Di saat Astrid dan kedua temannya akan hendak memasuki kantin. Tiba-tiba saja ia teringat dengan ucapannya kepada Bintang, bahwa ia akan membayar Bintang di saat jam istirahat tiba.
"Stop dulu," Astrid menghentikan langkahnya, begitu pun dengan kedua temannya itu.
"Ada apa Trid?" tanya Hilda menatap heran Astrid.
"Antar aku ketemu Bintang," ucap Astrid.
"Ngapain ketemu Bintang? aku males ah. Kamu tau kan, kalau Bintang itu cowok paling populer di sekolah. Kalau kamu punya niat deketin Bintang, kita bisa kena bully cewek satu sekolah, terutama pacarnya yang namanya Vega nyebelin banget," ucap Hilda.
"Iya males banget. Kamu boleh kagum, jangan sampai kamu punya niat deketin dia. Dan awas aja kalau kamu punya niat selingkuhin pak Janus, aku bakal rebut pak Janus dari kamu," sambung Alula mengancam Astrid.
"Tadi pagi aku udah janji bakal bayar ongkos sama Bintang, karena tadi aku naik motor sama Bintang. Lagian Pak Janus ga ngelarang aku buat pacaran sama siapapun. Dan lagi pula Bintang kan udah putus sama Vega," ucap Astrid.
"Jadi, kalau Bintang sama Vega udah putus, kamu bisa bebas deketin Bintang gitu," ucap Hilda melipat lengannya di dada.
"Aku ga ada niat deketin Bintang, aku cuma mau ketemu Bintang buat bayar ongkos doang. Jadi, anter aku ketemu Bintang sekarang," tegas Astrid, yang kemudian menarik lengan kedua temannya.
"Tapi cuma ngasih uang doang kan, ga ada niat lain," ucap Hilda.
"Iya bawel."
***
Ketika Astrid akan menghampiri Bintang, tampak Vega mantan pacar Bintang sedang beradu argumen dengan Bintang. Wajah keduanya tampak terlihat marah, terutama raut wajah Bintang. Langkahnya tampak ragu untuk menghampiri pria yang jadi pujaan hatinya itu. Ia hanya berdiam diri menatap Bintang dari kejauhan.
"Kenapa berhenti? katanya kita mau nemuin Bintang," ucap Alula.
"Hm, Bintangnya lagi sama Vega," ucap Astrid dengan mata yang hanya tertuju menatap Bintang.
"Cepet samperin dia, aku udah laper nih, mau cepet-cepet ke kantin," ucap Hilda.
Astrid masih ragu untuk melangkahkan kakinya, entah mengapa jantungnya berdebar begitu cepat. Namun, tiba-tiba saja Titan teman dekat Bintang, sekaligus teman Astrid sewaktu di SMP, datang menghampiri Astrid sembari menarik lengannya.
"Mau ketemu Bintang kan?"
"Eh tunggu-tunggu, kenapa kamu narik lenganku sih," ucap Astrid yang tampak panik ketika lengannya di tarik oleh Titan.
Adu argumen antara Bintang dan Vega seketika terhenti karena kedatangan Astrid dan Titan. Keduanya tampak diam membisu, menatap Astrid yang tiba-tiba saja menghampirinya di kala mereka sedang bertengkar. Astrid kemudian mengeluarkan uang pecahan dua puluh ribu dari dalam saku almamaternya. Ia menyodorkan uang tersebut, dengan kepala yang tertunduk tanpa berani menatap Bintang. "Ini bayaran yang tadi pagi."
Wajah astrid memerah dan jantungnya berdegup sangat cepat seperti akan meledak. Seketika Titan tertawa melihat tingkah Astrid tersebut. Begitupun dengan Bintang yang tersenyum menatap Astrid karena menundukan kepala sembari menyodorkan uang kepadanya.
"Haha... ngapain nunduk," ucap Titan tertawa keras.
"Hm ini," ucap Astrid gugup dengan tangan yang masih menyodorkan uang kepada Bintang.
Bintang tak mengambil uang yang di pegang oleh Astrid. Namun, ia tiba-tiba saja merangkul pundak Astrid. "Mau bayar kan? kalau begitu, traktir aku makan di kantin," ucapnya melangkahkan kaki.
Vega tampak semakin kesal saja, karena Bintang pergi sembari merangkul pundak Astrid.
"Bintang jangan dulu pergi, aku belum selesai ngomong," teriak Vega.
Bintang menghiraukan ucapan Vega, ia terus saja berjalan tanpa berniat untuk menghentikan langkahnya. Sementara Hilda dan Alula tampak terkejut menatap Astrid yang sedang di rangkul oleh Bintang.
"Apa yang dia lakukan kepada wanita yang sudah bersuami," gumam Hilda sembari menutup mulutnya.
Semua orang di sekitar terpaku menatap Astrid dan Bintang. Terutama kaum hawa yang merasa iri dengan Astrid, karena ia bisa di rangkul oleh pria paling populer di sekolah. Astrid memang senang berjalan sembari di rangkul oleh pria yang jadi pujaan hatinya itu. Namun, ia juga merasa tak nyaman dengan tatapan tajam dari para murid perempuan di sekitarnya. Astrid menghentikan langkahnya, lalu menyingkirkan lengan Bintang dari pundaknya.
"Maaf, kamu ga perlu ngerangkul aku," ucap Astrid.
"Oh maaf ga nyaman ya," ucap Bintang tersenyum menatap Astrid.
"Hm, iya."
Kemudian Astrid, Bintang, berserta kedua temannya kembali melanjutkan perjalanannya menuju kantin. Pada saat sampai di kantin, nampak Janus sedang makan di salah satu meja yang berada di kantin tersebut. Tatapan kaum hawa tak hanya tertuju menatapi Bintang saja. Namun, tatapan mereka juga tertuju kepada Janus, si guru muda paling tampan di sekolah.
Di saat Astrid usai memesan makanan, ia berjalan melewati Janus dengan memasang wajah ketus.
"Dih si istri durhaka lewat, udah gitu masang wajah jeleknya," gerutu Janus di bantinnya.
Astrid berserta teman-temannya duduk bersebelahan dengan meja yang di tempati oleh Janus. Murid perempuan yang berada di kantin tak henti menatap tajam Astrid sembari membicarakannya. Astrid hanya mengaduk-ngaduk makanannya, ia merasa tak berselara makan ketika tatapan tajam itu terus mengarah padanya. Di tambah lagi ia juga merasa sangat gugup duduk bersebelahan dengan Bintang.
"Kenapa ga di makan?" tanya Bintang heran.
"Hm, aku udah kenyang," jawab Astrid bernada gugup.
Tiba-tiba saja Titan datang menghampiri, lalu duduk di sebelah Astrid.
"Kalau kamu ga lapar mending buat aku saja," ucap Titan mengambil sendok yang di pegang Astrid, yang kemudian melahap makanan milik Astrid.
"Ih kan aku belum bilang iya, udah di makan aja," ucap Astrid kesal.
"Meski bilang tidak pun, kamu tetep ga bakal makan," ucap Titan sembari menyantap makanan.
"Iya deh terserah."
Bintang tersenyum menatapi Astrid. Seketika raut wajah Astrid pun kembali memerah, dengan refleks Astrid memegang kedua pipinya.
"Apa ada sesuatu di wajahku?" tanya Astrid yang tampak memalu ketika wajahnya terus di tatapi oleh Bintang.
"Hm, tidak, hanya saja aku ingin tau nama kamu. Kita satu sekolah, tapi aku tidak tahu nama kamu," ucap Bintang yang masih saja menatap Astrid.
"Panggil saja dia burung beo atau si cerewet Bin," sela Titan.
"Ih dasar cowok gila," ucap Astrid sembari mencubit lengan Titan.
"Aw sakit, dasar cewek kasar," ucap Titan sembari mengelus lengannya.
Walaupun sedikit gugup, Astrid pun memberanikan diri menjabat tangan Bintang. "Perkenalkan namaku Astrid."
"Oh Astrid, salam kenal ya aku Bintang."
Tangan Astrid di banjiri oleh keringat, tak hentinya ia menatap Bintang sembari tersenyum. Hingga membuatnya tak sadar, bahwa ia terlalu lama memegang tangan Bintang.
"Jangan kelamaan pegangannya, bukan muhrim," lontar Hilda.
"Eh iya maaf," ucap Astrid melepaskan tangannya.
Sembari menikmati hidangan, Janus hanya menonton istrinya yang tengah terpesona menatap pria lain di sebelahnya. Janus kemudian mengirimkan sebuah pesan kepada istrinya tersebut.
"Nanti sepulang sekolah jangan dulu pergi kencan, kamu harus belajar memasak."
"Dih siapa juga yang bakal kencan," gumam Astrid sembari menatap layar ponselnya.
Titan dan Bintang seketika menatap Astrid yang tengah bergumam menatap ponselnya.
"Maksudnya? mau kencan sama siapa?" tanya Titan heran.
"Hm, bukan apa-apa," ucap Astrid tersenyum kaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
ayu
next next
2022-05-17
0
kai
bnyakin upmya thor semangat👍
2022-05-17
0
rudy
bintang jngan dektin cewek bersuami ya
2022-05-17
1