Evelyn menoleh sebentar pada pria itu yang menutup ponselnya, lalu bersandar di jok itu,memiringkan tubuhnya melihat keluar jendela, membelakangi Jeremy.
Tubuhnya terasa masih gemetaran, perih diantara kakinya dan bagian tubuh lainnya masih terasa, rasanya dia tidak akan pernah lupa dengan perlakuan kasar pria itu padanya meskipun pria itu suaminya, dia membencinya, dia benci pria itu!
Ini pertama baginya dan pria memperlakukannya seperti ini, padahal dia sudah bersedia menjadi istrinya meskipun terpaksa. Kenapa nasibnya begitu buruk?
Evelyn memejamkan matanya, menahan tangis tapi tetap saja airmata itu terus menetes dipipinya. Dia tidak tahu akan dibawa kemana oleh pria ini, akan seperti apa kehidupannya nanti, semua tidak terlintas dibenaknya.
Dalam kesedihannya akhirnya Evelyn tertidur. Dia tidak tahu apa yang dilakukan pria itu sepanjang jalan. Hanya saja saat dia terbangun, mobil itu sudah meluncur masuk jalan tol menuju kota.
Hingga sampailah di kota besar yang begitu ramai dan padat penduduknya. Hari sudah gelap saat mobil itu memasuki pagar tembok yang tinggi dengan pagar besi yang tinggi juga. Sungguh rumah yang terlihat sangat mewah.
Evelyn merobah posisi duduknya.
“Kita akan kemana?” tanya Evelyn, menoleh pada Jeremy yang baru saja bicara ditelpon.
“Rumahku,” jawab Jeremy, pendek.
Evelyn menoleh pada Jeremy.
“Aku akan tinggal dirumahmu?” tanya Evelyn.
“Dimana lagi? Aku inginnya membuangmu di jalanan, tapi aku tidak mau Ayahku tiba-tiba minta video call denganmu dan kau tidak ada dirumah!” jawab Jeremy terus menggerutu.
“Semua demi Ayahmu?” tanya Evelyn.
“Apa lagi? Tidak ada alasan buatku untuk membawamu!” jawab Jeremy, lalu menoleh pada Evelyn dan menatapnya.
“Sudah aku katakan aku ini pembosan, aku tidak suka tidur dengan wanita itu itu saja, membosankan!” kata Jeremy, kemudian memalingkan muka.
“Kau sudah menikah sekarang, seharusnya kau hentikan kebiasaanmu itu!” kata Evelyn.
Jeremy menoleh lagi pada Evelyn.
“Jangan membuat masalah denganku! Jangan sok sok jadi istriku! Aku menikahimu juga terpaksa. Aku hanya butuh tubuhmu saja, selebihnya tidak ada,” jawab Jeremy.
Evelyn menatap pria itu. Entah terbuat dari apa hati pria ini? Padahal Pak Kades begitu baik orangnya, tapi pria ini..pria ini seperti iblis!
“Kalau begitu biarkan aku pulang dan aku tidak akan pernah menjadi istrimu lagi, selamanya!” kata Evelyn dengan suara yang tersekat. Airmata kembali menetes di pipinya.
“Aku tidak terima kau memperlakukanku seperti ini!” ujar Evelyn.
“Aku bukan wanita yang sering kau bawa tidur! Aku istrimu! Tidak bisakah kau menghargaiku?” tanya Evelyn lagi hampir berteriak, dia benar-benar sangat marah.
Jeremy langsung menarik rambutnya Evelyn dengan kasar, sampai Evelyn berteriak dan memegang rambutnya.
"Sakit, Jeremy! Lepaskan!" teriaknya, terus meringis menahan sakit.
“Kau cari mati ya? Seenaknya berteriak-teriak padaku!” bentak Jeremy dengan kesal.
“Lepaskan! Atau aku akan mengadu pada Ayahmu!” teriak Evelyn.
Tentu saja Jeremy kesal mendengarnya.
“Kau!” tangannya mengangkat akan memukulnya, sampai Evelyn menangis ketakutan, tapi pria itu tidak jadi memukulnya. Kalau Evelyn gimana-gimana, nanti bagaimana kalau Ayahnya menelpon dan video call lagi, wajah Evelyn babak belur apalagi kalau wanita ini mengadu.
“Aah!” teriaknya dengan kesal, sambil melepaskan jambakan dirambut Evelyn.
Jeremypun menatap Evelyn.
“Difikir fikir aku menyesal bertemu denganmu, membuat hidupku ribet! Kau sangat merepotkan!” kata Jeremy.
“Kau bisa bicara begitu, lantas apa yang kau lakukan padaku? Kau bahkan menyentuhku tapi kau memperlakukanku tidak baik!” kata Evelyn.
“Sudahlah jangan sok suci, kau fikir aku tidak bisa mendapatkan gadis yang masih virgin? Tidak usah berlebihan!” gerutu Jeremy.
Evelyn benar-benar sudah tidak tahu harus bicara apa dengan pria ini. Dia sungguh tidak sanggup menghadapinya. Tapi pria itu adalah suaminya, apa yang harus dilakukannya pada suami yang suka mengasari istrinya?
Rasanya tidak sanggup diperlakukan seperti ini terus menerus, tapi dia bisa apa? Semua sudah terjadi, inilah suaminya sekarang.
Mobil itu terus memasuki halaman rumah mewah itu lalu berhenti di depan teras.
Jeremy turun dari mobilnya.
“Jeremy sayang! Akhirnya kau pulang juga! Aku sudah kesal menunggumu!” terdengar suara wanita yang berlari menghampiri Jeremy.
Evelyn langsung tersentak kaget saja, saat wanita itu langsung berhambur memeluk Jeremy dan mereka berciuman lama. Bahkan Jeremy mencium leher dan menyusupkan wajahnya ke dada wanita itu yang memakai pakaian lingkar leher yang rendah. Wanita itu menaikkan satu kakinya kepinggang Jeremy.
“Oooeekk!” Evelyn merasakan mual di perutnya, dia sangat shock, melihat suaminya semesra itu dengan wanita itu, tubuhnya mendadak lemas dan dia kembali bersandar dijok mobil itu.
Rasanya dia tidak percaya nasibnya seburuk ini. Suaminya bermesraan bersama wanita lain didepan matanya. Airmata ingin seketika tumpah, tapi dia berusaha untuk tenang. Dia menghela nafasnya sebentar, tarik nafas lagi, dia harus kuat, harus kuat.
Evelyn segera turun dari mobil itu dengan kaki yang masih gemetaran.
Wanita yang sedang dicumbu Jeremy itu tampak terkejut melihat ada wanita yang keluar dari mobil itu. Diapun menurunkan kakinya dan menjauhkan kepalanya Jeremy yang ada di dadanya.
“Jeremy, siapa dia?” tanya wanita itu, menatap Evelyn dengan tajam.
“Aku istrinya!” jawab Evelyn.
Tentu saja wanita itu terkejut bukan main, lalu menoleh pada Jeremy.
“Jeremy, siapa dia? Kau, apa benar dia istrimu?” tanya wanita itu.
Jeremy menoleh pada Evelyn lalu pada wanita itu.
“Iya, dia istriku!” jawab Jeremy.
“Apa? Kau pulang kampung hanya untuk menikah dengan dia?” tanya wanita itu dengan marah.
“Iya, Ayahku menyuruhku menikah dengannya! Ada apa kau kesini?” tanya Jeremy.
“Tentu saja aku rindu padamu, sudah lama kau tidak menyentuhku,” jawab wanita itu, langung mengalungkan tangannya ke leher Jeremy dan menjilat bibir pria itu.
Tentu saja Evelyn merasa muak saja melihatnya.
“Tapi sekarang aku lelah, mau istirahat,” jawab Jeremy, sambil membalas mencium bibir wanita itu.
Wanita itu menatap Jeremy.
“Lelah katamu? Lelah? Kau habis bermalam dengannya?” tanya wanita itu dengan wajah yang tidak suka.
“Sudahlah, jangan terlalu banyak bertanya. Nanti besok aku menemuimu,” kata Jeremy.
“Kau mengusirku?” tanya wanita itu.
“Apa kau tidak dengar? Besok aku menemuimu!” jawab Jeremy dengan tegas.
Wanita itu tidak bicara lagi, dia menatap Evelyn dengan tatapan marah, menatapnya dari atas sampai bawah, dia tidak percaya kalau Jeremy bisa menikah. Dia tahu pria itu tidak mau terikat. Apa Jeremy mencintai wanita dari kampung ini? Tidak mungkin! Diapun lalu pergi begitu saja, menuju mobilnya yang terparkir dihalaman.
Evelyn menatap kepergian wanita itu lalu menoleh pada Jeremy yang masuk ke dalam rumah.
“Siapa dia?” tanya Evelyn mengikuti langkah suaminya.
“Salah satu wanitaku, Selena!” jawab Jeremy.
Wajah Eveyn langsung memerah.
“Dia kesini mau apa?” tanya Evelyn, mengikuti Jeremy.
“Mau apa? Ya apalagi kalau bukan urusan ranjang!” jawab Jeremy terus terang sambil berjalan terus melewati ruangan yang luas itu. Evelyn terus mengikutinya.
“Mulai sekarang kau tidak boleh bertemu dengannya lagi!” kata Evelyn, membuat Jeremy terkejut dan membalikkan badannya.
“Kau ini siapa? Sok mengatur-ngaturku,heh?” bentaknya dengan kesal.
“Aku istrimu! Aku berhak melarangmu berhubungan dengan wanita lain!” jawab Evelyn.
Jeremy semakin kesal saja, tapi dia tidak bicara lagi, dia kembali membalikkan tubuhnya berjalan terus.
“Pernikahan ini benar-benar membuat kepalaku mau pecah! Ribet!” gerutunya.
Evelyn mengikutinya terus menaiki tangga sampai mereka di depan pintu yang tertutup.
Jeremy membuka pintu itu, Evelyn mengikutinya.
“Kenapa kau mengikutiku?” tanya Jeremy.
“Ini kamarmu kan?” tanya Evelyn.
“Iya, dan kau fikir aku akan membiarkanmu tidur disini? Tidak! Kamar yang lain banyak! Kau pilih sendiri!” kata Jeremy, sambil membuka jasnya dan dilempar ke tempat tidur.
Evelyn menatap pria itu. Sungguh dia sudah menikah dengan orang asing. Sangat asing!
Jeremy memasuki sebuah ruangan, entah ruangan apa itu. Evelyn hanya berdiri dikamar itu. Tidak berapa lama pria itu keluar lagi dengan membawa uang bergepok-gepok, lalu dilemparnya ke tempat tidur.
“Buatmu! Kau beli pakaian yang bagus, atau apalah terserah! Aku tidak mau Ayahku melihatmu dekil dan kotor, tidak terurus! Kau bisa ke salon kecantikan juga! Pokoknya terserah, asal jangan bertingkah macam-macam di depan Ayahku!” kata Jeremy.
Evelyn melihat uang itu. Sebenarnya siapa yang tidak mau uang, tapi cara pria tu memberinya seperti itu sangat menyakitkan.
“Apa lagi?” tanya Jeremy, menatap Evelyn.
“Ingat! Jangan bikin masalah didepan Ayahku! Jantung Ayahku sedang tidak sehat, kalau kau macam-macam, aku tidak segan-segan menghabisimu!” ancam Jeremy.
“Semua kebutuhanmu akan kucukupi tapi aku tidak mau kau ikut campur urusanku! Apalagi mengatur-atur hidupku, kau mengerti?” lanjut Jeremy.
Evelyn tidak menjawab, masih berdiri saja. Dilihatnya pria itu membuka kemejanya dan dilemparnya sembarang, memperlihatkan otot-otot tubuhnya yang atleatis, ada tato didada juga di punggung pria itu. Kemudian pria itu tidak ragu-ragu melepaskan seluruh celananya, Evelyn segera memalingkan muka. Meskipun pria itu sudah menyentuhnya, tetap saja dia merasa asing.
Jeremy segera masuk ke kamar mandi tanpa memakai pakaian di tubuhnya.
Evely masih berdiri mematung saja. Dia masih merasa shock mengetahui kehidupan suaminya yang sepetri ini. Diapun berjalan menuju tempat tidur , duduk dipinggirnya dan menatap uang bergepok-gepok itu. Sebenarnya apa pekerjaan Jeremy hingga dia begitu kaya?
*******
Readers, maaf ya upnya tidak teratur, dah beberapa hari sinyalnya jelek, cuacanya tidak mendukung.
Jangan lupa like dan gift ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Asri Angsela Melivina Potabuga
kaya koq gk ks ajj black card
2023-02-07
0
Dian Isnu
nanti kalau bucin awas aja Jeremy.. besok kalau LG cinta2 nya tinggal kabur aja biar tau rasa
2022-11-30
0
Dennyanto Suryadi Siregar
jgn lemah evelyn
2022-06-10
0