Selena membuka pintu apartemannya dengan malas, dia agak kaget saat melihat siapa yang datang, dia adalah Ryan.
“Mau apa kau kemari? Aku tidak mau diganggu,” kata Selena, tapi membukakan pintunya. Ryanpun masuk keapartemen itu.
Baru juga Selena menutup pintu dan berjalan beberapa langkah, Ryan langsung memeluknya dari belakang dan mencium lehernya.
“Lepaskan!” ucap Selena dengan ketus.
Ryan tidak mau melepaskan pelukannya, dia menempelkan bibirnya ke telinga Selena.
“Aku baru mendapatkan uang yang banyak, aku akan memberikan semua padamu, asal kau mau menemaniku,” kata Ryan.
“Aku tidak berminat, lepaskan!” kata Selena dengan ketus.
Ryan mengeluarkan sebuah amplop gemuk pada Selena.
“Lihat, ini semua untukmu,” kata Ryan.
“Lepaskan, aku tidak tertarik! Jeremy sudah memberikanku uang lebih dari itu, aku tinggal memintanya,” kata Selena, sambil menepiskan tangannya Ryan dengan keras sampai pelukan Ryan terlepas.
Ryan terdiam, dia kesal bukan main karena Selena selalu menolaknya.
“Kenapa kau selalu menolakku? Padahal aku bisa membayarmu dengan mahal!” kata Ryan dengan kesal.
“Kau tahu aku pemilih, dan kau tidak masuk daftar pilihanku,” kata Slena.
Ryan tersenyum sinis.
“Apa maksudmu aku tidak masuk daftar heh? Aku tidak sekaya Jeremy?” tanya Ryan.
“Jeremy itu bos, kau apa? Kacung!” jawab Selena asal bicara.
Ryan tersenyum sinis lagi, dan tiba-tiba tangannya mencengkram dagunya Selena dengan keras.
“Jangan menghinaku, suatu saat kau akan jatuh kepelukanku dan Jeremy akan hancur!” kata Ryan.
“Lepaskan atau Jeremy akan menghancurkanmu lebih dulu sebelum kau menghancurkannya!” kata Selena dengan ktus.
Ryan melepaskan tangannya, diapun kembali bersikap tenang. Dia bukan takut pasa Jeremy, tapi dia hanya menunggu waktu yang tepat.
“Apa kau tahu kalau Jeremy sudah menikah?” tanya Ryan, sambil duduk di sofa menopang salah satu kakinya.
“Aku tahu,” jawab Selena, sambil pergi keruangan lain untuk mengambil minum, lalu kembali lagi keruang tamu dengan satu gelas ditangannya.
“Jadi seharusnya dari sekarang kau move on dari Jeremy,” kata Ryan.
“Apa maksudmu? Move On? Aku tidak percaya Jeremy menyukai wanita kampung sperti itu! Apa lebihnya dia? Kurus kering begitu, Jeremy tidak suka tubuh seperti itu, lagi pula Jeremy sudah terikat denganku, dia sudah terbiasa bemain denganku, tidak ada yang bisa mengalhankanku, dia sangat menyukaiku,” ucap Selena, sambil duduk dikursi bulat yang berukuran tinggi.
“Itu hanya hayalanmu saja, yang pasti Jeremy tidak akan melepaskan wanita itu!’ kata Ryan.
“Menurutmu begitu? Kenapa aku harus kalau oleh wanita kampung itu?” gerutu Selena sambil minum air digelasnya.
“Kenyataannya memang begitu, wanita itu sangat disayang oleh Ayahnya yang lagi sakit jantung, Jeremy tidak akan melepaskannya,” kata Ryan lagi.
“Jeremy tidak akan melepaskannya, tapi wanita itu yang akan melepaskan Jeremy, karena aku bisa tahu Jeremy tidaa menyukai wanita itu, wanita itu bukan tipenya,” ujar Selena.
“Sepertinya kau sangat percaya diri sekali,” ucap Ryan.
“Tentu saja, aku mengenal Jeremy sudah lama, aku tahu seperti apa dia, bisnisnya dia, rahasia dia semua ada ditanganku, Jeremy tidak akan meninggalkanku,” kata Selena.
“Jeremy memang tidak akan meninggalkanmu, tapi juga tidak akan menikahimu, selamanya!” ucap Ryan lalu tertawa.
Selena kembali minum di gelasnya. Apa yang dikatakan Ryan ada benarnya juga, dia melayani Jeremy sudah bertahun-tahun tapi pria itu tidak ada gelagat ingin menikahinya, bahkan pria itu masih suka mencari wanita-wanita baru, payah!
Selena turun dari kursinya lalu membuka pintu apartemennya.
“Aku mau istirahat, kau pergilah!” usirnya pada Ryan.
Mendapat pengusiran dari Selena membuatnya kesal, wanita itu sama sekali tidak mau disentuhnya, selalu menolaknya padahal dia sudah menyodorkan uang yang banyak untuknya, lihat saja kalau Jeremy suatu saat nanti terpuruk apa dia tetap akan menyulai Jeremy? Batinnya.
Ryan lalu bangun dan berjalan menuju pintu, tapi dia menoleh lagi pada Selena.
“Sebaiknya kau jangan terlalu banyak berharap pada Jeremy,” ucap Ryan.
“Pergi kau! Kehadiranmu membuatku muak,” kata Selena.
Ryan tidak berkata lagi, wanita itu selalu berkata kasar padanya, tapi dia semakin menyukainya dan ingin menaklukannya, mau sampai mana wanita itu jual mahal padanya.
Selena menutup pintunya setelah Ryan pergi. Dia masih memikirkan Jeremy, dia tidak mau Jeremy melupakannya, karena ada wanita yang selalu ada disampingnya sekarang, dia harus bisa menyingkirkan wanita itu. Kalau Jeremy tidak mau melepasnya, maka wanita itu yang harus meinggalkan Jeremy, batinnya.
****
Hari sudah siang, Evelyn membuka matanya dengan malas, tubuhnya terasa lemas dan kelelahan. Tapi segini sudah lebih baik pria itu tidak menyakitinya seperti yang dilakukannya di mobil, tapi tetap saja, dia merasa aneh dengan semua itu.
Evelyn menoleh kesampingnya, Jeremy masih terlelap. Diapun menggeser tubuhnya mendekati Jeremy, menatap wajah yang sedang tidur pulas itu. Wajahnya sangat tampan, siapa yang akan mengira kalau pria itu tinggal beda kampung dengannya.
Dilihatnya lagi dada bidang dan perut ratanya, tato hampir memenuhi sebagian tubuhnya, buat apa juga dia membuat tato sebanyak itu. Dan saat Evelyn melihat bagian bawahnya lagi, dia terkejut baru menyadari kalau pria itu tidur terlentang tanpa menggunakan selimut. Buru-buru dia mengambil selimut dan menyelimuti tubuh Jeremy sampai pinggang.
Gerakannya membuat Jeremy terbangun.
“Apa yang kau lakukan?” tanyanya, membuat Evelyn terkejut.
“Aku hanya menyelimutimu,” jawab Evelyn.
“Aku tidak terbiasa diselimut!” ucap Jeremy, kembali membuka selimut itu dilemparnya sampai menutupi muka Evelyn.
Evelyn menerima selimut yang menutup mukanya. Padahal semalaman pria itu menyentuhnya tapi sama sekali tidak ada sikap manis untuknya dipagi hari.
Dilihatnya Jeremy masuk ke kamar mandi. Evelyn mencoba turun dari tempat tidur itu dengan tubuhnya yang sakit dan kakinya yang lemas, tapi dia harus pergi untuk kembali ke kamarnya disebelah dan membersihkan diri.
Dengan berjalan perlahan, Evelyn meninggalkan kamarnya Jeremy, masuk ke kamarnya kemarin.
Jeremy keluar dari kamar mandi tidak menemukan wanita itu.
“Kemana dia?” gumamnya, tapi tidak berarta apa-apa lagi, dia hanya segera berpakaian lalu pergi keluar dari kamarnya.
Evelyn juga baru selesai mandi dan berganti pakaian, saat dia keluar dari kamarnya, bersamaan dengan Jeremy.
“Kau akan pergi?” tanya Evelyn.
“Hem!” jawab Jeremy, lalu berjalan melewati Evelyn begitu saja.
“Apa kau tidak sarapan dulu?” tanya Evelyn, mengikuti langkahnya Jeremy.
“Tidak,” jawab Jeremy pendek.
“Aku akan kemana sekarang?” tanya Evelyn.
“Cerewet!” gerutu Jeremy bukannya membalas pertanyaan Evelyn, dia menuruni tangga dengan langkah kakinya yang panjang.
Evelyn pun diam, begitu sulitnya bicara dengan Jeremy, dia tidak tahu harus bicara seperti apa supaya Jeremy bersikap lebih ramah padanya.
Terdengar suara ponsel Jeremy berbunyi, dia pun mengambil ponsel disakunya, ternyata ayahnya video call.
“Jeremy! Mana Evelyn?” tanya Pak Kades.
Jeremy menoleh pada Evelyn, lalu tangannya memberi isyarat supaya Evelyn menghampirinya.
Evelyn segera menghampirinya.
“Ada apa?” tanya Evelyn.
“Nih!” Jeremy memberikan ponselnya pada Evelyn yang segera menerimanya.
“Pak Kades,” ucap Evelyn.
“Bagaimana kabarmu, apa kau baik-baik saja?” tanya Pak Kades.
“Iya Pak, aku baik-baik saja,” jawab Evelyn.
Jeremy hanya berdiri dnegan wajah masamnya memperhatilan Evelyn video call dengan ayahnya.
“Bapak mau memberi tahu makanan kesukaan Jeremy,” kata Pak Kades.
“Jeremy suka makan apa?” tanya Evelyn.
Mendengar perkataan Evelyn membuat Jeremy memberengut, apaan sih ayahnya itu.
“Jeremy itu suka ikan bakar, pakai sambal kecap,” jawab Pak Kades.
“Jeremy suka ikan bakar?” tanya Evelyn, sambil enoleh pada Jeremy yang memberengut.
“Supnya juga dia suka,” kata Pak Kades.
“Sup ikan?” tanya Evelyn,
“Iya, kau bisa mencoba memasaknya buat Jeremy, kau bisa melihat di internet cara memasaknya, “ kata Pak Kades lagi.
“Baiklah Pak Kades, aku akan berlajar memasak ikan bakar sama sup ikannya, kesukaan Jeremy,” ucap Evelyn.
Tapi kemudian dia terkejut saat ponselnya direbut oleh Jeremy.
“Ayah apaan sih, menelpon yang tidak penting!” gerutunya pada ayahnya lalu menutup telponnya.
“Jeremy, kau tidak boleh begitu! Ayahmu memberitahuku makanan kesukaanmu, aku akan memasaknya untuk makan malam,” kata Evelyn.
“Aku bisa membelinya di restaurant, tidak perlu repot-repot!” gerutu Jeremy.
Dia kembali memasukkan ponselnya lalu pergi tanpa pamit pada istrinya. Evelyn hanya bisa mengelus dada, kenapa suaminya itu tidak punya etika sopan santun sama sekali pada orang tuanya juga, keluhnya dalam hati.
***********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Susanty
pepatah kata musuh terbesar kita adalah orang terdekat kita... termasuk Ryan Jombang🤭🤣🤣
2023-06-20
1
Dian Isnu
Rian ya.. 🤔🤔🤔
2022-11-30
0
Dennyanto Suryadi Siregar
ryan musuh dlm selimut
2022-06-10
0