedari tadi dia memang belum tertidur.
" Tidurlah, jangan menatapku terus" Ucap Reno tiba-tiba.
"Kok Om tahu aku belum tidur ?" Tanya Rania bingung sambil menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya.
" Tentu saja aku tahu kalau kau tidur pasti suara dengkuranmu sudah terdengar dari tadi" Jawab Reno sambil tersenyum sinis.
" Ran gak gitu Om, Ran kalau tidur diem kayak bayi" Ucap Rania tak terima.
Reno mendongak menatap Rania yang juga menatapnya dengan kesal.
"Bagus kalau begitu, nasibku bisa sial sekali menikahi bocah sepertimu yang tidurnya mendengkur" Jawab Reno kembali fokus pada pekerjaannya.
" Ran juga sial bisa nikah sama Om-Om ngeselin kayak Om" Balas Rania kembali berbaring dan menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Tidurlah aku tidak mau kamu mengantuk saat acara nanti malam" Ujar Reno.
Rania tidak menjawab gadis itu telah tertidur, dia tidur dengan nyenyaknya setelah seharian beraktifitas membuat gadis itu kelelahan.
Reno menatap gadis itu sejenak dan kembali sibuk dengan pekerjaannya yang menumpuk dia harus menyelesaikan semuanya .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Elizabeth Zulfa
gitu amat ya bokapnya Rania ... pdhal Rania dah mau brkorban gantiin kakaknya zg hamil duluan. & bikin malu... eeee bokapnya mlah kek gitu sikapnya, acuh ...
seenggaknya biarpun kurang sayang sama Rania tunjukin lah rasa empatimu disaat ankmu mau nikah krna kn dia bntr lagi juga ikut suaminya dah g ktmu tiap hari lagi 😏😏
2022-06-30
0
kaysa KA
aku kira aku baru baca novel ini ternyata aku sudah like berarti aku pernah baca ini novel tapi lupa.
aku baca ulang ya thor
2022-04-22
0
sunu prosanti
lanjuut Kak Vinoy 😘😘😘
2022-04-10
1