Belenggu Mafia Lapuk
Door
Door
Door
Suara baku tembak sedang berlangsung disebuah gudang tempat penyimpanan baja ringan. Tidak ada suara lain selain kebisingan yang ditimbulkan dari suara peluru yang meluncur kearah lawan baik yang mengenai tubuh, maupun yang berdenting mengenai baja.
"Sial! kapan selesainya kalau begini? apa persedian peluru kalian masih banyak?" Yansen bersuara disela-sela bisingnya tembakan.
"Masih cukup untuk membinasakan geng sampah itu. Pokoknya malam ini kita harus membuat nama mereka hilang dari peredaran dunia bawah tanah,"
Zavier yang seorang penembak jitu, bakatnya tidak perlu diragukan lagi. Bahkan meski sedang menjawab pertanyaan Yansen, pria itu mampu mengenai lawan dengan tepat sasaran.
Owen si mata empat menghampiri teman-temannya yang tengah berbincang sembari tetap melakukan baku tembak dengan musuh-musuhnya.
"Apa matamu tidak bermasalah? tempat ini terlalu remang," Diego menoleh kearah Owen yang baru saja menghampiri mereka.
"Santai, ini softlens terbaik yang pernah aku pakai. Bahkan aku bisa melihat wajahmu meskipun dalam kegelapan." Jawab Owen.
Tap
Tap
Tap
Hosh
Hosh
Hosh
Evelly berlari terengah-engah saat menghindari kejaran beberapa pria bertubuh besar. Tubuh mungil itu berlari tidak tahu arah, bahkan tanpa sadar dia memasuki sebuah gudang yang didalamnya sedang dalam situasi tidak kalah menegangkan.
Sudah kepalang masuk, dirinya tidak bisa mundur lagi. Evellyn tidak perduli dirinya terkena tembakan peluru, baginya mati tertembak cara kematian yang jauh lebih terhormat daripada dijual pada pria hidung belang dan digilir.
Brukkkkk
Tubuh Evelly terpental, saat menabrak suatu yang keras, namun lebih lembut dari sebatang besi. Kepala Evellyn mendongak keatas untuk memastikan benda apa yang dia tabrak itu.
Secepat kilat Evelly bangun, saat melihat sosok pria dihadapannya. Entah apa yang ada dipikiran gadis itu saat ini, tubuh mungil itu malah berlari dalam pelukkan pria yang tengah sibuk dengan pistolnya.
"Hey...bocah ini munculnya dari mana?" hardik Yansen yang merasa risih.
"Om tolongin Eve om," Evelly semakin mengeratkan pelukkannya pada tubuh kekar Yansen.
Yansen bisa merasakan kalau saat ini tubuh gadis itu sedang gemetar hebat, tapi urusannya jauh lebih penting dari menolong gadis kecil itu.
"Menyingkirkah dariku!" hardik Yansen.
Evelly memejamkan matanya saat mendengar teriakkan itu, namun kepalanya menggeleng dan semakin memeluk Yansen dengan erat.
Zavier yang tahu temperament Yansen sangat buruk, sedikit khawatir kalau kepala gadis itu akan menjadi sasaran peluru Yansen.
"Zavier. Singkirkan anak ini dariku!" teriak Yansen.
Zavier mendekati Yansen dengan sedikit mengendap-endap dari incaran peluru lawan. Zavier kemudian menarik tangan Evellyn, namun Evellyn malah semakin mengencangkan pelukkannya karena ketakutan.
Door
Karena kehilangan konsentrasi, sebuah peluruh berhasil mengenai lengan Yansen.
"Yansen!"
Ketiga teman Yansen berteriak bersamaan saat melihat dirinya terkena sebuah tembakan. Evellyn yang merasakan ada sesuatu yang basah mengenai tangannya, melihat kearah Yansen yang terlihat memegang bahunya yang sudah bersimbah darah.
"O-Om...."
Bibir Evelly bergetar, mata gadis itu mendadak buram seketika. Dirinya yang memang belum makan dari pagi, ditambah kelelahan dan melihat banyak darah, jadi hilang kesadaran seketika. Dengan kekuatan satu tangan, Yansen menahan berat tubuh Evellyn agar tubuh gadis itu tidak terjatuh ketanah.
"Mundur!" teriak Zavier.
"Tidak! singkirkan saja gadis ini, kita harus tuntaskan malam ini juga," ucap Yansen.
"Tapi kamu terluka, kamu harus dirawat."
Owen terlihat khawatir karena darah yang mengalir dari lengan Yansen tampak sukar dihentikan, meskipun Yansen sudah menekannya dengan sebuah sapu tangan.
"Jangan keras kepala, nyawamu jauh lebih berharga. Kita bisa membantai mereka lain kali," timpal Diego.
"Sial!" gerutu Yansen yang merasa kesal karena misi mereka harus gagal malam ini.
"Hadang mereka! setelah itu kalian harus kembali kemarkas dengan selamat. Bawa juga yang luka-luka ataupun yang tewas," Zavier memerintahkan anak buahnya.
Zavier membuat gerakan waspada, agar musuh-musuh mereka tidak menembak kearah mereka, saat mereka akan melewati pintu utama gudang.
Chiiiiiitt
Mobil mewah yang sudah dilengkapi dengan anti peluru melesat meninggalkan gudang itu. Yansen terlihat bersandar dikursi bagian belakang, sembari menutup matanya dengan lengan kanannya. Sementara itu Evellyn yang tidak sadarkan diri, sedang berada dipangkuan Owen.
"Yansen, apa kamu baik-baik saja?"
Diego yang mengemudikan mobilnya melihat kearah belakang melalui kaca mobil bagian depan.
"Emm."
Hanya kata itu yang terdengar dari Yansen yang biasa bersuara tegas. Diego semakin mempercepat laju mobilnya, dia tidak ingin terjadi sesuatu pada sahabatnya itu.
Setelah melewati perjalanan yang lumayan jauh, dan beberapa kali menerobos rambu-rambu lalu lintas, akhirnya Diego berhasil membuat Mobilnya parkir di salah satu rumah sakit terbesar di Kota J.
Para suster dan dokter dibuat sibuk, karena Zavier ingin mereka segera menangani Yansen. Bahkan dokter itu tampak berkeringat, karena Zavier menodongkan pistolnya agar dokter itu bekerja dengan cepat.
"Zavier. Turunkan pistolmu, kamu membuat dokternya takut. Itu akan mengganggu konsentrasinya," ucap Diego.
Zavier perlahan menurunkan pistolnya, dia sangat takut kehilangan Yansen dan malah bersikap impulsif.
"Maaf dokter, tolong bekerjalah dengan tenang."
Zavier sedikit melunak dan meminta maaf pada dokter yang sedang menangani Yansen.
"Tidak apa-apa, saya bisa mengerti kekhawatiran anda. Tapi Tuan, sepertinya peluru yang masuk cukup dalam, kita harus segera melakukan tindakan operasi agar bisa mengeluarkan pelurunya dan menghentikan perdarahannya,"
"Tolong lakukan apapun, agar teman kami bisa selamat," ucap Owen.
"Kalian terlalu berlebihan, kalian seperti mengira aku akan mati saja hanya dengan satu tembakan peluru," Yansen menyela.
"Kamu diamlah, jangan suka meremehkan sesuatu. Misi kita belum tuntas, kalau kamu mati sekarang, aku akan mengencingi kuburanmu!" Zavier memarahi Yansen.
Yansen tertawa mendengar ucapan Zavier yang konyol, namun pria dingin itu tidak marah sama sekali, karena dia tahu sahabatnya itu sedang mengkhawatirkan dirinya.
"Bawa saja dia keruang operasi dok," ujar Owen.
"Baiklah."
Dokter itu memberikan kode pada suster untuk mendorong brankar, dan memindahkan Yansen keruang operasi.
Setelah hampir 2 jam diruang operasi, akhirnya lampu merah didepan ruangan itu mati juga. Seorang dokter yang mengoperasi Yansen keluar dengan senyum terbit dibibirnya.
"Bagaimana keadaan teman kami dok?"
"Kalian tidak perlu khawatir, operasinya berjalan lancar, pelurunya juga berhasil dikeluarkan. Sebentar lagi dia akan kita pindahkan diruang perawatan, kalian bisa menunggunya disana." Jawab sang dokter.
"Terima kasih dok. Maaf tadi sudah sempat membuat anda takut," ucap Zavier.
"Tidak apa. Tapi sebaiknya simpan senjata anda dari jangkauan mata pasien yang lain, benda itu bisa membuat mereka panik,"
"Baik dok."
Dokter itu kemudian berlalu pergi meninggalkan Zavier dan teman-temannya. Setelah menunggu beberapa saat kemudian, Yansen dibawa keluar dari ruangan operasi untuk dipindahkan keruang perawatan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
kartika wayankartika
awal ceritanya menarik dan seru
2024-04-22
0
Mukmini Salasiyanti
Assalamu'alaikum
kak Netti... ap kbr?
Dr S3N cus deh kesini
2023-07-11
0
Sumawita
kak kemana aja baru muncul,,, apa cerita ini kelanjutan nya sarlince Kak
2023-02-28
0