Terpaksa Dinikahi Mafia
Siang itu Evelyn terpaksa menjalankan motornya tersendat-sendat di jalan beraspal yang tidak terlalu lebar itu, karena macet padahal biasanya lancar. Yang membuat macet karena di depannya ada sebuah mobil mewah yang berukuran lebih panjang dan lebar dari mobil umumnya diapit dua mobil hitam di depan belakangnya. Ketiga mobil itu menggunakan jalan sembarangan berada di tengah jalan membuat pengendara lain susah lewat.
Karena Evelyn juga harus buru-buru ke tempat kerjanya, belum harus mampir dulu ke rumahnya Bapak Kepala Desa untuk memberikan bingkisan dari ayahnya yang baru pulang dari luar kota, mobil-mobil itu jadi menghambatnya.
Diapun berinisiatif untuk menyiap. Begitu ada kesempatan, dia langsung tancap gas dengan kencang, melewati mobil pertama, terus merasa ada peluang dia menyiap lagi mobil kedua tapi ternyata perhitungannya salah, motornya malah mogok.
Tentu saja motor yang tiba-tiba mogok membuat supir mobil mewah itu kaget dan mengerem mobil mendadak juga mengeluarkan teriakan sumpah serapahnya.
“Apa kau bosan hidup?” bentak seorang pria muda tampan yang berpakain stelan jas hitam brandidnya. Dia kesal karena merasa terganggu, sudah sekian lama dia baru datang lagi ke desa ini.
Pria itu duduk di ruang belakang sambil menumpangkan satu kakinya memperlihatkan sepatunya yang hitam mengkilat. Wajahnya terlihat kelimis dan bersih, namun menunjukkan gurat-gurat keras dalam hidupnya. Sebuah jam tangan bermerk ada dipergelangan tangannya.
Dia memberengut kesal lalu melihat kesamping jendela.
“Ada motor yang menyali malah mogok, Pak!” jawab supir.
“Terus kenapa kau diam saja? Singkirkan orang itu! Buang dengan motor-motornya! Kalian sangat lambat!” makinya dengan kesal, sambil menoleh ke jendela.
Evelyn mencoba untuk menyalakan lagi motornya, tapi tidak hidup-hidup juga. Dia terkejut saat melihat orang-orang berbadan tinggi besar dan berpakaian hitam keluar mobil hitam di depannya langsung menghampirinya. Ternyata bukan dari depan saja tapi dari belakangnya membuatnya merasa takut.
Tanpa banyak bicara, salah satunya menarik tanganya Evelyn dengan keras supaya turun dari motornya.
“Hei, kalian siapa?” bentak Evelyn, tubuhnya menabrak mobil mewah disampingnya.
Brugh! Suaranya membuat pria yang didalam mobil itu menoleh keluar. Dia agak terkejut karena ternyata pengendara motor itu seorang gadis.
Evelyn terkejut saat pria-pria berbaju hitam itu langsung mengangkat motornya.
“Hei apa yang kalian lakukan?” teriaknya, langsung menghampiri pria yang mengangkat motornya itu.
“Jangan rusak motorku!” teriaknya lagi sambil mengejar pria itu berjalan menuju parit disamping jalan itu.
Brugh! Motor itu dilemparkan begitu saja dan langsung jatuh ke parit.
“Kau keterlaluan!” teriak Evelyn dan langsung mendang kaki pria berbaju hita itu.
Pria dalam mobil itu sedikit tersungging melihat gadis itu menendang kaki salah satu anak buahnya itu yang sama sekali tidak bergeming, menatap Evelyn sambil bertolak pingang.
“Menyingkir atau kau kuhabisi!” bentak pria itu.
Beberapa pria langsung melangkah maju, membuat Evelyn jadi ketar-ketir, diapun beringsut mundur tapi pria itu masih saja mendekatinya, membuatnya semakin mundur saja dan kembali menabrak mobil mewah itu.
Pria di dalam mobil itu mengerjapkan matanya, melihat Evelyn yang menabrak mobilnya, gadis itu sempat menoleh ke mobilnya membuatnya melihat jelas wajahnya, lalu gadis itu kembali melihat pada anak buahnya.
Gadis itu sangat cantik, batinnya. Dia tidak menyangka di tempat kelahirannya akan melihat gadis yang cantik, diapun tersenyum kecut.
“Menyingikir!” bentak pria berbaju hitam itu.
Melihat mereka yang seperti itu, membuat Evelyn ketakutan dan tidak mau membuat masalah. Diapun segera berlari ke parit mendekati motornya, lalu tangannya menarik stang motornya.
Mobil-mobil itupun pergi begitu saja. Evelyn dengan susah payah menarik motornya naik ke jalan dibantu oleh orang-orang yang lewat.
Dilihat bingkisan yang tergantung di motornya, untung saja dia membungkusnya dengan dua plastik tadi jadi isinya tidak akan rusak.
“Orang-orang menyebalkan!” gerutunya.
Setelah berterimakasih, dia malanjutkan lagi perjalanan menuju rumahnya Bapak Kepala Desa.
Sampailah dia di sebuah rumah besar dengan pagar temboknya yang tinggi. Seorang satpam muncul di gerbang.
“Pak! Bapak Kadesnya ada?” tanyanya.
“Ada!” jawab Pak Satmpan yang memang sudah mengenalnya, gerbangpun segera dibuka.
Evelyn menjalankan motornya masuk ke halaman luas itu, dia kaget saat melihat 3 mobil hitam itu ada disana dan pria-pria berbaju hitam itu berada di tangga teras, berjaga-jaga.
Diapun turun sambil melepaskan helmnya lalu mengambil bungkusan di motornya. Pria-pria berbaju hitam itu menatapnya dengan tajam, bahkan salah satunya yang membuang motornya itu. Evelyn merasa ngeri melihatnya. Mereka seperti mafia dalam film-film fikirnya.
Dengan perlahan dia berjalan menuju mereka.
“Kau mau apa?” bentak salah satu pria itu, menghalangi jalannya.
Evelyn belum menjawab, terdengar suara seorang pria yang sedang duduk diteras.
“Biarkan dia masuk!” ucap seorang pria paruh baya yang langsung menghampirinya.
Pria tinggi besar itu langsung menyingkir.
“Masuk Nak!” kata pria paruh baya itu.
“Iya Pak Kades!” sahut Evelyn, lalu kakinya melangkah menaiki tangga dan berhenti dilantai teratas didepan pria yang dipanggil dengan sebutan Pak Kades itu.
“Ada apa kau kemari?” tanya Pak Kades.
“Ini ada oleh-oleh dari Ayah. Ayah baru pulang dari luar kota kemarin,” jawab Evelyn sambil tersenyum, sambil merapihkan rambutnya yang berantakan karena memakai helm tadi.
Senyumnya menarik seseorang yang sedang duduk di salah satu kursi diteras itu. Pria berjas hitam, bertubuh tinggi dengan parasnya yang tampan menatapnya tidak berkedip.
Dia tidak menyangka melihat lagi gadis yang motornya dibuang ke parit. Melihat gadis itu tanpa helm dan menggeraikan rambutnya semakin jelas kecantikannya, apalagi kalau sedang tersenyum sambil berbicara dengan ayahnya, senyumnya sangat manis.
Evelyn, memberikan kantong itu pada Pak Kades, yang menerimanya dengan senang hati.
“Sampaikan terimakasih pada Ayahmu. Ayahmu memang sahabatku yang paling baik,” kata Pak Kades, tersenyum senang.
“Baik Pak Kades saya pamit dulu, sudah terlambat ke kantor. Maaf kantongnya sedikit kotor tadi terjatuh dari motor,”ucap Evelyn, sambil menoleh sebentar pada pria tampan yang sedang duduk menatapnya itu.
Melihat pria itu membuat Evelyn merinding, bulu kuduknya langsung berdiri, apa dia bos dari bodyguard-bodyguard itu? Sedang apa dia dirumahnya Pak Kades?
Diapun buru-buru menoleh lagi pada Pak Kades.
“Mari Pak!” kata Evelyn.
“Sampaikan terimakasih pada Ayahmu,” ucap Pak Kades.
“Iya, Pak,” jawab Evelyn, terburu-buru menuju motornya. Memakai helmnya lalu motor itu keluar dari halaman rumahnya Pak Kades.
Pak Kades kembali menuju kursi dia teras itu dan menyimpan bingkisan itu diatas meja.
“Pak Arman itu memang teman Ayah yang paling baik,” gumamnya sambil tersenyum dan menoleh pada pria itu.
Pak Kades mengerutkan dahinya melihat pria itu menatap kepergiannya Evelyn sampai menghilang dibalik pagar.
“Aku menginginkan gadis itu!” ucap pria itu, membuat Pak Kades menatapnya.
“Apa? Siapa? Evelyn?” tanya Pak Kades terkejut.
“Namanya Evelyn?” tanya pria itu.
“Dia putri Pak Arman, sahabat Ayah dikampung sebelah!” kata Pak Kades.
“Aku menginginkannya,” ucap pria itu.
Pak Kades menatap pria itu yang balas menatapnya, hatinya mendadak gelisah.
“Jika kau menginginkan gadis itu, nikahi dia!” kata Pak Kades.
“Apa? Menikah? Buat apa? Selama ini aku bisa tidur dengan wanita manapun yang aku sukai! Buat apa menikah?” kata pria itu, sambil tertawa.
“Jaga sopan santunmu! Kau sedang bicara dengan Ayahmu!” bentak Pak Kades.
“Makanya aku malas pulang karena bosan dengan omelan Ayah dan Ibu,” kata pria itu. Mengambil ponsel disakunya lalu disimpan diatas meja.
“Kau memang anak yang tidak bisa diatur, selalu melawan orang tua!” gerutu Pak Kades dengan kesal.
“Dimana gadis tadi tinggal? Anak buahku akan menjemputnya!” tanya pria itu.
“Jeremy!” bentak Pak Kades dengan keras.
“Jangan membuat onar di desa ini! Jangan membuat Ayah malu!” maki Pak kades.
“Sst sst, tidak perlu berteriak, aku tidak tuli!” kata Pria itu yang bernama Jeremy.
“Kau bisa mendapatkan banyak gadis dikota, jangan ganggu Evelyn!” kata Pak Kades.
“Dia putrinya Pak Arman, sahabat Ayah. Jadi jangan ganggu dia,” ujar Pak Kades lagi.
“Aku tidak suka ditolak, aku selalu mendapatkan wanita yang aku inginkan!” kata Jeremy.
“Ikuti gadis itu! Bawa dia!” perintahnya pada orang-orang yang berdiri itu.
“Baik Bos!” jawab salah seorang. Dua orang beranjak dari tempatnya.
Pak Kades sangat terkejut, melihat dua orang itu menuju mobilnya.
“Hei kalian mau apa? Jangan ganggu Evelyn!” teriak Pak Kades.
“Jeremy hentikan mereka! Jangan ganggu Evelyn!” bentak Pak Kades pada Jeremy.
“Aku hanya meminta membawa gadis itu!” kata Jeremy.
“Tidak bisa, jangan membuat malu Ayah! Apa tidak cukup yang kau lakukan pada Ibumu? Kau ingin Ayah juga cepat mati?” teriak Pak Kades, dengan marah.
Mendengar teriakan Ayahnya, Jeremypun berteriak pada orang-orang baru saja masuk ke mobilnya.
“Kalian jangan pergi!” teriaknya.
Pak Kades terduduk dikursi dan memegang dadanya. Napasnya mulai terengah engah merasakan sakit didadanya.
“Kau memang anak durhaka! Kau sama sekali tidak berubah. Kau kabur dari rumah dengan geng motormu itu, membuat Ibumu sakit sakitan merindukanmu sampai akhirnya meninggal. Sekarang, kau datang hanya untuk melihat Ayahmu mati di depanmu karena kelakuanmu?” tanya Pak Kades, kembali mengatur nafasnya supaya lebih tenang.
Jeremy menatap Ayahnya.
“Aku tidak suka keinginanku tidak terlaksana. Aku ingin gadis itu dan harus mendapatkannya,” kata Jeremy dengan tegas.
“Dia putri sahabat Ayah. Jangan membuat Ayah malu. Kalau kau menyukainya, nikahi dia. Kalau kau tetap mengganggunya, kau tidak akan pernah melihat Ayahmu lagi didunia ini,” ujar Pak Kades, kini dadanya berangsur membaik.
“Baiklah, baiklah! Dimana rumahnya? Aku akan langsung pulang jadi aku akan langsung membawanya,” kata Jeremy dengan kesal.
Ponsel diatas meja itu bergetar, lalu diangkatnya ternyata sebuah video call. Dia langsung tersenyum melihat seseorang dilayar itu. Seorang wanita cantik tanpa busana duduk diatas tempat tidur menatap kearah layar ponsel yang dijauhkan.
“Jeremy sayang, kapan kau pulang? Kau pergi terlalu lama, aku merindukanmu,” ucap wanita itu sambil menggeliatkan tubuhnya di depan kamera.
********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Asri Angsela Melivina Potabuga
trllu durhaka,,biasax wlw mafia kejam tp msh menghormati org tuax tp qni 😡
2023-02-07
0
Fitri Nikmah
kalimatnya agak ribet d baca
dan tdk ada titik komanya
2022-12-20
0
Dian Isnu
aiiiissssss jeremy
2022-11-30
0