Hari yang Kelam

  Hari itu adalah hari yang dinanti-nantikan sekaligus hari yang menegangkan bagi Alma. Pasalnya hari itu adalah hari pertama kalinya Dia mengikuti syuting sinetron.

  Alma berangkat ke lokasi syuting menggunakan sebuah taksi. Walaupun lokasi syuting cukup jauh dari rumahnya, tapi itu menjadi penghalang baginya.

  Sesampainya di lokasi syuting, Alma melihat banyak sekali kru yang akan bekerja selama syuting sinetron berlangsung. Awalnya Alma merasa bingung dan canggung, karena syuting sinetron merupakan pengalaman baru bagi dirinya. Disaat Alma sedang berdiam diri, tiba-tiba ada seseorang yang berteriak memanggilnya.

  "Alma!! Kemari!!" Seru seorang laki-laki.

  "Pak Pras!" Balas Alma tersenyum. Alma pun segera menghampiri laki-laki yang bukan lain adalah Pak Pras.

  "Bagaimana kabarmu Alma?" Tanya Pak Pras, begitu Alma berdiri dihadapannya.

  "Baik Pak. Bapak bagaimana kabarnya?" Tanya Alma.

  "Saya baik juga, Alma. Kamu sudah dari tadi?" Tanyanya.

  "Baru aja Pak." Balasnya.

  "Sekarang Kamu masuk kedalam rumah ini! Biar Kamu di make-up oleh orang bagian rias." Pinta Pak Pras.

  "Baik Pak." Balasnya. Alma pun masuk kedalam rumah sederhana dibelakang Pak Prasetyo.

  Setelah semua para pemain dan kru yang akan bekerja selama proses syuting berlangsung sudah siap menjalankan tugasnya masing-masing, proses syuting sinetron hari itu pun dimulai. Terlihat banyak artis terkenal yang ikut berperan dalam sinetron drama romantis itu. Selain Gunawan sebagai peran utama pria, ada juga peran pendukung lainnya seperti: Agus Melaz, Rima Melati, Piet Pagau, dan yang lainnya.

  Hanya beberapa take saja, Alma mengulang adegan yang sama. Namun lambat laun, Dia bisa menjiwai dan mendalami peran yang Ia mainkan. Para artis senior yang aktingnya tidak diragukan lagi, membuat Alma bisa terpacu adrenalinnya dalam berakting.

  Syuting berlangsung dari pagi sampai menjelang larut malam. Ketika jam dinding menunjukkan pukul 09.18 WIB, proses syuting hari itu akhirnya berakhir.

  "Alma mau ikut dengan Saya?" Tawar Pak Prasetyo.

  "Mohon maaf, Saya naik taksi saja Pak!" Jawab Alma menolak ajakannya.

  "Tapi disini nggak ada taksi yang lewat, Alma!" Ucapnya.

  "Oh begitu ya Pak!" Balas Alma yang mendadak merasa bingung.

  "Kalau begitu lebih baik Kamu ikut Saya sampai daerah Pancoran! Kan Kita satu arah. Nanti di Pancoran Kamu bisa naik taksi. Biar nggak terlalu mahal juga argonya. Bagaimana Alma?" Usul Pak Prasetyo.

  "Baik kalau begitu Pak." Balas Alma tersenyum.

  "Ya sudah, silahkan masuk Alma!" Pinta Pak Pras yang berada didalam mobilnya.

  Tanpa membuang waktu lagi, Alma membuka pintu samping mobil sebelah kiri. Alma pun masuk kedalam mobil itu.

  Setelah Alma masuk mobil dan duduk. Hatinya sedikit gelisah. Pikirannya kembali terbayang wajah Yuda yang hampir merusak kehormatannya.

  "Pak Pras benar kan, mau kearah Jakarta?" Tanya Alma dengan sedikit grogi.

  "Iyalah Alma. Rumah Saya kan di Cempaka Putih! Emang Kamu pikir Aku mau kemana Alma? Mengajakmu ke villa? Aku bukan orang macam begitu, Alma!" Balas Pak Pras sambil tersenyum.

  "Maafkan Saya Pak, Saya terlalu curiga sama Bapak!" Ucap Alma.

  "Emangnya Kamu pernah mengalami kejadian buruk, Alma?" Tanyanya.

  "Pernah Pak, belum lama juga! Kejadiannya itu, seseorang menelpon Saya mengaku disuruh sama orang dari Pak Rizal dari perusahaan yang memproduksi majalah gadis. Lelaki itu bilang kalau jadwal pemotretan dirubah menjadi malam hari. Saya pun percaya begitu aja. Saya pun datang ke alamat yang diberikannya. Tapi disana Dia berusaha melecehkan Saya, untung ada seseorang yang menolong Saya." Cerita Alma sambil membayangkan pengalaman buruknya.

  "Kamu harus hati-hati, Alma! Kamu sekarang nggak seperti dulu lagi. Banyak orang yang sekarang mengenalmu, memiliki nomor telponmu, mengetahui alamat rumahmu. Untuk itu Kamu harus lebih berhati-hati lagi!" Pinta Pak Prasetyo.

  "Baik Pak." Balasnya.

  "Saya berpesan sama Kamu ya Alma. Janganlah Kamu melihat orang dari penampilannya aja, Alma. Karena penampilan itu bisa menipu. Ada yang berpenampilan rapi, memakai dasi, jas, tapi ternyata seorang koruptor. Ada yang berpakaian compang-camping tapi berhati baik dan jujur." Kata Pak Prasetyo.

  "Terima kasih Pak, nasihatnya." Balas Alma.

  Sekitar 45 menit didalam perjalanan, akhirnya mereka sampai disebuah pertigaan di daerah Pancoran. Karena hari menjelang tengah malam, jalanan ditempat itu terlihat sangat sepi dan lengang. Pak Pras pun menghentikan mobilnya.

  "Kamu betul mau naik taksi, Alma?" Tanya Pak Prasetyo.

  "Betul Pak. Terima kasih banyak atas tumpangannya." Balasnya.

  "Apa Saya antar sampai depan rumahmu aja?" Tanyanya.

  "Nggak usah Pak. Saya turun disini aja!" Balasnya.

  "Ya sudah, hati-hati ya, Alma!" Pinta Pak Prasetyo.

  "Ya Pak." Balas Alma sambil membuka pintu disamping kirinya. Alma pun turun dari atas mobil dan menutup pintunya. Pak pras kembali menginjak pedal gasnya. Mobilnya melaju meninggalkan Alma yang berdiri di trotoar.

  Alma pun menunggu taksi yang lewat di jalanan yang cukup sepi dan kurang penerangan itu.

  Sekitar 10 menit berlalu, ketika Alma sedang menunggu taksi yang tak kunjung lewat. Tiba-tiba sebuah mobil Jeep berwarna merah berhenti tepat dihadapannya. Alma merasa sangat curiga kepada pengendara mobil yang tidak dikenalnya itu.

  Namun belum sempat Alma pergi berlalu dari hadapan mobil itu, tiba-tiba dua orang lelaki yang memakai penutup kepala, turun dari atas mobil dengan gerakan yang cepat. Begitu kedua orang itu turun, mereka berlari menghampiri Alma dan langsung memegang kedua tangannya. Mengetahui dirinya dalam bahaya, sontak Alma langsung berteriak dengan sangat keras dan sekuat tenaganya.

  "Ayo, ikut Kami! Jangan berontak, atau Kau akan Kita habisi?" Ancam seorang diantara dua lelaki itu.

  Namun Alma tidak mau menyerah begitu saja. Dengan kaki kanannya, Alma menendang bagian ************ lelaki disebelah kanannya. Lelaki itu pun melepaskan pegangan tangannya.

  "Cewek laknat!!" Teriaknya sambil kedua tangannya memegangi daerah ************.

  Tanpa membuang waktu lagi, Alma menggigit tangan kanan lelaki yang berada disebelah kirinya. Lalu menginjak kaki kanannya. Lelaki itu merasa kesakitan. Pegangan tangannya seketika langsung terlepas.

  Alma tidak membuang kesempatan emas itu. Dia berlari sekuat tenaga, diatas aspal di jalanan yang sepi itu.

  "Bodoh! Cepat kejar cewek itu!!!" Teriak lelaki yang berada didalam mobil. Dia yang bertugas menyetir mobil itu. Mendengar teriakkan itu, kedua lelaki itu mengejar Alma sambil menahan rasa sakit akibat serangan dari Alma.

  "Tolooong...tolooong..!!!" Teriak Alma sambil berlari. Kepalanya sesekali menengok kebelakang. Alma melihat dua lelaki yang mengejarnya, semakin mendekatinya. Alma samakin merasa ketakutan. Didalam hatinya, Alma tiada hentinya berdoa kepada Allah Yang Maha Melindungi.

  Ketika Alma sedang berlari dan berusaha menyelamatkan dirinya dari kejaran dua lelaki yang hendak menculiknya, tiba-tiba dibelakang mereka melaju sebuah mobil mewah berwarna biru. Tiba-tiba mobil itu berhenti mendadak. Tepat disamping Alma. Kaca mobil disamping kiri terbuka dengan perlahan.

  "Mba, cepat masuk!!" Seru laki-laki yang mengendarai mobil mewah itu.

  "Nggak! Nggak mau!" Seru Alma yang merasa takut terhadap laki-laki yang belum dikenalnya.

  Karena Alma tidak mau masuk kedalam mobil. Lelaki pengendara mobil itu pun membuka pintu disampingnya dan bergegas turun dari atas mobil. Terlihatlah wajah lelaki itu. Wajahnya sangat tampan. Lebih tampan dari Bayu. Wajahnya yang berkulit putih terlihat bercahaya. Didagunya ditumbuhi jenggot yang terlihat rapi. Lelaki itu memakai baju koko berwarna biru. Celana panjangnya berwarna hitam.

  "Jangan mencoba lari lagi, cewek jahanam!" Teriak salah satu lelaki yang mengejar Alma. Mereka berdua telah sampai dihadapan Alma.

  "Kalian yang jahanam!! Mau berbuat dzolim terhadap perempuan tidak berdaya!" Seru lelaki pengendara mobil.

  "Jangan ikut campur urusan Kita!!" Seru lelaki yang berada disebelah kiri.

  "Kalau menyangkut keselamatan perempuan, Aku akan ikut campur!" Balas lelaki tampan itu.

  Mendengar ucapan lelaki itu, kedua orang yang memakai penutup kepala itu langsung menyerang lelaki tampan itu. Perkelahian pun tidak dapat dihindarkan lagi.

  Kedua penculik itu berusaha bertubi-tubi menyerang lelaki tampan itu, namun lelaki itu dengan mudah menghindari serangannya. Malah membalasnya dan membuat babak belur kedua penculik itu. Sampai terkapar diatas aspal.

  Melihat dua kawannya tidak sanggup menghadapi lelaki itu, pengendara mobil Jeep itu menekan pedal gasnya dengan kuat. Mobil berwarna merah itu melaju kearah samping kanan kedua temannya. Kedua orang itu langsung bangkit berdiri dan berlari kearah mobil Jeep dengan kesakitan dibeberapa bagian tubuhnya. Setelah kedua penculik itu menaiki mobil, supir mobil itu pun mengendarai mobil itu dengan sangat kencang meninggalkan Alma dan lelaki tampan itu.

  "Kamu nggak apa-apa?" Tanya lelaki itu ketika berada dihadapan Alma.

  "Aku nggak apa-apa. Terima kasih banyak sudah mau menolongku. Kalau nggak ada Mas, Aku nggak tahu lagi apa yang akan terjadi dengan diriku." Balas Alma.

  "Kamu mau kemana? Mengapa malam-malam berada ditempat ini seorang diri?" Tanya lelaki itu.

  "Aku mau pulang. Rumahku di Jatinegara. Aku lagi nunggu taksi, tapi nggak ada yang lewat. Terus tiba-tiba mereka mau menculikku." Balasnya.

  "Sudah larut malam, memang jarang sekali taksi yang lewat sini. Mari Aku antar pulang!" Tawar lelaki itu.

  "Terima kasih. Jadi merepotkan Mas." Ucap Alma.

  "Sama sekali nggak merepotkan. Silahkan masuk!" Balas lelaki itu sambil membukakan pintu mobil disamping kiri bagian belakang.

  Alma pun perlahan masuk kedalam mobil mewah itu. Begitu Alma sudah masuk kedalam mobil, lelaki itu kembali menutup pintunya dan bergegas menaiki mobilnya. Mereka pun pergi meninggalkan tempat itu menuju rumah Alma.

  "Oh ya Kita belum berkenalan! Namaku Alfian! Panggil aja Fian!" Ucap lelaki yang bernama Fian.

  "Namaku Alma." Balas Alma yang duduk di baris kedua.

  "Rasa-rasanya Aku nggak asing lagi melihat wajahmu! Tapi dimana ya?" Ucap Fian sambil berpikir.

  "Di iklan TV bukan Mas?" Tanya Alma.

  "Ya betul di iklan TV! Ternyata Kamu seorang artis ya!" Seru Fian.

  "Nggak juga Mas. Bagiku kerja apa aja yang penting halal." Balasnya Alma.

  "Ngomong-ngomong Kamu darimana?" Tanyanya.

  "Aku habis syuting sinetron di daerah puncak Bogor. Terus tadi numpang teman kerja, turun di Pancoran niatnya mau naik taksi. Malah ada penjahat-penjahat itu." Jawabnya.

  "Oh syuting sinetron! Keren banget dong! Lain kali lebih hati-hati, Alma!" Pinta Fian.

  "Iya Mas. Hari ini juga hari pertama Aku syuting sinetron." Balasnya.

  "Semoga sukses ya Alma sinetronnya! Pesanku yang penting jangan sombong dan tinggi hati! Orang yang takabur pasti suatu hari akan jatuh juga!" Pinta Fian.

  "Iya Mas. Insha Allah Aku nggak akan begitu." Balasnya.

  "Kamu sudah berkeluarga belum Alma?" Tanya Fian.

  "Sudah Mas. Belum lama Aku menikahnya." Balasnya.

  "Oh begitu. Aku juga sudah menikah dan mempunyai satu anak laki-laki." Ucap Fian.

  Tidak terasa mereka akhirnya sampai didepan rumah alma. Sebelum turun Alma kembali bersuara.

  "Terima kasih banyak Mas. Sudah mau mengantarku sampai depan rumah." Ucap Alma.

  "Sama-sama Alma. Balasnya.

  Lalu Alma membuka pintu disamping kirinya. Setelah keluar dari mobil, Alma kembali menutup pintunya. Fian melambaikan tangan kanannya. Alma yang masih berdiri didepan rumahnya, membalasnya dengan senyuman manis dan lambaian tangan kanannya. Setelah mobil itu hilang dari pandangannya, Alma berbalik badan dan berjalan menuju pintu depan rumahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!