Pagi itu seperti biasanya, Alma sebelum pergi ke kampus, terlebih dahulu sarapan pagi. Namun kali ini ada sesuatu yang berbeda dari biasanya.
Alma, Bagas, dan juga Widya terlihat tidak selera untuk sarapan. Mereka melihat kursi yang biasanya kedua orang tuanya duduk, kini kursi itu kosong tidak ada penghuninya.
"Kalian kok melamun? Ayo dimakan nasi goreng bikinan Nenek!" Ucap nenek yang datang dari arah dapur.
"Alma nggak nafsu makan Nek." Balas Alma.
"Widya juga Nek. Masih terbayang-bayang terus wajah Papa sama Mama." Widya menimpalinya.
"Namanya juga baru beberapa hari, wajar kalau Kalian masih kangen Papa Mama. Makanya mulai hari Kalian bertiga harus mulai berangkat sekolah dan kuliah lagi. Agar Kalian punya kesibukan. Jadi tidak kepikiran Papa sama Mama terus. Kalian harus semangat melanjutkan hidup." Ucap Nenek.
"Iya Nek." Balas Alma dan Widya berbarengan.
"Emangnya Nenek nggak kangen Papa sama Mama? Apa Nenek nggak sedih?" Tanya Bagas. Lalu memakan nasi goreng yang berada diatas sendoknya.
"Kalau dibilang kangen, ya Nenek kangen banget sama Papa Mama Kalian. Terutama Mama Kalian yang merupakan anak kandung Nenek. Perlu Kalian tahu, Nenek sebenarnya sangat sedih kedua orang tua Kalian telah tiada. Ketika Bagas menelpon Paman Syamsul, Nenek begitu kaget mendengar kalau Papa Mama Kalian mengalami kecelakaan. Diantara kelima anak Nenek, Ibu Kalianlah yang paling sukses. Tapi sekarang keadaan sudah berubah. Walaupun Kalian sekarang menjadi anak yatim piatu, tapi Kalian harus tegar dan kuat menjalani kehidupan ini. Karena perjalanan Kalian masih panjang. Kalian mengerti kan cucu-cucuku?" Tanya nenek sambil mengusap air mata dipipinya.
"Mengerti Nek!" Ucap mereka bertiga berbarengan.
"Biasanya kan Widya berangkat bareng Papa Mama, sekarang tugas Bagas yang mengantarnya ya!" Pinta nenek.
"Iya Nek." Balas Bagas.
"Untuk uang jajan dan pengeluaran lainnya, Kalian tidak boleh boros. Karena keadaan sudah tidak seperti kemarin." Pinta Nenek.
"Iya Nek!" Jawab mereka bertiga berbarengan.
"Wid, sudah selesai sarapannya?" Tanya Bagas.
"Sudah Mas." Balasnya.
"Ya sudah, Kita berangkat sekarang!" Ajak Bagas sambil bangkit berdiri dan memakai tas gendongnya.
"Nek, Widya berangkat sekolah dulu ya." Ucap Widya sambil mengajaknya bersalaman.
"Sekolah yang rajin ya Widya cucuku!" Pintanya.
"Iya Nek." Balasnya.
"Bagas juga pamit dulu Nek!" Ucap Bagas sambil bersalaman dengan neneknya.
"Hati-hati di jalan ya, Bagas!" Ucapnya.
"Ya Nek." Balasnya.
"Assalamu'alaikum." Salam Bagas dan Widya berbarengan.
"Wa'alaikumsalam."Jawab Nenek dan Alma.
"Makasih ya Nek, Nenek sama Kakek mau tinggal disini. Kita jadi nggak terlalu kesepian." Ucap Alma.
"Ya Alma, Kita tidak tega kalau harus meninggalkan Kalian bertiga." Balasnya.
"Tapi rumah Nenek di Purwokerto ditinggal kesini nggak apa-apa Nek?" Tanya Alma.
"Nggak apa-apa Alma. Rumah jelek, tidak ada perabotan mahal. Apa yang mau dicuri, Alma. Kemarin juga Bagas sudah Nenek suruh telpon Paman Syamsul. Nenek yang bicara sendiri Pamanmu itu Saya suruh sesekali bersihin rumah Nenek." Katanya.
"Oh begitu ya Nek. Kalau begitu, Alma berangkat kuliah dulu ya, Nek." Ucap Nadia sambil bersalaman dengan neneknya.
"Hati-hati di jalan, Alma." Pintanya. Tiba-tiba bel rumah Alma berbunyi dengan keras.
Tiiinnggg.....tooonnggg......
"Ada tamu siapa itu Alma?" Tanya nenek.
"Nggak tahu Nek. Sebentar, coba Alma lihat." Ucapnya. Lalu Alma bergegas menuju pintu depan rumahnya. Begitu Alma membuka pintu itu, mendadak Alma dibuat terkejut, ketika melihat beberapa orang berdiri didepan pintu.
"Maaf ada apa ya?" Tanya Alma.
"Maaf sebelumnya, bukankah ini benar kediaman Alma Eka Damayanti, pemenang pemilihan gadis sampul?" Tanya seorang reporter.
"Benar, Saya sendiri orangnya." Jawabnya.
"Bolehkah Kami mengajukan beberapa pertanyaan kepada Alma?" Tanya reporter perempuan itu.
"Tapi maaf, Saya mau berangkat ke kampus." Balasnya.
"Sebentar saja, boleh kan Alma?" Tanya reporter itu.
"Ya sudah, silahkan masuk!" Ucapnya. Kemudian Alma duduk di sofa di ruang tamu. Sedangkan reporter dan kameramen itu ikut duduk dan ada pula yang berdiri dihadapan Alma.
"Bagaimana perasaan Alma ketika berhasil memenangkan pemilihan gadis sampul tahun ini? Apakah Alma sebelumnya menyangka untuk bisa menang?" Tanya seorang reporter tadi.
"Perasaan Saya sangat bersyukur kepada Allah, Saya bisa memenangkan pemilihan gadis sampul tahun ini. Sebenarnya sama sekali Saya tidak menyangka bisa menang, masuk tiga besar saja Saya tidak menyangka. Karena finalis yang lain tidak kalah bagus-bagus." Jawab Alma.
"Menurut kabar yang beredar, apa benar kedua orang tua Alma mengalami kecelakaan sewaktu perjalanan menuju studio TVRI?" Tanya reporter laki-laki.
"Betul. Papa sama Mama sewaktu mau datang menyaksikan pemilihan gadis sampul, di perjalanan mobilnya mengalami kecelakaan. Dan mereka meninggal ditempat." Jawab Alma sambil berusaha menahan air matanya.
"Bagaimana perasaan saat tahu kalau kedua orang tua Alma telah meninggal?" Tanya reporter perempuan.
"Perasaan Saya saat mendengar kedua orang tua Alma telah tiada, hati Alma serasa hancur berkeping-keping. Alma merasa sudah tidak mempunyai semangat hidup lagi. Namun melihat kedua adik Alma, dan semangat dari Nenek Alma, Alma berusaha untuk tegar menghadapi cobaan ini." Jawabnya.
"Sudah dulu ya, Alma mau berangkat kuliah, takut telat!" Tambahnya.
"Satu lagi Alma, apa harapan Alma kedepannya setelah memenangkan pemilihan gadis sampul?" Tanya reporter perempuan itu.
"Harapan Saya adalah Saya ingin berkarya dengan segala kemampuan yang Saya miliki. Saya juga ingin membahagiakan kedua Adik Alma." Jawabnya. Alma lalu bangkit berdiri. Reporter dan kameramen itu pun ikut berdiri.
"Terima kasih banyak atas waktunya, Alma. Semoga Alma sukses selalu." Ucap reporter itu sambil mengajaknya bersalaman.
"Aamiin." Jawabnya. Mereka pun berjalan keluar dari dalam rumah Alma. Setelah reporter-reporter itu telah berlalu pergi, Alma bergegas menuju garasi dimana motornya diparkirkan. Tanpa membuang waktu lagi, Alma mengendarai motornya menuju kampus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments