Episode*19

Reiner yang awalnya tidak mempercayai apa yang rekannya katakan, lalu melihat ke arah yang rekan itu tunjuk untuk memastikan kebenaran dari kata-kata rekannya tersebut. Bak tersambar petir di siang bolong, Reiner kaget bukan kepalang.

Matanya melotot membulat ketika melihat sebuah kenyataan pahit yang sangat menyakitkan itu. Istrinya, orang yang sangat ia cintai, berada di sana. Sedang berpelukan dengan laki-laki lain di tempat umum tanpa memikirkan harga dirinya sebagai seorang suami.

Rasa sakit yang seperti di cabik-cabik menghantam hatinya. Ini lebih sakit dari alergi yang menggerogoti tubuh Reiner saat ia terkena siraman hujan secara langsung.

Reiner tidak sanggup berada di sana lebih lama lagi. Ia tidak kuat untuk melihat orang yang ia cintai berada di pelukan laki-laki lain terlalu lama. Karena rasanya, air mata itu ingin sekali mengalir dari kedua mata Reiner sekarang juga.

Dengan langkah besar, Reiner beranjak keluar meninggalkan cafe tersebut. Rekannya juga mengikuti kepergian Reiner dari belakang. Mereka berhenti di parkiran cafe karena tangan Reiner di tahan oleh salah satu rekan yang cukup dekat dengan Reiner.

"Tuan muda, tunggu," kata rekan itu sambil menahan tangan Reiner dengan kuat.

"Apa?" tanya Reiner dengan rasa sedih, kesal, kecewa, malu dan sakit hati bercampur jadi satu. Rasanya, ia ingin sekali menghilang dari pandangan semua orang saat ini juga.

"Kenapa tuan muda malah pergi? Kenapa tuan muda tidak samperin istri tuan muda saja langsung. Labrak dia dan .... "

"Cukup! Jangan ikut campur dalam urusan keluargaku. Kau memang rekan kerja terdekatku. Tapi, kamu tidak berhak mengatur aku. Jangan buat aku kesal, lalu hilang kendali dan malah menjadi musuh buat bisnis yang kamu jalankan sekarang," ucap Reiner dengan emosi yang tidak bisa ia bendung lagi.

"Maaf ... maafkan aku tuan muda. Aku hanya kesal dengan apa yang baru saja terjadi. Sekali lagi maaf. Aku tidak bermaksud .... "

Reiner mengangkat tangan tanda ia tidak ingin mendengarkan penjelasan dari rekan itu lagi. Rekan itupun terpaksa menghentikan ocehannya. Ia menatap Reiner dengan takut.

"Wira, aku serahkan semuanya padamu. Ambil alih rapat siang ini. Gantikan aku bertemu dengan klien kita dari luar kota," kata Reiner pada asistennya yang sejak tadi hanya diam sebagai penonton saja.

"Baik tuan muda. Saya akan jalankan perintah tuan muda."

"Terima kasih. Aku permisi dulu," kata Reiner sebelum ia beranjak masuk ke dalam mobil.

Semuanya hanya diam saja. Tidak ada yang berani bertanya ke mana Reiner akan pergi. Karena mereka takut akan kemarahan Reiner yang sepertinya, sedikit saja salah ucap kata, maka akibatnya akan fatal.

"Jalan pak Adi!" Reiner meminta pak Adi menjalankan mobil setelah ia duduk manis di kursi belakang.

"Ke--ke mana tuan muda?" tanya pak Adi gugup. Ia yang tidak tahu apa yang terjadi, kini merasa bingung sekaligus penasaran dengan apa yang telah terjadi dengan tuan mudanya ini.

"Pulang ke rumah." Reiner menjawab dengan nada yang tidak biasa. Membuat pak Adi tidak berani bertanya lagi.

"Baik tuan muda," ucap pak Adi segera melakukan apa yang Reiner perintahkan.

Mobil itu beranjak meninggalkan cafe tersebut. Melewati jalan raya yang ramai dengan kecepatan sedang. Lalu, berhenti saat sudah sampai ke tempat tujuan.

Reiner langsung turun dengan cepat. Tidak lupa, ia banting pintu mobil dengan keras. Sehingga menimbulkan bunyi yang sangat keras sampai-sampai, pak Adi terlonjak kaget dibuatnya.

Reiner berjalan cepat masuk ke dalam rumah. Tujuannya tak lain adalah, kamar. Ia ingin menenangkan dirinya di sana untuk beberapa saat. Karena ia berjalan dengan tergesa-gesa, tanpa sengaja, ia dan bik Siti bertabrakan.

"Tuan muda? Tumben pulang cepat. Mau makan siang bersama ya? Tapi sayang, nona Kiara sedang tidak ada di rumah, tuan muda," kata bik Siti ngoceh dengan cepat saat ia melihat Reiner.

"Aku tau." Reiner menjawab singkat.

"Oh iya ya, bibi lupa. Tuan muda pasti sudah tahu kalau nona Kiara sedang tidak ada di rumah. Nona Kiara kan pasti ngomong sama tuan muda kalo dia ingin keluar."

"Maaf bik. Aku capek. Aku ingin istirahat ke kamar sekarang. Permisi," kata Reiner sambil beranjak. Reiner berjalan cepat meninggalkan bik Siti tanpa menunggu jawaban dari bik Siti terlebih dahulu.

Bik Siti terbengong sendiri. Ia merasa ada yang tidak beres dengan tuan mudanya hari ini. Tidak biasanya Reiner bersikap dingin seperti itu, apalagi padanya.

Dalam rasa penasaran yang sedang menguasai hati bik Siti, pak Adi muncul. Dengan cepat, bik Siti menghampiri pak Adi untuk menanyakan apa yang sedang terjadi dengan tuan muda mereka ini. Apa yang menyebabkan, sikap tuan muda mereka berubah sekarang.

"Pak Adi, apa yang terjadi? Ada apa dengan tuan muda?"

Belum sempat pak Adi menjawab pertanyaan bik Siti, mereka berdua dikagetkan dengan bunyi barang-barang yang berjatuhan yang berasal dari kamar Reiner. Keduanya saling tatap, yang kemudian beralih melihat ke arah kamar Reiner yang pintunya tertutup rapat.

"Ada apa dengan tuan muda, pak Adi? Kenapa dia kelihatan begitu kesal hari ini?" tanya bik Siti tanpa mengalihkan pandangan dari kamar Reiner.

"Aku juga tidak tahu, bik Siti. Tuan muda tadinya baik-baik saja. Bahkan, terlihat sangat bahagia ketika ia meminta aku memesankan buket bunga favoritnya nona Kiara. Tapi, semuanya berubah setelah ia pergi ke cafe untuk bertemu dengan klien dari luar kota. Aku tidak tahu apa sebabnya."

"Apa tuan muda marah karena pekerjaan? Tapi, selama ini tuan muda tidak pernah membawa masalah pekerjaan pulang ke rumah," ucap bik Siti memikirkan kembali apa yang ia tanyakan.

"Iya, tuan muda tidak akan marah soal pekerjaan bik Siti. Kita sama-sama tahu bagaimana sifat tuan muda kita, bukan? Dia tidak akan membawa masalah pekerjaan kembali ke rumah. Sebesar apapun masalah pekerjaannya, tidak akan ia bawa pulang meskipun masalah itu menganggu pikirannya. Ia tidak akan melampiaskan masalahnya pada orang rumah."

Bik Siti dan pak Adi saling tatap. Mereka mencoba memikirkan masalah apa yang sedang tuan muda mereka hadapi sekarang. Saat itu, dari dalam kamar Reiner kembali terdengar bunyi barang yang jatuh, kemudian barang itu terdengar pecah.

"Ya Tuhan .... " ucap bik Siti sambil memegang dadanya karena kaget.

"Gawat, tuan muda kelihatannya sedang marah besar," ucap pak Adi dengan nada agak takut.

"Iya pak Adi. Aku tidak tahu apa yang tuan muda marah kan. Tapi sepertinya, dia memang sedang sangat marah sekarang. Apa yang harus kita lakukan sekarang, pak Adi?" tanya bik Siti bingung.

"Tidak ada, Bik. Seperti waktu itu, kita tidak bisa melakukan apa-apa. Jika tuan muda marah, yang bisa kita lakukan hanya diam, dan menunggu sampai kemarahan tuan muda mereka. Jika tidak, sedikit saja kita salah, maka itu akan jadi kesalahan besar di mata tuan muda."

Terpopuler

Comments

Fitriyani Puji

Fitriyani Puji

minta di jitak itu kiara bikin greget aja

2022-10-23

0

eryuta

eryuta

Kiara bikinkecewa

2021-12-17

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!