Episode*7

Pak Adi menundukkan kepalanya. Ia merasa bersalah atas apa yang telah terjadi pada tuan mudanya itu.

"Maafkan saya, tuan besar. Tuan muda tidak bisa saya cegah. Ia melakukan ini karena seorang perempuan, Tuan besar."

"Apa? Reiner membahayakan dirinya hanya karena seorang perempuan?"

"Iya, tuan besar. Ia melakukan itu untuk membujuk gadis yang ia cintai."

"Gila. Reiner sanggup membahayakan dirinya hanya karena membujuk seorang gadis. Diletakkan di mana sih pikiran itu anak?"

"Pak Adi, siapa nama gadis itu?" tanya Willi dengan nada kesal juga penasaran.

"Kalau tidak salah, namanya Kia ... Kiara tuan besar."

"Kiara? Aku sepertinya pernah mendengar nama ini. Tapi di mana?" Willi terlihat berpikir keras untuk mengingat nama yang pak Adi ucapkan barusan.

Tiba-tiba, William ingat sama pemilik nama tersebut. "Ya, aku ingat sekarang. Dia perempuan yang Reiner lamar beberapa minggu yang lalu. Tapi, lamaran Reiner di tolak dengan alasan yang tidak masuk di akal."

"Benar tuan besar. Dia Kiara yang sama dengan Kiara yang tuan muda lamar beberapa minggu yang lalu. Saya sendiri yang mengantarkan gadis itu pulang ke rumahnya tadi."

"Apa sih hebatnya perempuan itu sampai Reiner sebegitu nya suka sama dia? Apa tidak ada perempuan lain lagi yang lebih segalanya dari perempuan itu? Sampai Reiner harus terus mengejar dan mengemis cinta sama tuh perempuan?" Willi benar-benar kesal sekarang. Ia berucap dengan nada tinggi sampai siapapun yang berada di luar ruang kerjanya bisa mendengar apa yang ia katakan.

Kebetulan, Sutina yang baru saja ingin menuju dapur, mendengarkan apa yang Willi katakan. Ia terpaksa mengubah niatnya yang ingin menuju dapur, menjadi menuju ruang kerja suaminya.

Tanpa mengetuk pintu ruang kerja Willi lagi, Sutina langsung saja membuka pintu tersebut.

"Ada apa sih, Pa? Kenapa kamu bicara keras-keras?" tanya Sutina sambil menatap Willi dengan tatapan tajam.

"Soal Reiner, Ma. Dia rela sakit-sakitan hanya karena seorang gadis."

"Maksud papa?"

"Reiner rela hujan-hujanan hanya untuk membujuk gadis yang bernama Kiara itu, Ma. Dia terus saja mengemis cinta pada gadis itu. Padahal, sudah jelas kalau perempuan itu sudah menolak lamarannya. Dia kira, tidak ada perempuan lain apa selain perempuan itu." Willi meluapkan semua kekesalannya.

Sutina terdiam sejenak. Kata-kata suaminya membawa Sutina ke masa lalu. Masa di mana Willi juga rela melakukan apa saja yang ia katakan. Termasuk, menerima permohonan darinya untuk melakukan hal mustahil dalam cinta. Yaitu, menikah dengan kakak kandungnya sendiri.

"Mungkin Reiner sangat mencintai perempuan itu sehingga ia rela melakukan apa saja hanya untuk mendapatkan hati perempuan itu, Pa."

"Apa maksud mama? Apa mama setuju jika anak mama menjadi pengemis cinta? Rela mengorbankan diri sendiri hanya untuk gadis yang jelas-jelas tidak mengharapkan dirinya sama sekali?" tanya Willi kesal.

"Rela tak rela, Pa. Tapi mau bagaimana lagi? Ini pilihan Reiner. Biarkan saja dia melakukan apa yang dia inginkan."

"Mama ini gimana sih? Bukannya mama yang paling sedih saat melihat Reiner kesakitan? Jadi kenapa mama sepertinya menyetujui apa yang Reiner lakukan?"

"Pa, Reiner itu sama seperti papa waktu muda dulu. Rela melakukan apapun demi cinta."

Willi terdiam. Perlahan, benaknya mencerna apa yang Sutina katakan. Hatinya membenarkan perkataan istrinya tersebut.

Reiner memang sama persis dengannya saat muda dulu. Tapi, apa yang Reiner lakukan, belum kalah gila dengan apa yang dia lakukan saat muda dulu. Apa yang Reiner lakukan sekarang, masih bisa di bilang wajar. Karena ia terluka hanya untuk memperjuangkan cintanya. Bukan terluka untuk melepaskan cintanya.

"Pak Adi bisa kembali sekarang," kata Willi setelah terdiam beberapa saat lamanya.

"Baik tuan besar. Permisi."

Setelah kepergian pak Adi, Sutina juga ingin meninggalkan ruang kerja suaminya. Tapi, suaminya mencegah kepergian Sutina dengan cepat.

"Mau ke mana kamu, Ma? Aku belum siap ngomong."

"Ke dapur, Pa. Emangnya mau bicara apa lagi? Aku harus cepat ke dapur, karena aku ingin membuatkan bubur untuk Reiner. Saat dia sadar nanti, dia bisa langsung mengisi perutnya dengan bubur yang aku buatkan."

"Tidak ada. Jika kamu sedang buru-buru, aku tidak akan menghalangi kamu. Silahkan buatkan bubur untuk Reiner. Aku akan kembali ke kamar."

Sutina pun melanjutkan langkahnya tanpa berucap sepatah katapun pada Willi. Ia meninggalkan ruangan itu secepat mungkin.

"Aku tidak akan membiarkan Reiner melakukan hal bodoh lagi, Ma. Aku tidak akan membiarkan Reiner mengemis cinta lagi pada perempuan itu. Jika Reiner memang mencintai perempuan itu, maka aku akan dapatkan perempuan itu untuk Reiner. Dengan caraku sendiri," kata Willi bicara pada dirinya sendiri setelah kepergian Sutina.

______

Reiner terbangun saat hari sudah menjelang pagi. Dengan rasa perih yang masih menggerogoti seluruh tubuhnya. Reiner membuka mata beratnya dengan malas.

Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kamar. Matanya berhenti saat melihat ke samping. Di sampingnya ada Sutina yang masih terlelap dengan beralaskan tangan. Tidur dengan posisi duduk di sampingnya.

Reiner mengalihkan pandangan untuk mencari ponsel. Namun, apa yang ia lakukan malah membangunkan Sutina yang sedang terlelap di sampingnya.

"Sayang, anakku, kamu sudah bangun, Nak."

"Di mana ponselku?" tanya Reiner.

"Ponselmu di dalam laci. Apa kamu mau aku ambilkan ponselnya?" tanya Sutina sambil bangun dari duduk.

"Tidak perlu. Panggilkan saja papaku ke sini. Aku ingin bicara dengannya sekarang."

"Baiklah. Aku akan panggilkan papamu sekarang," kata Sutina sambil beranjak meninggalkan Reiner.

Beberapa saat kemudian, Sutina datang kembali membawa William bersamanya.

William langsung menghampiri Reiner dengan perasaan penasaran dengan apa yang ingin Reiner katakan.

"Ada apa kamu minta papa ke sini, Reiner? Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Willi tak sabar lagi.

"Pa, aku ingin menikah dengan gadis yang aku cintai dalam minggu ini. Aku minta papa kirim orang untuk mengatur semuanya. Karena aku, tidak mungkin melakukan semua itu dengan kondisiku yang sekarang," kata Reiner langsung pada pokok pembicaraannya.

"Apa? Apa papa tidak salah dengar kamu ngomong apa barusan? Kamu ingin menikah dengan gadis yang kamu cintai dalam minggu ini?" tanya Willi benar-benar tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.

"Iya. Papa tidak salah dengar. Apa yang aku katakan itu nyata. Aku akan menikahi Kiara dalam minggu ini. Untuk itu, aku minta papa atur semuanya. Kirim orang untuk menyiapkan semuanya. Aku ingin pesta pernikahan yang luar biasa."

Willi dan Sutina saling tatap untuk beberapa saat. Sebelum Willi mengatakan setuju untuk melakukan apa yang Reiner katakan.

"Baiklah. Papa akan lakukan apa yang kamu katakan."

"Mama juga akan bantu kamu, Reiner," ucap Sutina menawarkan diri.

"Tidak perlu. Kamu tidak perlu melakukan apapun untuk aku. Cukup papa saja yang melakukan semuanya." Reiner berucap dengan nada kesal.

Willi merasa kesal dengan apa yang Reiner katakan. Bibirnya ingin menjawab perkataan Reiner, tapi Sutina mencegahnya dengan cepat.

Terpopuler

Comments

Fitriyani Puji

Fitriyani Puji

thor nanti konflik nya jangan menguras emosi ya

2022-10-23

0

Areum

Areum

Q suka dg alurnya 🥰

2022-02-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!