Perlahan kedua mata Alma terbuka. Dia memandang sekelilingnya. Alma melihat beberapa orang sedang berada disampingnya. Namun ada seseorang yang membuat Alma sedikit kaget. Dia adalah seorang laki-laki tampan dan berkulit putih.
"Bagas, kok Kamu bisa ada disini?" Tanya Alma yang mengenal lelaki itu.
"Iya Mba, tadi Aku telpon Mba Alma tapi nggak diangkat-angkat. Jadinya Aku susul kesini. Tadi petugas rumah sakit datang ke rumah memakai ambulance. Mereka membawa...!" Laki-laki yang bernama Bagas itu tidak meneruskan ucapannya.
"Jadi betul Papa sama Mama sudah meninggal?" Tanya Alma yang belum percaya kalau kedua orang tuanya telah tiada.
"Betul Mba. Papa Mama sudah meninggal kecelakaan!" Balas Bagas, yang ternyata adalah adik kandung Alma.
"Ya Allah kuatkan hambaMu ini!!" Ucap Alma. Air matanya mengalir dipelipisnya.
"Tabahkan hatimu Alma. Ikhlaskan kepergian kedua orang tuamu. Agar mereka tenang dialam sana. Mereka pasti bangga melihat Kamu bisa menjadi juara." Kata seorang perempuan disamping Alma, yang bukan lain adalah seorang dewan juri pada pemilihan gadis sampul yang baru saja diselenggarakan.
"Buat apa Alma juara, kalau Papa sama Mama sudah nggak ada lagi!" Alma menangis sesenggukan.
"Semua sudah menjadi takdir yang Maha Kuasa, Alma! Umur kedua orang tua Alma memang cuma sampai hari ini." Perempuan itu mencoba menenangkannya.
"Iya Mba, Kita harus ikhlas walaupun terasa sangat berat!" Bagas menimpalinya.
"Kalau begitu Kita pulang sekarang, Gas!" Seru Alma sambil bangkit berdiri.
"Ya Mba, Kakek, Nenek, sama Widya juga lagi dalam perjalanan menuju Jakarta." Ucap Bagas.
"Hati-hati di jalan Alma. Kami semua mengucapkan turut berduka cita atas meninggalnya kedua orang tua Alma. Semoga almarhum dan almarhumah ditempatkan disisi Allah SWT. Aamiin." Ucap seorang lelaki lalu memberikan piala pada Alma.
"Aamiin. Terima kasih banyak Pak atas doanya. Kami mohon pamit dulu. Assalamu'alaikum." Salam Alma.
"Wa'alaikumsalam." Jawab beberapa orang yang berada di ruangan itu.
Dengan didampingi oleh Bagas, Alma berjalan menuju pintu keluar gedung itu. Mereka terus berjalan menuju jalan raya. Sesampainya ditepi jalan, Bagas menghentikan sebuah taksi yang lewat didepannya.
Sesampainya didepan rumah, Alma sudah melihat beberapa karangan bunga disamping gerbang. Alma dan Bagas pun turun dari dalam taksi. Mereka berjalan menuju pintu depan rumahnya. Beberapa orang yang merupakan tetangga Pak Burhan, menyambut kepulangan Alma.
Begitu masuk kedalam rumah, Alma melihat pemandangan yang sangat mengiris hatinya. Alma melihat dua buah jenazah terbaring diatas karpet di ruang tamu. Jenazah itu ditutupi dengan selembar kain batik. Terlihat beberapa orang tengah membaca surat yasin secara bersama-sama. Selama ini tidak pernah terlintas dalam pikiran Alma, kalau kedua orang tua yang sangat dicintainya akan pergi meninggalkannya begitu cepat.
Setelah tertegun melihat semua itu. Dengan berlinang air mata Alma berlari menghampiri jasad kedua orang tuanya.
"Papa....!!! Mama.....!!! Alma pulang bawa piala Pa, Ma! Alma memenangkan lomba!!" Teriak Alma histeris. Mendengar teriakkan Alma beberapa orang perempuan yang sedang membaca surat yasin, terkejut dengan kedatangan Alma.
Alma duduk bersimpuh disamping kanan kedua jasad orang tuanya. Dengan air matanya yang mengalir deras dipipinya, kedua tangan Alma membuka kain yang menutupi tubuh jenazah itu dibagian kepala. Begitu kain itu dibuka, Alma melihat wajah Mamanya yang terlihat putih pucat. Padahal tadi siang sebelum berangkat ke stasiun TVRI, Alma masih bisa mengobrol dengan Mamanya. Namun tidak disangka-sangka olehnya, sekarang sosok Mama yang dicintainya itu telah diam tak bergerak.
Melihat semua kenyataan itu, tangis Alma semakin terdengar keras. Alma pun dengan cepat memeluk tubuh Mamanya. Wajahnya ditempelkan ditubuh Mamanya yang ditutupi selembar kain batik. Tiba-tiba seorang perempuan yang sedang membaca surat yasin, mendekati dan memegang tubuh Alma yang sedang menangis sesenggukan.
"Yang sabar dan tabah Alma! Ikhlaskanlah kepergian kedua orang tuamu!" Pinta perempuan itu.
"Tapi Alma nggak bisa harus kehilangan Papa sama Mama!" Balas Alma.
"Memang terasa berat kehilangan orang yang Kita cintai, tapi lambat laun Alma Insha Allah bisa menerima semua kenyataan pahit ini. Sekarang duduklah Alma, jangan buat kedua orang tuamu sedih melihatnya. Yang mereka perlukan sekarang adalah doa dari anak-anak dan keluarganya." Perempuan itu menasihati Alma sambil kedua tangannya memegang pinggang Alma. Mendengar nasihat perempuan yang merupakan Ustadzah itu, perlahan Alma melepaskan pelukannya pada jasad Mamanya. Alma pun kembali duduk. Wajah jasad Mamanya kembali ditutupnya dengan kain.
"Sekarang gantilah pakaianmu Alma. Bacakan surat yasin untuk kedua orang tuamu." Pinta ustadzah itu.
"Baik Bu Ustadzah." Balasnya. Alma pun bangkit berdiri dan berjalan menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.
Tidak berapa lama Alma kembali ke ruang tamu dengan memakai pakaian muslimah. Jilbab dan pakaian yang berwarna ungu itu, membuat Alma terlihat tambah cantik. Setelah menerima buku kecil berisi surat yasin itu, Alma duduk dan segera membacanya. Walaupun terdengar terbata-bata, namun Alma masih bisa membaca huruf Hijaiyah itu. Terlihat disebelah kiri kedua jasad itu beberapa orang sedang membaca surat yasin. Diantara mereka, salah satunya adalah Bagas. Adik kandung Alma.
Ketika Alma sedang membaca surat yasin, tiba-tiba beberapa orang muncul didepan pintu masuk.
"Assalamu'alaikum." Salam kedua orang tua itu.
"Wa'alaikumsalam." Jawab semua orang yang berada didalam ruangan itu, termasuk Alma dan Bagas. Alma sambil menjawab salam itu, kepalanya ditengokkan kearah pintu. Begitu Dia melihat kearah pintu. Alma melihat dua orang laki-laki dan perempuan yang usianya sudah lebih dari setengah abad. Diantara mereka Alma melihat seorang anak perempuan yang dikenalnya.
"Mba Alma.....!!!" Teriak anak kecil itu sambil berlari menghampiri Alma.
"Dek Widya!!" Balas Alma menyambut anak kecil itu. Mereka pun berpelukan dengan erat.
"Mba Alma, apa benar Mama sama Papa sudah meninggal?" Tanya anak perempuan yang ternyata adalah adik kandung Alma, yang bernama Widya.
"Iya Dek! Kedua jenazah yang terbaring ini adalah Papa sama Mama." Balasnya. Alma dan Widya pun menangis. Terdengar suara tangis Widya dengan keras. Kedua orang tua yang merupakan kakek dan nenek Alma dan kedua adiknya, berjalan mendekati Alma dan Widya yang masih berpelukan.
"Widya sekarang nggak punya orang tua lagi!!" Ucap Widya.
"Kamu yang kuat ya dek! Walaupun Kamu sekarang menjadi anak yatim piatu." Balas Alma.
"Alma, Widya! Kalian harus kuat menghadapi musibah ini! Walaupun kedua orang tuamu sudah tiada, tapi Kalian masih punya Kakek dan Nenek!" Ucap Nenek.
"Mulai sekarang Kakek sama Nenek tinggal disini ya!" Ucap Widya sambil melepaskan pelukannya.
"Iya cucuku." Balasnya.
Pagi itu, setelah jenazah kedua orang tuanya Alma dishalatkan, para tetangga menggotong dua keranda menuju pemakaman. Alma, Bagas, Widya, serta anggota keluarga lainnya, tetangga-tetangga, dan rekan-rekan almarhum dan almarhumah semua ikut mengantar almarhum dan almarhumah keperistirahatannya yang terakhir. Terlihat pula, beberapa wartawan yang meliput pemakaman kedua orang tua Alma.
Kedua orang tua Alma dimakamkan secara berjajar. Setelah selesai dikebumikan, Alma dan Widya menaburi bunga diatas tanah merah itu. Seorang kyai pun membacakan doa untuk kedua orang tua Alma. Setelah selesai doa dibacakan, satu persatu orang-orang meninggalkan area pemakaman. Alma dan kedua adiknya, serta kakek neneknya juga pergi meninggalkan pemakaman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments