Evelyn menatap Jeremy.
“Kau siapa? Aku tidak mengenalmu! Aku tidak mau menikah denganmu!” kata Eveyn.
Wajah Jeremy langsung memerah mendengar penolakan itu. Tapi dia mencoba menahan amarahnya. Menatap gadis ini lebih dekat, gadis itu memiliki mata yang indah, gadis itu memiliki kecantikan yang alami. Tidak seperti wanita yang biasa ditidurinya, meskipun cantik-cantik tapi terlalu banyak vermak sana sini.
“Aku tidak butuh persetujuanmu, aku kesini hanya akan menikah denganmu, Sekarang!” jawab Jeremy membuat Evelyn semakin terkejut saja.
“Aku tidak mau!” tolak Evelyn, dengan kesal. Enaknya saja pria ini datang-datang memaksa untuk menikah dengannya.
“Aku juga keberatan! Maaf Pak Kades, aku tidak bisa menerima lamaran ini. Kau dengar sendiri kan, putriku menolak,” kata Pak Arman, menoleh pada Pak Kades.
Pak Kades mengangguk.
“Ya, aku mengerti,” kata Pak Kades. Dia juga tidak tega menikahkan Evelyn dengan Jeremy meskipun Jeremy adalah putranya.
“Aku tidak butuh persetujuan Kalian! Kesini hanya buang-buang waktuku saja! Ayo nikahkan aku dengan Evelyn, aku sangat sibuk!” teriak Jeremy.
Tentu saja Evelyn semakin shock, dia tidak mau punya suami seperti itu.
“Aku tidak mau,” tolaknya, sambil memegang tangan ayahnya.
“Aku juga tidak merestui pernikahan kalian,” kata Pak Arman.
“Aku tidak peduli! Kalian benar- benar membuang waktuku! Terserah kalau tidak mau tidak masalah, aku akan tetap membawa Evelyn!” ujar Jeremy, bersikeras. Harga dirinya merasa terusik mendapat penolakan dari semua orang.
Dua orang pria mendekati Evelyn yang langsung menjerit dan memeluk tangan ayahnya, ketakutan.
“Kalian jangan mengganggu putriku, pergi kalian!” teriak Pak Arman sambil berdiri tapi kemudian dua orangnya Jeremy langsung menghampiri dan memegang kedua bahunya Pak Arman dengan kuat, sampai meringis kesakitan.
Evelyn terkejut melihat mereka akan menyakiti ayahnya.
“Jangan sakiti Ayahku!” teriaknya, sambil berdiri dan menepiskan tangan pria yang memegang bahunya Pak Arman.
“Jangan sakiti dia!” Pak Kades juga berdiri menatap pria yang memegang tangan Pak Arman, lalu menoleh pada Jeremy.
“Jeremy, Ayah sudah memperingatkanmu jangan membuat masalah!” bentak Pak Kades.
“Aku dibawa kesini untuk menikah kan? Ayo segera! Aku tidak mau terlalu banyak drama!” gerutu Jeremy.
Evelyn langsung saja menangis melihat situasi ini.
“Ap..apa. kita akan mulai?” tanya Pak Burhan dengan gugup.
“Sudah mulai saja!” bentak Jeremy.
“Jeremy, Evelyn tidak setuju, kau tidak boleh memaksanya!” kata Pak Kades.
“Aku sudah bilang, aku tidak peduli, aku harus cepat-cepat pergi sekarang! Apa Ayah tidak tahu kalau aku punya urusan lain yang lebih penting dibandingkan pernikahan ini?” kata Jeremy dengan kesal.
“Tapi ini namanya pemaksaan!” teriak Pak Kades dengan marah. Dia tidak mengerti dengan jalan fikirannya Jeremy.
“Aku tidak peduli!” kata Jeremy.
“Aku tetap tidak setuju!” teriak Pak Arman, semakin berang.
Pria yang memegang bahunya Pak Arman menekan bahunya Pak Arman dengan kuat membuat Pak Arman berteriak kesakitan.
“Jangan sakiti Ayahku!” teriak Evelyn.
“Jeremy! Suruh mereka melepaskan Pak Arman!” kata Pak Kades.
Jeremy tampak duduk dengan santai saja, melihat Evelyn yang sudah berlinang airmata memegang tangan Pak Arman. Gadis itu terlihat semakin cantik saja meskipun sedang menangis. Orang-orang disekitarnya apa tidak tahu, dia sudah tidak kuat ingin menyentuh gadis itu.
“Jeremy sikapmu sangat memalukan! Ayah kecewa! Lepaskan Pak Arman! Kita pulang!” bentak Pak Kades.
“Dia akan dilepaskan kalau aku sudah menikah dengan Evelyn,“ ujar Jeremy.
Dia tidak mundur, dia tidak akan melepaskan gadis yang sudah memikat hatinya itu. Evelyn terus saja terisak, menoleh pada Jeremy yang masih menatapnya dengan fikiran kotornya yang semakin menumpuk di otaknya.
Apa dia harus menikah dengan pria ini? Pria ini sangat tidak beretika dan sangat kasar. Apa dia akan menerima lamaran pria ini dan menikah sekarang juga terus ikut dengan pria yang tidak dikenalnya ini ke kota? Sungguh mimpi yang sangat buruk
“Ba..bagaimana?” Pak Burhan semakin pusing saja, menoleh pada Evelyn yang terus memeluk tangan ayahnya, dia juga gemetaran melihat orang-orang Jeremy yang berdiri berjaga dibelakang mereka.
Ada banyak butiran airmata jatuh ke pipinya Evelyn. Jeremy tampak acuh saja melihat gadis itu menangis. Dia tidak peuli, dia hanya ingin melampiaskan hasratnya rasa penasarannya saja, tidak lebih. Padahal untuk itu dia tidak butuh waktu lama dan bisa segera membuang gadis itu. Gara-gara Ayahnya, hasratnya jadi terganggu, sampai harus menikah segala!
“Ba ..ba..iklah..aku mau menikah dengan Jeremy,” jawab Evelyn dengan terbata-bata, membuat semua orang terkejut.
“Tidak, aku tidak setuju putriku menikah denganmu!” teriak Pak Arman, kemudian meringis saat pria itu kembali menekan bahunya.
“Jangan sakiti Ayahku! Jangan! Aku mau menikah !” kata Evelyn.
“Tapi, Nak,” Pak Arman menatap putrinya yang juga menatap ayahnya.
“Tidak apa-apa Ayah, aku akan menikah!” jawab Evelyn, memaksakan tersenyum pada Ayahnya, tapi airmatanya tidak bisa dibohongi semakin banyak jatuh ke pipinya.
Jeremy tampak semakin kesal saja.
“Kalian terlalu banyak drama! Tinggal menikah saja susah! Kalian membuatku jengkel! Jangan menguji kesabaranku!” teriak Jeremy, sambil menggebrak meja dan menurunkan satu kakinya.
“Jeremy! Jaga sikapmu!” bentak Pak Kades.
Jeremypun diam, dia sudah tidak sabar ingin pergi dari tempat itu.
Evelyn melepaskan tangan Ayahnya dan menoleh pada Jeremy.
“Aku mau menikah denganmu, jangan sakiti Ayahku,” kata Evelyn.
“Bagus!” jawab Jeremy.
Diapun menoleh pada Pak Burhan.
“Ayo nikahkan aku dengan Evelyn, aku harus cepat pergi!” kata Jeremy.
Pak Burhanpun mengangguk.
Pak Arman juga Pak Kades merasa tidak tega melihat pemaksaan yang dilakukan Jeremy pada Evelyn, tapi mereka juga takut Jeremy semakin nekat membawa Evelyn tanpa menikahinya, itu akan semakin buruk.
Saat itu juga Jeremy dinikahkan dengan Evelyn yang tidak berhenti meneteskan airmatanya. Sungguh mimpi yang sangat buruk, paling buruk. Dia tidak menyangka nasibnya akan seperti ini, dinikahi seorang pria yang sepertinya seorang mafia dari dunia hitam. Entah kenapa nasibnya harus menikah dengan pria seperti ini?
Merekapun menikah dengan tetes airmatanya Evelyn yang menjadi saksi.
Jeremy merasa lega saat pernikahannya dengan Evelyn sudah selesai.
“Ini sudah selesai?” tanya Jeremy, dengan senyum penuh kemenangan. Dia merasa puas.
“Sudah, kalian sudah menjadi suami istri, administrasinya..” jawaban Pak Burhan belum selesai sudah didahului Jeremy.
“Urusan itu dengan Ayahku saja, aku tidak mau ribet!” kata Jeremy.
Pak Kades sampai geleng-geleng kepala melihat sikap anaknya seperti itu.
Semua orang terkejut saat mendengar Evelyn tiba-tiba menjerit karena tangannya tiba-tiba ditarik Jeremy.
“Kau mau apa?” tanya Evelyn, dengan wajahnya yang mendadak pucat.
“Membawamu ke kota! Kau kan sudah jadi istriku!” jawab Jeremy.
“Secepat itu? Aku harus membereskan pakaianku dulu! Aku harus pamitan dengan Ayahku! Kau tidak bisa seenaknya begini padaku!” ujar Evelyn dengan tubuh yang gemetaran takut pada pria itu.
“Cerewet! Soal itu gampang, banyak di jalan juga, tinggal beli! Ayo!” ajak Jeremy kembali menerima tangannya Evelyn.
Pak Arman dan Pak Kades terkejut melihat Jeremy menarik paksa tangan Evelyn keluar dari rumah itu.
“Ayah, aku pergi!” seru Evelyn pada Ayahnya, sambil mengikuti langkahnya Jeremy, airmata menetes terus dipipinya.
“Jaga dirimu baik-baik, Nak! Sering menelpon Ayah” teriak Pak Arman, menepiskan tangan pria yang memegang bahunya lalu mengejar Evelyn keluar rumah diikuti Pak Kades.
“Bapak akan menelponmu!” teriak Pak Kades.
Soerang pria membukakan pintu mobil untuk Jeremy.
Jeremy menatap Evelyn supaya masuk kedalam mobil itu. Gadis itu menoleh pada Ayahnya yang berlari keluar rumah bersama Pak Kades.
“Ayah!” panggilnya, dia akan menghampiri tapi Jeremy mendorong tubuhnya supaya masuk lalu pria itu juga masuk ke mobilnya.
Pak Arman sangat sedih melihat kepergian putrinya dengan cara seperti itu, bahkan untuk memberi selamat atas pernikahannyapun tidak sempat. Tapi dia juga tidak tahu harus berbuat apa, dia takut Jeremy akan semakin menyakiti putrinya jika dia berontak.
Tidak berapa lama mobil-mobil itu melaju meninggalkan halaman rumah Evelyn.
Pak Arman dan Pak Kades berlari mengejar mobil itu.
“Ayah!” ucap Evelyn, menolehkan kepalanya melihat keluar. Dia tidak bisa melihat lebih dekat ke kaca karena ada Jeremy duduk disebelah kirinya. Evelyn hanya bisa melihat dari kejauhan saja.
Jeremy hanya diam saja melihat Evelyn seperti itu, dia sama sekali tidak merasa simpati atau ikut bersedih atau apa, hatinya benar-benar terbuat dari batu.
Dia hanya melihat jam tangannya lalu sibuk menelpon tidak memperdulikan gadis yang di bawa.
Evelyn melihat ayahnya dan Pak Kades semakin mengecil karena laju mobilpun semakin cepat. Hatinya begitu sedih pernikahannya seperti ini. Dia menikah dengan pria yang berperilaku buruk, nasibnya sangat tidak beruntung. Seandainya ibunya masih adapun pasti akan sangat bersedih melihat hari ini. Dia teringat ibunya yang sudah meninggal, hatinya semakin tersayat-sayat.
Mobil-mobil itupun terus melaju semakin jauh dari rumahnya Evelyn dan lama-lama menghilang dibelokan. Evelyn sudah tidak bisa melihat ayahnya lagi. Diapun duduk dengan airmata yang terus menetes di pipinya.
Pak Kades menoleh kepada Pak Arman.
“Aku minta maaf, aku merasa bersalah,” ucap Pak Kades.
”Aku merasa bersalah kedatangan Jeremy membawa hal buruk padamu dan putrimu,” lanjut Pak Kades.
Pak Arman menatapnya dengan pandangan sedih dan bingung.
“Tapi kau jangan khawatir, aku akan terus menelpon Jeremy, menanyakan kabar putrimu. Percayalah aku tidak akan membiarkan Jeremy menyakiti putrimu, kau bisa pastikan itu,” kata Pak Kades.
“Iya, aku percaya padamu,” ujar Pak Arman mengangguk dengan sedih, melihat lagi ke jalan, mobil-mobil itu sudah menghilang.
**********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Retnomaulida
jeremi thomas
2023-05-18
0
Dian Isnu
jadi greget sendiri masa jeremy
2022-11-30
0
Dennyanto Suryadi Siregar
sedih😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2022-06-10
0