Ryan mengambil tisu diatas meja untuk melap wajahnya yang basah juga pakaiannya, lalu duduk disalah satu sofa.
“Wanita itu benar-benar gila! Aku tidak percaya apa benar dia istrimu?” tanya Ryan.
“Iya, dia memang istriku,” jawab Jeremy.
“Jadi kau beneran sudah menikah? Sepertinya kau tidak waras! Buat apa menikah? Tiap hari kau bisa gonta ganti wanita, banyak wanita cantik diluar sana. Menikah membosankan!” kata Ryan.
“Ya begitulah!” ucap Jeremy, sambil menyimpan amplop gemuk itu didepan Ryan.
“Jangan katakan kau pulang kampung itu untuk menikah dengan wanita itu!” kata Ryan, masih melap bajunya yang basah.
“Aku malas menjelaskannya!” jawab Jeremy dengan malas.
“Ngomong-ngomong kau sudah selesai dengan istrimu kan? Apa istrimu mau kau berikan padaku? Dia terlihat cantik dan segar,” tanya Ryan.
Mendengar perkataan Ryan, Jeremy spontan langsung melempar bantal disampingnya ke wajahnya Ryan dengan kerasnya, sampai Ryan meringis tidak menyangka Jeremy akan berbuat begitu.
“Jaga ucapanmu!” bentak Jeremy.
“Hei kau kenapa? Biasanya juga aku menerima bekasmu tidak masalah bagiku, istrimu lumayan cantik,” kata Ryan lagi, dengan bingung.
Jeremy mengambil satu bantal lagi dan dilepar lebih keras kearah Ryan yang sekarang dengan sigap menangkapnya.
“Apa aku salah bicara?” tanya Ryan, menatap Jeremy
Jeremypun terdiam, dia merasa aneh, kenapa dia merasa tidak suka dengan ucapannya Ryan, padahal dia biasanya memang memberikan wanita-wanitanya pada Ryan.
“Dia putri teman Ayahku, kalau dia cerita macam-macam pada Ayahku, bisa mati Ayahku, sakit jantungnya sedang kumat,” jawab Jeremy, beralasan padahal sebenarnya dia merasa bingung dengan rasa yang timbul dihatinya. Dia merasa tersinggung saat pria lain ingin bermain-main dengan istrinya.
Evelyn mengambil air minumnya dan akan melewati ruangan itu, langkahnya terhenti mendengar obrolan Ryan dan Jeremy.
“Bagaimana dengan Selena?” tanya Ryan.
“Tidak ada bagaimana bagaimana, aku dan dia hanya urusan fisik saja, aku tidak pernah menjanjikan apa-apa pada dia,” jawab Jeremy.
“Tapi Selena itu menyukaimu, kan? Dia pasti tidak suka melihatmu menikah,” kata Ryan.
“Kau kan tahu aku tidak suka terikat, dia hanya salah satu wanita favoriteku saja, aku tidak peduli laki-laki manapun yang dia layani asalkan dia selalu ada jika aku membutuhkannya,” ucap Jeremy.
Ryan terdiam, dia tahu Selena menyukai Jeremy. Wanita itu selalu menolaknya, wanita itu terlalu pilih-pilih, tapi jika Jeremy yang menghubungiya, dia akan membatalkan janjinya dengan pria manapun meskipun sudah membayarnya sangat tinggi.
Evelyn menghentikan langkahnya mendengarkan percakapan mereka. Dia menghela nafas panjang, sungguh dia tidak tahu pernikahan macam apa yang dia jalani ini?
“Mana ini barangnya?” terdengar suara Ryan lagi.
“Iya, kau hati-hati,” jawab Jeremy.
Ryan mengambil amplop coklat itu.
“Sudahlah aku pergi,” ucap Ryan langsung berdiri dan saat membalikkan badannya malihat Evelyn yang sedang berdiri menatapnya dengan sebal.
Ryan tidak bicara apa-apa pada Evelyn, diapun bergegas pergi keluar dari rumah itu. Evelyn menoleh pada Jeremy yang sudah pergi menaiki tangga. Diapun mengikutinya.
Saat Jeremy akan menutup pintu kamarnya, dia terkejut melihat Evelyn sudah berada dipintu dan menatapnya.
“Ada apa? Jangan mengganggku!” kata Jeremy dengan ketus, sambil masuk kedalam kamarnya dan duduk di kursi yang ada disana, menopang satu kakinya, menatap Evelyn yang mengikutinya sambil memegang gelas ditangannya.
“Ada yang ingin aku bicarakan,” ucap Evelyn.
“Duduklah, aku ingin tahu kau mau bicara apa?” tanya Jeremy, masih dengan nada ketusnya.
Evelyn berjalan perlahan menuju kursi dan duduk disebrangnya Jeremy.
“Ada apa?” tanya Jeremy, dia menatap wanita itu, sambil melipat kedua tangannya dan bersandar ke kursinya.
Jeremy melihat dari atas sampai bawah, wanita itu memakai baju tidur selututnya yang agak kebesaran, kemudian melihatnya duduk disebrangnya, membuat dres selututnya sedikit tertarik keatas, memperlihatkan kulitnya yang putih.
“Aku..”Evelyn tampak berfikir, Jeremy hanya memandanganya, memperhatikan wajahnya, istrinya itu memang cantik, dia terlihat sangat natural.
“Aku ingin mencari pekerjaan,” jawab Evelyn.
“Apa?” Sontak saja Jeremy terkejut mendengarnya. Dia langsung merobah posisi duduknya dan menatap Evelyn dengan garang.
“Apa-apaan kau ini? Aku sudah memberimu uang banyak, untuk apa kau bekerja?” tanya Jeremy dengan nada tinggi.
Evelyn bingung menjawabnya, dia tidak mau menggunakan uang dari hasil pekerjaan terlarangnya Jeremy.
“Aku…Aku hanya terbiasa bekerja, aku akan bosan dirumah,” jawab Evelyn berbohong.
Jeremy menyandarkan tubuhnya kembali ke kursi.
“Bolehkan? Aku akan mencari-cari lowongan pekerjaan,” kata Evelyn.
Jeremy tampak berfikir lagi, lalu menatap Evelyn yang sedang menatapnya. Beberapa saat dia hanya menatap wajah itu, wajah yang pertama kali dilihatnya di kaca jendala mobilnya.
“Bagaimana? Aku mencari pekerjaan yang bisa pulang sore! Jadi aku tidak akan pulang malam,” kata Evelyn lagi, merobah posisi duduknya yang membuat dressnya semakin terangkat naik ke atas.
Jeremy belum menjawab, dia malah melihat bagian tubuh itu yang sedikit terlihat tapi sangat menggodanya. Dia menggelengkan kepalanya. Wanita itu sama sekali tidak merayunya seperti yang Selena lakukan atau wanita lain lakukan padanya, tapi kenapa hasratnya timbul lagi? Padahal dia sudah mengatakan berkali-kali tidak akan menyentuh wanita untuk kedua kalinya, kecuali Selena.
“Bagaimana?” tanya Evelyn.
Jeremy belum menjawab, dia malah pusing dengan hasratnya yang semakin naik, setiap gerak tubuh itu malah semakin menggodanya. Apa ini? Apa sekarang prinsipnya untuk tidak tidur dengan wanita itu-itu saja tidak belaku? Kenapa dia malah tertarik untuk menyentuhnya lagi?
“Kenapa kau diam saja? Aku sudah berjanji padamu, aku akan mencari pekerjaan yang sore sudah ada dirumah, jadi kalau kau pulang kerumah aku sudah ada dirumah,” kata Evelyn, dia bingung dengan sikap Jeremy yang belum menjawab pertanyaannya.
“Kau ingin jawabanku?”tanya Jeremy.
“Iya,” jawab Evelyn.
“Baiklah, kau boleh bekerja, terserah kau mau bekerja dimana,” kata Jeremy.
“Baiklah, terimakasih,” jawab Evelyn, wajahnya langsung berseri-seri dan memerah, membuat pesona kecantikannya terlihat, membuat Jeremy semakin tertarik, senyum wanita itu ternyata sangat manis, sepertinya seharian ini dia tidak melihat wanita itu tersenyum.
Evelyn segera bangun dari duduknya
“Tapi..” ucap Jeremy.
“Tapi apa?” tanya Evelyn, jantungnya kembali berdebar kencang.
“Tapi kau harus menjaga dirimu, aku tidak mau kau kelihatan lelah saat Ayahku menelponmu, aku tidak mau dianggap tidak mengurusmu! Kau faham?” tanya Jeremy.
“Iya, aku faham,” ucap Evelyn, diapun melangkahkan kakinya tapi kemudian Jeremy bicara lagi.
“Tunggu!” kata Jeremy, sambil bangun dari duduknya dan menghampirinya.
Evelyn menoleh padanya lagi dengan bingung. Apalagi tangan Jeremy mengambil gelas ditangannya lalu disimpan di atas meja.
“Itu minumku,” ucap Evelyn.
Jeremy tidak menjawb, hanya Evelyn menjerit kaget saat satu tangan pria itu langsung
memeluk tubuhnya dan menyeretnya ke tempat tidur.
Brugh! Tubuh Evelyn jatuh terlentang diatas tempat tidur, dia sangat kaget dan merasa takut, tubuhnya langsung gemetaran.
“Ada apa? Apa aku berbuat salah? Kalau aku berbuat salah, aku minta maaf” tanyanya dengan gemetar, apalagi melihat kedua lutut pria itu ada diantara tubuhnya.
Jeremy menatapnya, kenapa wajah polos itu malah menjadi sangat menarik dimatanya? Tidak ada lagi wanita genit yang menciuminya atau mengusap tubuhnya atau segala macam rayuan lainnya. Hanya menatapnya dengan bingung saja wanita itu semakin menarik dimatanya.
“Jangan menyakitiku lagi,” ucap Eveyn dengan bibir yang bergetar, wajahnya langung pucat, dia ketakutan.
Dia masih trauma, teringat kejadian di mobil itu, pria itu melampiaskan nafsunya seenaknya saja tidak memikirkan dirinya kesakitan dan tidak menghargai perasaannya.
Jeremy langsung membuka piyama handuknya itu memperlihatkan tubuh kekarnya yang bertato memenuhi sebagian tubuhnya yang tidak menggunakan apapun sedari tadi.
“Tidak, kali ini aku tidak akan menyakitimu,” ucapnya, sudah tidak tertahankan untuk menyentuh wanita ini.
Jantung Evelyn semakin berdebar kencang saking ketakutannya, dia merasa trauma pada sikap kasar pria ini, katanya dia tidak pernah tidur dengan wanita yang sama, tapi buktinya semua itu tidak sesuai ucapannya.
Evelyn tidak bisa berkata apa-apa lagi, hanya tubuhnya terasa menggigil dan gemetaran saking takutnya Jeremy menyakitinya lagi, tapi dia juga takut untuk menolak saat pria itu mulai menyentuhnya, dia takut pria itu semakin kasar padanya.
*******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Dian Isnu
tu kan mulai😒😒😒 bucin kapok nanti
2022-11-30
0
Neshazr
Semangat💪💪
2022-04-04
0
Neshazr
Menunggu kebucinan jeremy pada evelyn🤗
2022-04-04
0