Ketiban Durian Runtuh

  Pagi itu ketika Bayu sudah pergi bekerja, sedangkan Bagas dan Widya sudah berangkat ke sekolah, Alma menonton TV yang saat itu adalah acara musik yang memutar video clip lagu-lagu populer.

  Saat Alma sedang menonton TV, tiba-tiba bel rumah berbunyi dengan keras. Alma langsung bergegas menuju pintu depan rumahnya.

  "Assalamu'alaikum. Selamat pagi Alma!" Ucap seorang lelaki berwajah tampan dan maskulin.

  "Wa'alaikumsalam. Selamat pagi. Ada yang bisa dibantu Pak?" Tanya Alma.

  "Boleh Saya duduk? Soalnya kurang enak dipandang bila bicara sambil berdiri." Ucap lelaki itu.

  "Oh ya, silahkan masuk Pak!" Pinta Alma.

  "Nama Saya Prasetyo Budiawan. Panggil aja Pak Pras. Saya dari production house Sinar Media Cinema bagian casting. Saya ingin mengajak saudara Alma bergabung dengan PH Kami." Kata Pak Prasetyo.

  "Bergabung bagaimana ya Pak? Saya belum paham. Apa Saya diterima menjadi karyawan di perusahaan Bapak bekerja?" Tanya Alma bingung.

  "Oh tentu bukan! Masa seorang pemenang gadis sampul mau dijadikan karyawan! Apa kata orang!! Begini saudara Alma. Saya di PH Sinar Media Cinema itu kan bagian casting. Bertugas mencari para pemain untuk berperan didalam sinetron produksi Kami. Setelah Saya melihat wajah Alma di iklan dan di sampul majalah, Saya langsung yakin kalau saudara Alma sangat pantas untuk bermain sinetron." Pak Prasetyo menerangkannya.

  "Tapi Pak Pras, Saya sama sekali tidak bisa acting! Apalagi harus main sinetron. Kayanya Saya tidak sanggup." Alma menolaknya.

  "Tapi buktinya di iklan itu, Saya melihat acting Kamu sangat bagus." Ucap Pak Prasetyo.

  "Tapi syuting iklan kan cuma sebentar Pak. Tidak seperti sinetron, yang banyak episodenya." Balasnya.

  "Tapi Saya melihat ada bakat terpendam dalam dirimu, Alma. Kamu pasti bisa! Kamu tidak perlu ikut casting lagi! Langsung Saya terima! Langsung jadi peran utama!!" Seru Pak Pras sambil tersenyum.

  "Peran utama Pak? Apa Bapak tidak salah memilih Saya?" Tanya Alma begitu kaget.

  "Sama sekali tidak salah, Alma! Sinetron yang akan Kami buat berjudul "Sebening Embun Pagi". Diangkat dari novel karya Fianto WB. Berjumlah 17 episode. Disinetron itu Kamu akan berperan sebagai Laila. Kerakternya sangat cocok denganmu, Alma! Lawan mainmu adalah Gunawan. Kamu tahu artis yang satu ini, Alma?" Tanya Pak Prasetyo.

  "Serius Pak, lawan mainnya Gunawan? Saya bukan cuma tahu Pak! Tapi Saya ngefans banget sama doi! Saya mau Pak! Saya mau main sinetron ini Pak!" Seru Alma histeris.

  "Bagus kalau begitu, Alma! Jika sinetron sukses, Kamu akan Kami ajak main sinetron lainnya yang berjudul "Ketika Malam Telah Tiba". Semoga Kamu bisa berperan semaksimal mungkin ya Alma!" Ucap Pak Prasetyo.

  "Iya Pak, Saya akan berusaha semaksimal mungkin!" Balasnya.

  "Kalau begitu sekarang Kamu baca surat perjanjian kontrak ini. Terus Kamu tanda tangan dibagian bawah." Ucap Pak pras sambil memberikan selembar kertas berisi perjanjian kontrak kepada Alma. Alma pun langsung menerima kertas itu dan membaca isinya. Setelah selesai membacanya, tanpa ragu-ragu Alma langsung menandatangani surat perjanjian kontrak itu. Selesai menanda tangani, Alma kembali memberikan kertas itu pada Pak Prasetyo.

  "Ini skenario yang harus Kamu hafalkan. Peran Kamu sebagai Laila. Masih ada beberapa hari untuk Kamu berlatih mendalami peran yang akan Kamu mainkan. Semangat terus Alma!" Ucap Pak Pras sambil memberikan beberapa lembar kertas berisi skenario sinetron yang berjudul "Sebening Embun Pagi".

  "Terima kasih banyak Pak." Ucap Alma.

  "Oke Alma, besok syuting dimulai tanggal 10 bulan ini. Lokasi syutingnya di desa Bojongsari, Cisarua, Bogor. Syuting dimulai pukul 8 pagi. Kami tunggu kedatanganmu Alma!" Ucap Pak Prasetyo.

  "Baik Pak." Balasnya.

  "Kalau begitu Saya pamit dulu, Alma! Sampai jumpa di lokasi syuting ya! Assalamu'alaikum." Salam Pak Prasetyo.

  "Wa'alaikumsalam." Balasnya.

  Pak Prasetyo berjalan menuju mobil miliknya yang terparkir di carport di rumah Alma. Setelah menaiki mobilnya, Pak Prasetyo pergi meninggalkan Alma yang masih duduk di kursi teras dengan perasaan masih tidak percaya.

  Setelah melamun beberapa saat, akhirnya Alma masuk kedalam rumahnya dengan berlari dan berteriak-teriak memanggil neneknya.

  Siang itu, sepulang sekolah Bagas dengan buru-buru melepaskan seragam sekolahnya. Bagas bergegas menuju kamar mandi. Setelah selesai mandi dan berpakaian, Bagas keluar dari dalam kamarnya dengan penampilan sangat keren.

  Bagian atas Bagas memakai kaos berwarna hitam dilengkapi dengan kemeja flanel berwarna biru. Bagian bawah Bagas memakai celana jeans panjang berwarna biru.

  "Kamu mau kemana Gas? Rapi amat!" Tanya Alma ketika melihat Bagas.

  "Mau nonton konser Sheila on 7 di Monas! Mba Alma mau ikut?" Tanya Bagas.

  "Nggak ah! Panas-panas mendingan tidur di rumah!" Balasnya. Lalu Alma berlari menuju kamarnya.

  "Aku juga males, kali! Kalo harus mengajak Mba Alma!" Seru Bagas.

  "Emang kenapa?" Tanya Alma didepan pintu kamarnya.

  "Ada deh! Mau tahu aja!" Seru Bagas. Lalu Dia berjalan menuruni anak tangga dengan cepat. Setelah berada di lantai satu, Bagas bergegas berjalan menuju motornya yang berada didepan rumahnya. Setelah menaiki motor, Bagas dengan kencang mengendarai motornya menuju suatu tempat.

  Didepan sebuah rumah, Bagas turun dari motornya dan berjalan menuju pintu depan rumah itu.

  Tokkkk....tokkkk.....tokkkk....

  "Assalamu'alaikum!" Salam Bagas ketika berdiri didepan pintu.

  "Wa'alaikumsalam. Sebentar!" Balas seorang perempuan dari dalam rumah. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya pintu itu terbuka dengan lebar. Seorang perempuan berparas manis berdiri dibalik pintu.

  "Kamu cantik sekali Asti!" Puji Bagas pada perempuan itu yang bukan lain adalah Asti. Pacar barunya Bagas.

  "Kamu juga ganteng Gas!" Balas puji Asti yang memakai bando berwarna merah, kaos berwarna merah, dan celana jeans panjang berwarna biru.

  "Kamu sudah siap berangkat?" Tanya Bagas.

  "Sudah, sebentar ya Aku berpamitan dulu sama kedua orang tuaku!" Seru Asti.

  "Iya Asti." Balasnya.

  Kemudian Asti berjalan menuju ruangan dibagian ruang dapur. Asti berpamitan dengan ibunya yang sedang memasak. Setelah berpamitan, Asti kembali berjalan menuju ruang tamu.

  "Kamu sudah berpamitan?" Tanya Bagas.

  "Sudah, ayo Kita berangkat! Takut telat!" Balasnya.

  Mereka berdua pun berjalan menuju motor milik Bagas. Asti membonceng dibelakang Bagas. Bagas bergegas menyalakan mesin motornya dan menarik gasnya dengan kuat. Mereka berdua pergi menuju Monas.

  Ketika sampai Monas, terlihat banyak sekali orang yang berdatangan untuk menyaksikan konser Sheila on 7. Setelah memarkirkan motornya, Bagas dan Asti berjalan menuju depan panggung.

  Pada pukul 02.15 WIB seorang laki-laki yang bertugas sebagai pembawa acara naik keatas panggung. Perempuan itu membuka acara yang dihadiri banyak orang itu.

  Setelah pembawa acara membuka acara, terlihat 5 beberapa orang keatas panggung. Dia adalah personil band Sheila on 7. Tepuk tangan terdengar sangat meriah, ketika anggota band terkenal itu naik keatas panggung.

  Tanpa membuang waktu, band Sheila on 7 membawakan lagu-lagu milik mereka yang sangat populer. Para penonton berjingkrak-jingkrak dan ikut menyanyi bersama. Termasuk dengan Bagas dan juga Asti. Mereka terlihat sangat bergembira menonton konser itu.

  Pada saat jam 04.00 WIB, konser itu telah selesai. Personel Sheila on 7 turun dari atas panggung. Pembawa acara menutup acaranya. Semua penonton berhamburan pergi meninggalkan tempat itu. Termasuk dengan Bagas dan Asti. Mereka berjalan menuju parkiran dimana motor milik Bagas diparkirkan.

  Tapi malang nasib mereka, ketika mereka hendak menaiki motor, tanpa disangka ban motor bagian belakangnya kempes. Dengan terpaksa mereka menuntun motornya.

  Sekitar satu kilometer mereka menuntun motornya, akhirnya mereka menemukan sebuah bengkel dan tambal ban. Bagas pun membawa motornya ketempat bengkel itu.

  "Takut kesorean! Aku pulang dulu ya Gas? nggak apa-apa kan?" Tanya Asti.

  "Nggak apa-apa kok! Pake taksi aja As, biar cepat!" Pinta Bagas.

  "Iya Gas." Balasnya. Lalu Asti menunggu ditepi jalan, sambil memandang kearah jalan sebelah kanan. Disaat Asti sedang menunggu taksi yang lewat, Bagas berjalan menghampiri pemilik bengkel.

  "Pak, mau tambal ban!" Ucap Bagas.

  "Iya Mas." Balas lelaki itu.

  Sementara itu, Asti tiba-tiba melihat sebuah taksi yang melaju dari sebelah kanan. Dia pun segera melambaikan tangan kanannya kedepan. Taksi berhenti tepat didepan Asti. Sebelum masuk kedalam taksi itu, Asti berbalik badan dan memanggil Bagas.

  "Bagas Aku pulang dulu ya!" Seru Asti.

  "Iya hati-hati ya!" Balasnya.

  "Mas tolong antarkan teman Saya sampai rumahnya ya!" Ucap Bagas pada supir taksi itu sambil memandangi wajahnya. Namun supir taksi yang memakai topi itu, ketika tahu dipandangi oleh Bagas, berusaha menyembunyikan wajahnya dengan cara menurunkan sedikit topinya dan menundukkan kepalanya.

  "Baik Mas!" Jawab supir taksi itu.

  "Hati-hati ya Mas!" Seru Bagas lagi.

  "Iya Mas." Balasnya.

  Setelah Asti menaiki taksi itu, supir taksi yang bertopi itu langsung mengendarai mobilnya dengan kencang meninggalkan Bagas yang masih berdiri ditepi jalan.

  "Mas, ke Klender ya!" Ucap Asti.

  "Baik Mba." Jawab supir taksi itu.

  "Ternyata perempuan ini temannya Bagas. Sialan! Untung tadi Aku pake topi! Kalo nggak, mungkin Bagas sudah melihat wajahku!" Seru supir taksi yang bukan lain adalah Bayu. Suaminya Alma.

  Sementara itu Bagas berdiri melamun sambil memandangi kearah perginya taksi dimana Asti berada didalamnya.

  "Suara supir taksi tadi! Seperti nggak asing lagi ditelingaku!" Ucap Bagas seorang diri.

  "Tapi dimana ya?" Tanya Bagas pada dirinya sendiri sambil berpikir keras. Setelah beberapa saat, Bagas akhirnya berbalik badan dan berjalan menuju motornya yang sedang ditambal bannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!