"Jadi kamu mau bagaimana membayar hutangmu, kalau nggak punya modal ngapai kamu datang ke kasino?"
"Aku minta waktu sedikit lagi bang. Aku janji pasti akan menemukan bocah itu. Kalau kita berhasil menangkapnya, abang pasti akan diuntungkan. Gadis itu baru berusia 17 tahun, dan aku berani menjamin 100% dia masih perawan ting-ting." Jawab Miranda
"Tiga hari yang lalu kamu juga bilang begitu. Bagaimana kalau anak itu tidak bisa kamu temukan? sebaiknya serahkan sertifikat rumahmu sebagai jaminannya. Nanti akan kami kembalikan setelah kamu berhasil menemukan anak itu."
Uhukkk
Uhukkk
Suara batuk itu terdengar menggelegar dari arah dalam kamar. Suara yang lemah, karena sudah hampir 4 bulan ini Andre mengidap penyakit paru-paru. Penyakit yang hanya satu kali melakukan pemeriksaan, itupun saat pertama kalinya Andre mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit yang lumayan parah.
Tidak ada obat spesial yang Andre minum, selain obat batuk dan obat pereda sesak yang dibeli dari warung terdekat. Miranda tidak ingin uang yang dia dapat dari berjualan ikan dipasar, dipakai untuk berobat suaminya. Semua keuntungan penjualan, dia habiskan dimeja judi.
Sebenarnya Miranda tipe wanita yang pandai mencari uang lebih. Itu terbukti dirinya mampu membuka cabang menjual ikan segar, dan dirinya menjadi pemasok utama yang barangnya langsung dia dapat dari nelayan. Tapi kebiasaan Miranda yang pecandu judi, uang yang dia dapatkan tidak pernah terkumpul, bahkan lenyap sekejap dimeja judi.
"Ya sudah aku jaminkan sertifikat rumahku, nanti setelah anak itu kutemukan, aku akan menukarnya."
"Tapi bukankah kamu masih memiliki anak perawan lainnya?" tanya Baron.
"Tidak ada yang boleh menyentuhnya, dia anak kandungku. Kalau anak yang ingin kuserahkan padamu adalah anak tiriku. Tentu saja mereka berbeda."
"Tapi jaminan sertifikat itu tidak bisa berlangsung lama. Pilihannya hanya dua. Hilang rumah, atau kamu menyerahkan anak kandungmu itu. Kami akan memberikan waktu selama 3 bulan untukmu,"
Baron melenggang pergi dengan membawa sertifikat rumah ditangannya.
"Sialan. Pergi kemana sebenarnya anak norak itu. Bahkan disekolahnya pun tidak ada. Kalau begini caranya aku bisa kehilangan rumah. Ini kemana lagi si Sandra, jam segini belum pulang sekolah juga." Miranda berdecak kesal.
Miranda kemudian masuk kedalam rumah, lebih tepatnya masuk kedalam kamarnya.
"Kali ini apa lagi yang ingin kamu jual? uhukkk..."
"Aku sudah menjaminkan sertifikat rumah kita."
"Ap-Apa? apa kamu ingin membunuhku dengan cepat karena ulahmu itu?"
"Sebaiknya kamu diam saja, disini siapa yang memberikanmu makan. Masih untung bisa bertahan hidup dari uang istri, jadi laki-laki jangan terlalu cerewet." hardik Miranda.
"Lagipula ini semua gara-hara Evellyn. Coba saja kalau dia tidak kabur, aku tidak kesusahan begini."
"Apa maksdumu?"
"Ya tentu saja anak itu sebagai pembayar hutang-hutangku."
"Keterlaluan kamu miranda...hikk...hikk..hik"
Dada Andre kembali merasakan sesak akibat terlalu emosi yang berlebihan.
"Tuh kan? sok sih jadi laki-laki, lagian biarkan anakmu itu sedikit berguna, ini ayah dan anak sama saja, sama-sama tidak berguna."
Brakkkk
Miranda menutup pintu dengan lumayan keras, hingga Andre hanya bisa mengelus dadanya dan menitikkan air mata.
"Evellyn. Kemana kamu nak? apa kamu baik-baik saja?" tutur Andre lirih.
Sementara itu ditempat berbeda, Evellyn saat ini tengah melamun dikamarnya. Air mata gadis itu membasahi wajah cantiknya.
"Ayah. Maafin Eve, seharusnya eve berada disisi ayah dan menjaga ayah. Bukan malah kabur dari rumah dan meninggalkan ayah. Tapi Kalau eve pulang, itu sama saja. Eve tidak akan bisa menjaga ayah, eve pasti dijual ketempat pelacuran dan terjebak disana seumur hidup."
"Ayah tunggu Eve ya? nanti kalau sudah punya uang, eve pasti akan membawa ayah pergi dari situ."
"Eve...." teriak Yansen.
"Eve..." Lagi-Lagi Yansen memanggil nama Evellyn.
Evellyn yang terkejut dengan suara panggilan itu, mendadak menghapus air matanya dan segera berlari menuju ke kamar Yansen.
"Ya Tuan,"
"Kamu lagi ngapain sih? dipanggil-panggil nggak nyahut? tuli ya?"
"Maaf tuan. Saya tadi sedang didalam kamar mandi. Apa tuan butuh sesuatu?"
"Pengen jus mangga,"
"Itu saja tuan?"
"Nasi goreng seafood."
"Ada lagi tuan?"
"Itu saja. Tapi ingat, nggak pakai lama."
"Apa makanannya mau dibawa kekamar? atau tuan ingin makan dibawah?"
"Bawa kekamar saja."
"Baik. Tunggu sebentar,"
Evellyn segera beranjak dari kamar Yansen dan turun kebawah untuk membuat makanan dan minuman yang diinginkan pria itu.
"Ada apa dengan gadis kecil itu? sepertinya dia habis menangis, apa dia teringat dengan keluarganya?" tutur Yansen lirih.
Selang 20 menit kemudian, Evellyn datang dengan membawa sepiring nasi goreng dan segelas jus mangga.
"Suapi!"
Tanpa membantah dan menggerutu, Evellyn menyuapi Yansen dengan telaten. Yansen sesekali melirik kearah Evellyn yang tampak berwajah datar, tubuh dan pikirannya seperti berada ditempat yang berbeda.
"Kamu kenapa?"
"Eh?"
"Aku tanya, kamu kenapa?"
"Tidak ada apa-apa tuan."
"Kalau begitu, saat berada didekatku, dilarang berwajah mendung begitu. Aura negatif akan cepat menular,"
"Iya tuan."
"Lanjutkan!"
Evellyn kembali melanjutkan menyuapkan nasi goreng kedalam mulut Yansen.
"Cukup! sekarang kamu habiskan nasi goreng itu sendir!"
"Eh?"
"Aku bilang habiskan! apa kamu merasa jijik memakai satu sendok yang sama denganku?"
"Ti-Tidak tuan. Saya akan makan."
"Habiskan!"
"Emm." Evelly mengangguk.
Evelly kemudian memakan nasi goreng yang tinggal separuh dipiring itu. Evelly makan dalam diam, sementara Yansen kembali sibuk dengan ponselnya. Setelah selesai, Evellyn turun kebawah, untuk membersihkan peralatan makan.
"Coba saja aku punya ponsel, aku pasti bisa menghubungi ayah lewat Ana. Sialnya ponsel butut itu malah ilang, padahal benda itu satu-satunya alat agar aku bisa berhubungan dengan ayah."
"Ingin sekali aku menemui Ana disekolah, tapi kalau ketahuan ibu Miranda gimana?"
Setelah selesai membersihkan peralatan makan, Evellyn kembali kekamarnya. Evellyn ingin menyusun pakaiannya yang sempat dia beli bersama Zavier.
"Kemana gadis kecil itu?" tanya Diego.
"Mungkin ada dikamarnya. Apa kalian ingin dibuatkan minuman?" tanya Yansen.
"Tidak usah, biar nanti buat sendiri saja. Kasihan mungkin bocah itu butuh istirahat." Jawab Zavier.
"Itu memang tugas pembantu," ujar Yansen.
"Jangan terlalu keras dengan anak itu, walau bagaimanapun dia masih anak-anak," timpal owen.
"Sudahlah, daripada membahas dia, lebih baik membahas yang lain. Gimana pengintaian kita untuk geng sampah itu?" tanya Yansen.
"Biarkan mereka lengah dulu, lagipula kamu belum sepenuhnya pulih."
"Gara-Gara luka sialan ini, rasanya pergerakkanku terbatasi. Aku sudah tidak sabar menghancurkan mereka."
"Kita harus menyusun rencana dengan matang lagi, dengan begitu aksi kita tidak akan gagal lagi," ujar Diego.
"Bagaimana dengan perusahaanku?" tanya Yansen.
"Kamu tenang saja, semua sudah kami handle. Lagipula asistenmu dan serketarismu itu sangat handal, mereka tahu apa yang harus mereka lakukan."
"Oh ya, hubungi orang dari negara R. Apa senjata yang aku pesan dua minggu yang lalu sudah dalam pengiriman?"
"Baiklah." Jawab Zavier.
"3 hari lagi Ivanka datang bukan? kamu pasti tidak akan kesepian lagi. Tapi sebaiknya kamu pindahkan kamar Evellyn kebawah saja," ujar Owen.
"Kenapa harus pindah?"
"Jangan sampai bocah itu terkontaminasi karena mendengar suara-suara aneh kalian." Jawab Diego terkekeh.
"Sialan. Aku kira apaan. Lagipula biarkan saja, biar dia cepat dewasa," ujar Yansen asal.
"Sungguh om-om kejam dirimu ini," timpal owen terkekeh.
"Sebaiknya kamu biarkan dia melanjutkan sekolahnya, dia pernah bercerita padaku kalau dia sebenarnya siswa yang baru saja menjadi siswa kelas tiga di SMA XX," ujar Zavier.
"Itu sama sekali bukan tanggung jawabku. Aku tidak perduli dengan pendidikkannya, karena dia sama sekali bukan keluargaku," timpal Yansen.
"Tega amat si om," ledek Diego.
Evellyn yang baru selesai membereskan pakaiannya, tidak sengaja mendengar percakapan mereka. hati Evellyn kian mengecil rasanya. Meskipun dia memiliki cita-cita setinggi langit, tapi dia terpaksa harus mengubur cita-citanya sedalam mungkin.
TO BE CONTINUE.. 🤗🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Lovesekebon
Hm .. kejam amat sii om🙄😏
2022-06-16
0
Eni Purwanti
sabar ya eve...
2022-06-07
0
Cilabi
next
2022-06-04
0