"Ini malam ketiga kita disini ya?" tanya Evellyn sembari menghangatkan telapak tangannya di depan api.
"Ya."
"Apa menurut tuan mereka sudah menyerah akan kita?"
"Sebentar lagi mereka pasti akan datang. Apa kamu takut?"
"Sudah ku katakan, aku hanya mengakhawatirkan tuan."
.Yansen terdiam, api yang dia buat semakin lama semakin redup, karena kayunya sudah terbakar habis. Sementara angin yang berhembus dari laut kedarat semakin membuat tubuh mereka menjadi dingin.
Evellyn mengusap-usap lengannya karena udara dingin mulai menusuk kulitnya. Evellyn mulai membaringkan diri diatas hamparan pasir dengan posisi membelakangi Yansen.
Sama seperti Evellyn, Yansen juga ikut berbaring karena tubuhnya juga lumayan lelah.
"Hissssttt," Yansen mendesis kedinginan, karena pria itu tidak mengenakan baju.
"Kasihan tuan Yansen, dia pasti sangat kedinginan. Aku yang mengenakan baju piyama panjang saja masih kedinginan, apalagi dia yang tidak mengenakan baju?"
Evellyn berbalik badan, dan melihat Yansen sedang meringkuk kedinginan dengan kedua tangan dia selipkan diantara jepitan pahanya.
"Tu-Tuan," Evellyn mencolek punggung Yansen dengan ujung jari telunjuknya.
"Hem?" Yansen membalikkan tubuhnya.
"E-Eve kedinginan."
"Bersabarlah, kita tidak memiliki selimut saat ini."
"Ma-Maukah tuan memelukku?"
"Memelukmu? apa kamu tidak keberatan dipeluk olehku?"
"Tidak. Karena aku benar-benar kedinginan saat ini."
"Kemarilah!" ujar Yansen.
Evellyn menggeser tubuhnya dan masuk kedalam dekapan Yansen.
"Ah...rasanya sangat nyaman," batin Evellyn.
"Sebenarnya aku tahu ini hanya alasanmu saja bukan? aku tahu kamu tidak tega melihatku kedinginan kan?" batin Yansen.
Yansen mengeratkan pelukkannya pada Evellyn. Sejujurnya dia juga merasa nyaman berpelukkan dengan Evellyn. Tanpa mereka sadari saat mereka tertidur, tubuh mereka sudah berbelit satu sama lain, anggota tubuh itu seolah saling mencari kehangatan.
*****
Hidung Yansen merasa terganggu, saat mencium aroma wangi yang belum pernah dia cium selama dirinya dan Evellyn berada dipulau itu.
Matanya perlahan membuka dan melihat seringai jahat dari Zavier yang membawa segayung air laut.
Byurrrrrrr
Yansen dan Evellyn melompat kaget, hingga dekapan mesra mereka buyar seketika.
"Kamu sudah gila ya? dingin tahu?"
"Gila? kalian itu yang gila? sini mati-matian mencari keberadaan kalian, kalian malah asyik bermesraan di pinggir pulau."
"Bermesraan kepalamu. Apa kamu tidak tahu itu cara kami bertahan hidup?"
"Bertahan hidup?"
"Apa kamu tidak tahu, udara dipulau ini sangat dingin kalau malam hari. Sedangkan aku tidak mengenakan baju, itu cara kami agar tubuh kami tetap hangat."
Zavier menyipitkan matanya ke arah Yansen untuk mencari kebenaran.
"Apa? tentu saja itu benar, apa kamu pikir aku suka mesum tidak pada tempatnya?"
"Tuan sudahlah jangan bertengkar, malu ada yang nonton kalian," ujar Evellyn.
Yansen dan Zavier menoleh kearah tim SAR yang memang sedang menatap kerah mereka. Yansen menghela nafas panjang, dan mendekati orang-orang yang mengenakan pakaian berwarna orange itu.
"Apa yang kalian masak?"
"Cuma mie instan tuan, lumayan untuk sarapan pagi,"
"Buatkan untukku dan gadis itu!"
"Baiklah."
Setelah menunggu beberapa menit kemudian, dua mangkok mie kuah beserta telur ceplok sudah siap untuk Yansen dan Evellyn santap.
"Ah..." Yansen memejamkan matanya, saat menyesap kuah mie dari sendoknya.
Sudah berhari-hari perutnya dan Evellyn tidak di isi sesuatu yang hangat atau yang mengenyangkan. Mereka hanya mengisi perut dengan air kelapa dan buah
"Suruh mereka membuatkan lagi untukku! apa kamu juga mau?" tanya Yansen pada Evellyn.
"Tidak. Aku sudah kenyang tuan." Jawab Evellyn.
"Laper banget ya?" tanya Zavier.
"Menurutmu? sudah tiga hari kami tidak makan. Hanya mengandalkan air kelapa dan buah liar yang ada di hutan."
Greppppp
Zavier memeluk sahabatnya itu. Sudah sejak tadi dirinya menahan untuk mendekap Yansen. Tapi kali ini dia menghilangkan rasa malunya itu. Melihat Yansen masih hidup, membuat Zavier benar-benar lega.
Evellyn tersenyum melihat pemandangan itu hingga matanya berkaca-kaca. Sementara itu Yansen menepuk-neapuk punggung sahabatnya itu, dia tahu Zavier sangat mengkhawatirkan dirinya.
"Bagaimana keadaan yang lain?" tanya Yansen setelah pelukkan mereka terlerai.
"Owen sedang berada dirumah sakit saat ini."
"Apa yang terjadi padanya?" tanya Yansen sedikit panik.
"Dia terkena luka tembak di lengannya."
"Lalu bagaimana dengan para bajingan itu?"
."Codet berhasil kabur dengan ketiga sisa anak buahnya."
"Codettt...lihat saja, aku akan melubangi kepala bajingan itu dengan tanganku sendiri." Gigi Yansen bergemeratuk satu sama lain.
"Zav. Ayo kita pulang, aku lupa. Saat ini Evellyn juga sedang terkena luka tembak."
"Luka tembak? kok bisa?"
"Gadis bodoh ini menghadang pelurunya untukku."
"Astaga bocil, itu sangat berbahaya tahu? lalu dimana luka tembaknya?"
"punggung." Jawab Yansen.
"Apa pelurunya masih disana? harus segera dibawa kerumah sakit untuk dikeluarkan."
"Pelurunya sudah ku keluarkan, tapi lukanya belum dijahit. Aku hanya membalutnya dengan kain."
"Kamu mengeluarkannya? dengan apa?"
"Pisau."
"Pisau?"
"Ya. hanya itu alat yang aku punya. Aku hanya berpikir bagaimana caraku untuk mengeluarkan peluru itu."
"Ternayata tuan Yansen juga berjuang, agar aku tetap hidup," batin Evellyn.
"Tuan. Terima kasih, mungkin kalau tuan tidak mengeluarkan peluru itu dari tubuhku, aku tidak akan berada disini bersama kalian," ujar Evellyn.
Yansen tidak menjawab ucapan Evellyn, pria itu seolah kembali dingin saat banyak orang disekitarnya. Setelah menempuh perjalanan puluhan kilometer, akhirnya mereka tiba juga dipelabuhan. Yansen dan Evellyn segera dibawa kerumah sakit untuk dilakukan pengecekkan kesehatan secara menyeluruh.
"Tuan. Apa tidak sebaiknya saya dirawat jalan saja?" tanya Evellyn.
"Lukamu itu harus dirawat secara khusus. Jadi jangan membantah, kalau kamu ingin cepat pulang hanya karena kepikiran masalah kesepakatan kita, kamu tenang saja. Aku masih ingat tentang perjanjian itu."
"Aku lega mendengarnya. Secepatnya aku akan sembuh," ujar Evellyn.
"Sayang,"
Ivanka berhambur kepelukkan Yansen, setelah melihat pria yang dia inginkan sudah berada didepan matanya.
Nyutttttt
Ada perasaan tidak enak yang bergelayut dihati Evellyn. Gadis itu tidak mengerti perasaan apa itu, tapi saat melihat hal itu didepan matanya, dia segera memalingkan wajahnya kearah lain.
"Sayang. Apa kamu baik-baik saja? aku sangat mengkhawatirkanmu,"
"Aku baik-baik saja."
"Lalu bagaimana ceritanya, kamu bisa ditemukan bersama anak kecil ini?"
"Dia menghadang peluru untukku dan jatuh kelaut."
"Jadi kamu ikut hilang karena ingin menyelamatkan dia yang jatuh kelaut?"
Yansen memijat kepalanya. Menjelaskannya pada Ivanka akan sangat rumit dan berujung panjang. Pria itu lebih memilih menyeret Ivanka untuk pergi dari hadapan semua orang.
"Dimana ruangan Owen?" tanya Yansen.
"Kamu belum menjawab pertanyaanku." ujar Ivanka.
Yansen menghentikan langkah kakinya dan menatap kearah Ivanka.
"Aku merasa kamu mulai tidak asyik lagi. Jangan sampai aku membuangmu lebih cepat dari yang kuperkirakan. Aku tidak akan memandang kebersamaan kita yang bertahun-tahun, kalau kamu masih usil dengan semua urusanku."
Ivanka terdiam. Dia tahu betul, Yansen tipe pria yang tidak suka urusan pribadinya di turut campur. Ivanka segera bungkam dan cari aman. Dia tidak ingin jadi sasaran kemarahan Yansen.
TO BE CONTINUE...🤭🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Tia H.
eve gadis remaja yang baik hati.
2024-04-24
0
auliasiamatir
evelin... co cweet deh
2022-10-29
0
Lovesekebon
Yansen.. Ivanka tukerin aza sama sandal 😊🤭
2022-06-16
0