Seketika Astrid tertawa ketika ucapan yang di lontarkan Ayahnya tak di anggap serius olehnya. Ia pikir ucapan dari ayahnya hanyalah sebuah guyonan untuknya. Di zaman sekarang, orang tua mana sih yang menyuruh anaknya untuk menikah, ketika anaknya masih bersekolah terkecuali jika orang tuanya memiliki pikiran yang kolot. Apa lagi Johan sangat keras terhadap Astrid untuk menyuruh putri sulungnya menekuni sekolah dengan benar. Oleh sebab itu, Astrid tak mempercayai perkataan dari ayahnya tersebut.
"Papah serius, kamu bakal di jodohkan dengan cucu kedua dari pak Baskara," ucap Johan menatap mata Astrid dengan tatapan yang serius.
"Deg...
Seketika jantung Astrid berdebar cukup kencang ketika melihat ekspresi ayahnya yang tampak serius ketika berbicara padanya.
"Hah ma...na mungkin, papah pasti bercanda nih," ucap Astrid yang seketika merasa gugup karena terkejut mendengar ucapan dari ayahnya tersebut.
"Papah kamu serius, kamu memang bakal di jodohkan dengan cucu sahabat kakek," lontar Pratama kakek Astrid.
"Astrid bakal di jodohkan dengan orang yang sama sekali tidak di kenal, bahkan mungkin sama sekali Astrid tak mencintainya... terus maksud menikah secepatnya itu apa?" ucap Astrid kesal.
"Kemungkinan di bulan ini kamu akan segera menikah," ucap Johan tertunduk karena tak ingin menatap wajah dari anaknya yang seakan merasa bersalah telah menyuruh anaknya untuk menikah.
"Astrid masih sekolah dan umur Astrid juga masih terlalu muda, bagaimana bisa Astrid menikah dan tak di beri kesempatan untuk menikmati masa muda," ucap Astrid yang seketika kedua bola matanya mulai berkaca-kaca.
"Umur kamu kan sudah menginjak 17 tahun lebih dan kamu juga sudah memiliki KTP, terus kamu juga bisa melanjutkan sekolah meski sudah menikah," ucap Maya merangkul pundak putrinya sembari mengelus pundaknya untuk menenangkan putrinya tersebut.
Seketika Astrid pun berdiri lalu segera beranjak pergi menuju kamarnya. dan terduduk menyender pintu dari kamarnya sembari menangis. Astrid cukup kecewa dengan perjodohan yang di lakukan oleh keluarganya. Di umurnya yang masih muda Astrid harus di nikahkan dengan orang yang sama sekali ia kenal apa lagi di cintainya. Di tambah ia harus menikah di bulan ini, tanpa persiapan sama sekali.
Astrid pun lalu teringat dengan kedua orang yang menjadi tempatnya untuk mencurahkan segala isi hatinya. Ya mereka adalah kedua sahabatnya, ialah Alula dan Hilda. Astrid pun lalu segera menelpon dengan menyambungkan kedua nomor dari sahabatnya tersebut.
"Hallo," ucap serentak Alula dan Hilda.
Astrid tak mampu berbicara ketika teleponnya tersembung, ia hanya terus menangis tanpa bisa berkata sepatah kata pun.
"Astrid kamu nangis?" tanya Hilda khawatir.
"Siapa yang udah bikin kamu nangis, bawa kesini biar aku hadapin... tapi kalau pak Johan yang udah bikin kamu nangis aku sungkem aja deh," ucap Alula.
"Bi..sa ga kita ketemu, aku mau cerita," ucap Astrid sembari sesegukan.
"Bisa, datang saja ke rumahku," ucap Hilda.
"Baiklah makasih," ucap Astrid lalu segera menutup teleponnya tersebut.
Astrid pun lalu segera berganti pakaian dan bersiap untuk pergi ke rumah dari sahabatnya tersebut. Namun ketika Astrid hendak membuka pintu rumahnya. Tiba-tiba saja Johan datang menghampiri putri sulungnya tersebut.
"Mau kemana kamu? jangan bilang kamu mau kabur dan menghindari perjodohan ini," ucap Johan sembari memegang salah satu pundak Astrid.
"Aku ga bakal kabur ko, cuma ke rumah Hilda saja, lagian ngapain kabur, kalau kabur Astrid ga punya tempat tujuan di tambah Astrid juga ga punya uang untuk biaya hidup," ucap Astrid yang sedikit kesal terhadap ayahnya tersebut.
"Ya meskipun ga niat kabur, kamu tetap ga boleh pergi, biar teman-teman kamu datang saja ke rumah," ucap Ayahnya lalu segera menelpon kedua sahabat Astrid tersebut untuk datang ke rumahnya.
Astrid pun lalu kembali ke kamarnya dengan perasaan yang cukup kesal terhadap ayahnya tersebut.
"Gila, ini bener-bener di pingit," gumam Astrid kesal sembari duduk di tempat tidurnya.
Tak berselang lama kedua sahabatnya pun akhirnya datang lalu segera menghampiri Astrid di kamarnya. Ketika mereka datang, Astrid segera memeluk salah satu sahabatnya sembari menangis.
"Udah jangan nangis, mending sekarang kamu keluarkan semua unek-unek kamu biar lega," ucap Hilda sembari mengelap bulir air di kedua pipi Astrid.
Sembari sesegukan, Astrid pun segera menceritakan secara detail mengenai perjodohan yang membuatnya menangis saat ini. Kedua sahabatnya pun cukup terkejut setelah mendengar cerita dari Astrid.
"Kamu bakal di jodohkan sama orang yang belum kamu kenal, masih mending mukanya ganteng kaya pak Janus, gimana kalau mukanya kaya tutup termos," lontar Hilda yang merasa terkejut.
Seketika ucapan Hilda membuat Astrid terbayang wajah dari calon suaminya. Astrid merasa takut ketika terlintas dalam pikirannya wajah jelek dari calon suaminya. Astrid pun kembali menangis karena bayangan orang jelek terus melintasi pikirannya.
"Hiks... Gimana kalau mukanya beneran buruk," ucap Astrid sembari menangis.
"Ih kamu sih, jadi kan dia nangis lagi," ucap Alula.
"Iya maaf, udah jangan nagis lagi dong Trid," ucap Hilda merasa bersalah terhadap sahabatnya tersebut, lalu segera memeluk kembali Astrid sembari mengelus punggunya untuk menenangkan sahabatnya tersebut.
Lalu tiba-tiba saja suara Johan dan Pratama dari ruang tengah terdengar dari kamar Astrid. Mereka seperti membicarakan kembali soal perjodohan, namun nampak samar terdengar. Alula dan Hilda pun segera menempelkan telinganya di pintu kamar Astrid.
"Kalian sedang apa sih?" tanya Astrid heran.
"Sttt, jangan ngomong ga kedengeran," ucap Alula dengan serius mendengar pembicaraan tersebut dari balik pintu kamar Astrid.
"katanya umur calon suami Astrid 20 tahun, tapi namanya siapa kurang jelas Ja~
Belum sempat Hilda dan Alula mendengar jelas nama dari calon suami Astrid, tiba-tiba saja seseorang membukakan pintu. Akhirnya Alula dan Hilda pun terjatuh.
"Eh kenapa kalian bisa jatuh gitu," ucap Maya, yang ternyata seseorang yang membuka pintu tersebut.
"Hehe, tante buka pintu di saat kami berada di balik pintu," ucap Hilda sembari menggaruk kepalanya.
"Oh maaf, tante ga tau sih kalian ada di sana... nih tante bawa buah sama minuman buat kalian," ucap Maya sembari meletakan sajian tersebut di meja belajar Astrid.
"Wah enak kayaknya, makasih tante," ucap Alula tersenyum sembari menatap buah dan minuman yang di sajikan Maya.
"Huh dasar Lula, kalau liat makanan pasti senyum-senyum," ucap Astrid.
Hilda dan Alula pun menyantap buah yang di sediakan oleh Maya, namun hanya Astrid lah yang tak ikut menikmati buah yang di bawa oleh Maya tersebut. Ia hanya terus melamun memikirkan pernikahan yang akan di hadapinya.
"Hilda, Lula bawa aku kabur yuk," ucap Astrid sembari memegang tangan kedua sahabatnya tersebut.
"Eh gila ya, masa minta kabur sama kita... aku ga sanggup bawa kamu kabur, nanti aku bakal kena masalah sama kedua orang tua kamu," ucap Hilda melepaskan tangan Astrid dari tanganya.
"Iya, gimana kalau orang tua kamu lapor polisi terus kita bakal di tangkap sebagai tersangka penculikan," ucap Alula yang juga melepaskan tangan Astrid dari tangannya.
"Bener banget, mending kamu makan nih buahnya biar ga terus kepikiran perjodohan," ucap Hilda sembari memasuki buah ke mulut Astrid.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Elizabeth Zulfa
temen laknat 😅😅
2022-05-23
0
Kaila
next lgi
2021-12-08
0
rudy
ngakakkk
2021-12-08
1