Sepulang dari rumah sakit, astrid terduduk lesu di atas tempat tidurnya. Ia masih tak percaya dengan keputusannya sewaktu di rumah sakit.
"Aku sudah gila, kenapa juga aku harus mengasihaninya," gerutunya dengan kesal.
Pikirannya kalut memikirkan apa yang akan di hadapinya pada hari yang akan datang. Jika pernikahan adalah suatu momen yang paling bahagia dan di tunggu harinya bagi suatu pasangan, namun bagi Astrid pernikahannya bukan suatu yang membahagiakan ataupun di tunggu olehnya, melainkan sebuah mimpi buruk baginya. Bagaimana tidak membahagiakan, jika seorang gadis yang baru genap tujuh belas tahun itu harus menikah di usianya yang begitu muda, ia bahkan belum lulus sekolah menengah atas. Saat pikirannya sedang kalut, tiba-tiba dering pesan di ponselnya berbunyi. Astrid langsung mengecek ponselnya itu.
"Siapa ya," ucapnya heran ketika melihat nomer tak dikenalnya mengirim sebuah pesan kepadanya.
Dalam pesan tersebut seseorang memintanya untuk pergi ke sebuah1 butik besok sepulang sekolah.
"Besok sepulang sekolah jangan dulu pulang kita pergi ke butik terlebih dahulu."
Astrid lalu membalas pesan tersebut, "Maaf ini siapa,"
"Janus."
Setelah tahu bahwa yang mengirim pesan padanya adalah Janus, Astrid langsung saja mematikan ponselnya.
...****************...
Ke esokan harinya pada saat jam istirahat berlangsung Astrid beserta teman-temannya pergi ke kantin untuk makan siang. Namun pada saat semuanya menikmati hidangan, hanya Astridlah yang mengaduk-ngaduk minumannya tanpa menikmati makanannya.
"Trid kamu ga lapar kan? dari pada cuma di tatap makanannya, mending buat aku aja," ucap Hilda.
"Menurut kalian Pak janus sama Bintang gantengan siapa?" tanya Astrid yang masih saja mengaduk-ngaduk minumanya itu.
"Tentu saja pak Janus lah, tahu ga kalo pak Janus lagi nyetir mobil sportnya, gantengnya udah kayak selebriti korea," ucap Hilda.
"Aku setuju sama Hilda, emang gantengan pak Janus. Beruntung banget kalau punya pacar kaya dia, pasti bakalan banyak yang iri sama pacarnya," ucap Alula tersenyum sembari membayangkan sosok Janus.
"Kalau gitu, kalian mau tidak bertukar posisi denganku," ucap Astrid dengan raut wajahnya yang sedih.
"Maksudnya? bertukar posisi apa?" tanya Hilda heran.
Seketika Astrid menangis dan memeluk Hilda.
"Hiks... hiks... pak Janus bakalan jadi suamiku minggu depan," ucap Astrid menangis sesegukan di pelukan Hilda.
Hilda dan Alula semakin heran dengan Astrid yang tiba-tiba memeluk sembari menangis.
"Tunggu...tunggu... maksud kamu menikah dengan pak janus, Ah kamu pasti mimpi ya?" ucap Hilda mengerutkan kedua alisnya.
"Aku beneran serius!! jadi calon suamiku ternyata pak Janus, dan yang lebih parahnya lagi aku harus menikah dengannya minggu depan," ucap Astrid yang masih mengeluarkan air matanya.
Hilda dan Alula tampak terkejut dengan pernyataan sahabatnya itu.
"Brak...
"Wah semua cewek di sekolah bakal patah hati nih," ucap Alula mengebrak meja.
Astrid sangat panik ketika suara lantang Alula membuat orang-orang di kantin memandangi tempat mereka duduk. Astrid pun langsung saja menutup mulut Alula dengan telapak tangannya, "Stttt... jangan terlalu keras."
"Upss iya lupa," ucap Alula mengecilkan suaranya.
Sementara Hilda terdiam dengan ekspresi terkejut, ia merasa tak menyangka dengan apa yang di ucapakan sahabatnya itu. Seketika Hilda memegang erat lengan Astrid, "Ayo kita bertukar posisi."
"Hiks...hiks... ayo," ucap Astrid yang kembali menangis.
"Dasar pada stres ya," ucap Alula menggelengkan kepalanya.
Lalu tiba-tiba saja suara dering pesan dari ponsel Astrid berbunyi. Astrid pun segera membuka dan membaca isi pesan di ponselnya itu. Pada saat di cek sebuah nama pria yang tak ingin di ingatnya mengirimkan sebuah pesan yang berisikan sebuah alamat butik. Ya pria tersebut ialah Janus, pria yang akan menjadi imamnya.
"Siapa yang kirim pesan Trid?" tanya Hilda.
"Pak Janus, dia ngirim alamat butik tempat kita akan fitting baju."
"Wah hari ini dong fitting bajunya, kalau gitu aku mau ikut dong," ucap Hilda.
"Iya aku juga mau ikut, boleh ya... kita janji bakal rahasiain semuanya antara kamu dan pak Janua," ucap Alula.
"Iya... iya."
Sepulang sekolah Astrid dan kedua sahabatnya pergi ke alamat butik yang di sebutkan Janus kepada calon istrinya tersebut. Saat sampai di butik tersebut, tampak Janus sedang duduk di kursi sembari membaca majalah.
"Pak," ucap Astrid menepuk pundak Janus.
"Oh udah sampai... eh tunggu-tunggu kenapa mereka ikut?" ucap Janus heran.
"Tenang saja mereka sahabatku, mereka bakal jaga rahasia kita ko," ucap Astrid.
"Oh ya sudah kita mulai saja pemilihan bajunya," ucap Janus kemudian segera memanggil pemilik butik tersebut. "Tolong pilihkan beberapa gaun pengantin yang cocok untuknya."
Beberapa gaun pengantin telah di siapkan, Astrid pun segera berganti pakaian. Setelah Astrid memakai gaun pertama, Astrid lalu membuka tirai dan menunjukannya kepada Janus. Seketika kedua mata Janus terpaku menatap calon istrinya.
"Lumayan cantik," gumam Janus di batinnya.
"Wah gaunnya cocok sama kamu Trid," ucap Hilda tersenyum.
"Ganti! kurang enak di padang," ucap Janus.
Astrid kembali menutup tirainya dan segera mengganti gaun. Namun beberapa kali Astrid berganti, Janus masih saja kurang puas dengan gaun yang di pakai Astrid.
"Hei aku udah tujuh kali ganti gaun, masa ga ada yang cocok sih," ucap Astrid kesal.
"Emang ga ada yang cocok sama kamu. Apa mungkin karena memang baju disini ga ada yang cocok sama tubuh kamu," ucap Janus.
Astrid semakin kesal saja dengan sikap Janus tersebut. Astrid kembali menutup tirai dan segera kembali berganti pakaian. Namun pada saat ia membuka tirai, kini bukan gaun pengantin yang di pakainya, melainkan pakaian semula yang ia kenakan. Astrid sangat kesal dengan Janus yang di nilainya seakan mempermainkannya.
"Ayo teman-teman kita pulang sekarang," ucap Astrid mengambil tasnya.
"Eh kenapa pulang sekarang?" tanya Janus memegang lengan Astrid.
"Mending kamu saja yang pakai semua gaunnya. Gaun disini memang cocoknya buat kamu," ucap Astrid melepas tangan Janus dari lengannya.
"Iya maaf, kita pesan saja gaun yang pertama. Yang pertama cocok sama kamu," ucap Janus kembali menggenggam lengan Astrid.
"Kenapa ga bilang dari tadi sih, jadi aku ga usah cape-cape gonta-ganti pakaian," ucap Astrid semakin kesal.
Saking kesalnya Astrid terburu-buru keluar dari butik tersebut. Saat Astrid terburu-buru pergi, Janus mengenjar Astrid.
"Tunggu! mau pulang sekarang?" tanya Janus.
"Iya pulang sekarang."
"Aku antar kamu pulang."
"Ga usah antar aku pulang, lagian kalau pulang bersama nanti teman-temanku tidak bisa pulang bareng. Karena mobilmu hanya bisa di tumpangi untuk 2 orang," ucap Astrid dengan raut wajah kesalnya.
"Kalau kamu pulang tanpa di antar olehku, nanti gimana tanggapan orang tua kamu. Gimana kalau teman-temanmu pulang naik taxi, aku yang bayar ongkosnya."
"Iya Trid kamu pulang bareng pak Janus saja, kita bisa pulang naik angkot ko," ucap Hilda.
"Hah, siapa juga yang nyuruh kalian naik angkot," ucap Astrid lalu menyodorkan telapak tangannya meminta ongkos taxi kepada Janus. "Mana ongkos taxinya."
Janus lalu membuka dompetnya dan segera memberikan uang kepada kedua teman Astrid tersebut. Setelah memberikan uang, Janus langsung saja menarik Astrid dan membawanya memasuki mobil sportnya itu.
"Ayo kita pulang sekarang."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Best
semangat up ceritanya Thor
2022-04-12
3
Kaila
tombl nextnya ilang
2022-04-12
3
meilani
ciee janus suka tpi gengsi
2022-04-12
2