Krieekkkk
Yansen menekan handle pintu kamar Evellyn, ketika waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam. Evellyn yang sudah tertidur lelap, sama sekali tidak menyadari kedatangan seseorang di dalam kamarnya. Bahkan Evellyn lupa mengunci pintu kamar itu.
Tap
Yansen meletakkan punggung tangannya di dahi Evellyn karena ingin merasakan suhu tubuh gadis itu. Pria itu bisa merasakan, suhu tubuh Evellyn masih sedikit panas, meskipun sudah lebih baik daripada tadi malam.
Srakkkkk
Yansen menyibak sedikit selimut, dan ikut naik keatas tempat tidur. Perlahan tapi pasti pria itu mendekatkan dirinya pada Evellyn, dan melingkarkan tangannya ditubuh gadis itu. Tidak lama kemudian mata Yansen sudah terpejam, dan terdengar dengkuran halus dari mulut pria itu.
Blammmmm
Mata Evellyn terbuka seketika. Gadis yang memiliki indra sensitif itu bisa merasakan saat Yansen pertama kali naik keatas ranjangnya dan memeluk dirinya. Cukup aneh Evellyn rasakan, karena Yansen tipe pria yang cuek tapi diam-diam selalu memperhatikan dirinya.
Evellyn menatap kearah wajah tampan Yansen.
"Ada apa dengan orang ini? dia memperlakukan aku seperti ini sungguh membuatku tidak terbiasa. Didepan orang dia bersikap seperti orang yang tidak kenal, tapi dibelakang orang dia seperti ini. Aku tahu sikapnya ini tidak pantas, tapi entah mengapa aku merasa sangat nyaman." batin Evellyn.
"Bukankah jarak usiaku dengan dia 17 tahun? kalau begitu aku akan menganggap dia pengganti ayahku untuk sementara waktu. Kalau aku jadi anaknya, tentu aku boleh memeluk dia bukan?"
Evellyn perlahan mendekat kearah Yansen, dan masuk kedalam pelukkan pria itu dengan erat.
Blammmm
Mata Yansen tiba-tiba terbuka, pelukkan Evellyn yang terlampau erat, cukup mengganggu Yansen terutama pusakanya yang ada dibawah. Melihat Yansen yang terbangun, Evellyn terpaksa berpura-pura tidur.
Cup
Yansen mencium puncak kepala Evellyn dan mengusap kepala gadis itu.
"Ah...ini sangat nyaman," batin Evellyn.
"Sebenarnya aku kenapa? gadis kecil ini seperti punya magnet tersendiri, hingga aku bisa datang kemari dengan suka rela. Apa yang aku rasakan saat ini? apa ini wujud dari rasa ibaku padanya?"
Door
Door
Door
Yansen segera bangkit dari tempat tidur, saat mendengar ada suara tembakan bertubi-tubi. Evellyn yang juga mendengar jadi ikut bangkit.
"Tu-Tuan. Suara apa itu?" tanya Evellyn takut.
"Jangan kemana-mana. Tutup pintunya dan kunci! apa kamu mengerti?"
"I-Iya." Jawab Evellyn.
Yansen akan melangkah pergi, namun perkataan Evellyn membuat langkah kakinya terhenti.
"Tu-Tuan, hati-hati,"
"Emm." Yansen mengangguk.
Yansen berjalan dengan langkah besar menuju kamarnya, pria itu ingin mengambil senjata apinya yang dia sembunyikan didalam kamar itu.
"Sayang. Itu suara apa? aku takut," ujar Ivanka.
"Tetaplah dikamar, jangan keluar!"
"Iya." Jawab Ivanka.
Yansen mengambil senjata api yang dia sembunyikan dibawah tempat tidur. Pria itu juga membawa beberapa peluruh cadangan dan dua buah geranat.
"Yansen. Sepertinya mereka mengikuti gerak gerik kita hingga kesini," ujar Zavier.
"Mereka pikir disini tempat yang tepat untuk melenyapkan kita. Medan disini terlalu kecil, sangat sulit bagi kita untuk bergerak, terlebih persiapan persenjataan yang lumayan minim."
"Jadi kita harus bagaimana sekarang?" tanya Owen.
"Bertarung hingga akhir, meskipun mereka menyeberang masuk kedalam kapal kita." Jawab Yansen.
Door
Door
"Sial. Tembakkan mereka semakin dekat," ujar Yansen.
"Apa kita matikan saja lampunya? agar mereka tidak bisa menembaki kita? bukan apa-apa, banyak wanita didalam sana, aku tidak mau mereka mengambil keuntungan dari para wanita kita." ucap Diego.
Yansen tiba-tiba teringat sosok Evellyn. Gadis kecil yang menatapnya dengan wajah ketakutan.
"Suruh nahkodanya menjalankan kapal. Katakan padanya bawa kapal secepat mungkin, kita harus segera menepi kepelabuhan," tutur Yansen.
Owen segera berlari menuju depan kapal dan mengatakan pada nahkoda agar segera menjalankan kapalnya.
"Bos. Sepertinya mereka menjalankan kapal mereka,"
"Tidak masalah. Kapal mereka tidak akan berlari jauh lebih cepat dari kapal kita. Santai saja, saat mereka tertangkap nanti, kalian bisa bersenang-senang dengan para wanita yang mereka bawa."
Para anak buah pria bercodet itu menyeringai senang.
"Kejar kapal mereka!" perintah pria itu.
Tidak butuh waktu yang lama, kapal mereka sudah bisa menyusul kapal pesiar yang Yansen tumpangi.
"Ada berapa kapal mereka?" tanya Yansen.
"5." Jawab Zavier yang melihat dari benda yang bisa meneropong dari jarak jauh maupun dekat.
"Mereka sudah dekat Yan. Sepertinya perang tidak bisa dihindari lagi. Sialnya manusia licik itu hanya mengirim keroco-keroconya," ujar Zavier.
"Siapa?" tanya Yansen.
"Si codet,"
"Ckk...pria mesum itu lagi," gerutu Yansen.
Door
Door
"Beruntung Kapal ini dilapisi dengan anti peluru. Aku tidak bisa membayangkan kalau tidak, bisa-bisa kapal ini sudah berlubang disana sini," ucap Diego.
"Mereka datang, bersiaplah!" ucap Zavier.
"Emm...sepertinya mereka ingin bermain kucing-kucingan terlebih dahulu dengan kita," ucap si codet sembari memasang aksi waspada.
Semua anak buah pria bercodet ini memasang mata dengan jeli. Sementara itu Yansen dan teman-teman berada ditempat yang menurut mereka aman dan bisa menyerang lawan.
"Ingat! siapapun yang kalian temui dikapal ini, habisi saja. Tinggalkan saja para wanitanya," ujar Si codet.
"Baik tuan." Jawab mereka serentak.
Door
Yansen menembak salah satu anak buah si codet dan tepat mengenai punggung pria itu.
"Sial. Keluar kalian pengecut," teriak si codet.
Door
Lagi-Lagi Yansen melepaskan sebuah tembakkan dan mengenai anak buah si codet yang lain. Si codet yang memperhatikan asal tembakkan mendapat tempat persembunyian Yansen dan memberikan sebuah tembakan disana.
Beruntung Yansen mampu menghindar dan peluru itu berakhir mengenai salah satu baja kapal. Sementara itu ditempat berbeda-beda sudah terjadi baku hantam antara Zavier Cs dan anak buah si codet.
Evellyn berdiri mondar mandir didalam kamarnya. Gadis itu merasa gelisah karena takut terjadi sesuatu pada Yansen dan teman-temannya. Evellyn sempat melihat orang-orang si codet yang jumlahnya lumayan banyak. Sangat tidak imbang, jika pertarungan itu melawan Yansen dan teman-temannya.
"Tuhan...aku mohon lindungi Yansen dan teman-temannya," tutur Evellyn.
Sementara itu, diluar masih terjadi pertarungan sengit. Kali ini pertarungan sengit itu antara si codet dan Yansen. Kedua pria itu saat ini sama-sama tidak mengenakan senjata. Karena terlibat pertarungan sengit, senjata keduanya lepas dari genggaman mereka masing-masing.
"Seru juga bertarung tanpa senjata" ujar Codet sembari mengelap darah dari sudut bibirnya karena mendapat pukulan telak dari Yansen.
"Majulah! kita selesaikan dengan cepat," ucap Yansen.
"Hiaaatttttt..."
Codet menyerang Yansen dengan membabi buta.
Bagh
Bugh
Bagh
Bugh
Yansen memberikan pukulan bertubi-tubi, dan terakhir Yansen memberikan tendangan memutar dan tepat mengebai wajah pria itu.
"Uhuuukkk."
Pria bercodet itu memuntahkan darah dari dalam mulutnya. Namun tiba-tiba pria itu menyeringai saat melihat sebuah pistol tepat dihadapannya.
Klakkk
Klakkk
"Mari kita akhiri permainan ini bro Yansen," ujar codet dengan mengacungkan pistolnya.
"Pengecut!" ejek Yansen tanpa rasa takut sedikitpun.
"Ucapkan selamat tinggal untuk geng sampahmu itu," ujar Codet.
"Kalianlah yang sampah. Semua kacung-kacung Orland adalah sampah," hardik Yansen.
"Bagsat!!!" hardik Codet.
Brukkkkk
Door
"Heggggggghhh."
Byuuuurrrrrrrrr
Mata Yansen terbelalak saat melihat seseorang jatuh kelaut setelah menghadang peluru untuk nya.
TO BE CONTINUE...🤗🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Lovesekebon
Duh 🙄🤔 jangan-jangan Eve
2022-06-16
0
Eni Purwanti
siapa tuh???? pasti eve ya🤔🤔🤔🤔
2022-06-07
0
wiwin
si Eve apah yg nenbak ?
2022-06-04
0