"Jangan bilang kalau bapak mau ngadu sama orang tua saya, karena kemarin saya ketahuan main hp di kelas," Astrid mengerutkan alisnya dan menatap sinis mata Janus.
Tiba-tiba saja Maya menghampiri Janus dan putrinya itu. "Ketahuan main hp di kelas, maksudnya apa ya?" tanyanya heran.
"Loh jadi pak Janus belum ngasih tahu ibu," ucap Astrid yang juga merasa heran.
"Eeeh tunggu, kenapa kamu manggil Janus dengan sebutan pak. Lebih nyaman panggil kakak saja, kalian kan cuma beda 3 tahun," ucap Maya yang semakin heran dengan situasi tersebut.
"Hm, Astrid murid di tempat saya mengajar, jadi dia lebih nyaman manggil saya bapak," ucap Janus tersenyum.
"Oh jadi begitu, kalau gitu kalian cepat gabung di ruang tamu, yang lainnya sudah menunggu."
"Hm iya tante," ucap Janus melangkahkan kakinya sembari menarik lengan Astrid.
"Ehhh tunggu, jangan bilang kalau bapak calon imam... eh maksud saya orang yang di jodohkan sama saya," ucap Astrid dengan mata yang melebar.
"Iya saya calon suami kamu," ucap Janus.
Astrid terkejut setelah mengetahui bahwa yang bakal jadi calon suaminya itu adalah guru yang paling tidak disukainya di sekolah.
***
"Maaf, nunggu lama ya." ucap Janus dengan tangan yang masih menggenggam pergelangan lengan Astrid.
Semua mata tertuju menatap Astrid dan Janua, lalu seorang laki-laki dari pihak keluarga Janus tampak tersenyum sinis menatap Janus dan Astrid. Ia bernama Bayu anak pertama dari Adit dan Yeni sekaligus kakak dari Janus.
"Kalian tampak cocok sekali," ucapnya menyeringai.
Seketika Astrid melepas genggaman Janus, Astrid sangat gugup ketika bertemu dengan keluarga Janus.
"Apa kalian bakal terus berdiri," ucap Johan tersenyum.
"Ah i...iya," ucap keduanya bebarengan.
Semuanya tertawa menertawai Astrid dan Janus yang menjawab bebarengan ketika di tanyai oleh Johan ayahnya Astrid.
"Tidak salah lagi aku menjodohkan kalian, memang kompak ya kalian," ucap Baskara Sayuda seorang pria paruh baya yang memiliki 2 cucu tersebut.
"Iya mereka memang cocok," ucap Pratama.
Seketika kedua pipi Astrid memerah karena malu ketika di tertawai oleh semua anggota keluarga yang hadir di acara pertemuan keluarga tersebut. Astrid lalu memegang kedua pipinya, "Nih si Janus bisa-bisanya ikut-ikutan ngomong, udah gitu tadi ngapain sih pegang-pegang tangan" gumamnya dalam batin.
Setelah semua keluarga kumpul, pembahasan mengenai pernikahan pun dimulai. Semuanya berdiskusi tentang rencana pernikahan Astrid dan Janus, mulai dari tempat, gaun pernikahan dan juga katering. Astrid tampak gelisah ketika semua anggota keluarganya dan Janus berdiskusi. Bagaimana tidak gelisah, ketika gadis yang belum juga tamat SMA harus menikah dengan orang yang sama sekali tak di sukainya.
"Kita sepakat bahwa pernikahan akan di laksanakan minggu depan," ucap Baskara.
Deg...
"Stop!!" ucap Astrid berdiri dari tempat duduknya.
Astrid tampak syok ketika pernikahannya akan dilakukan secepat itu. Astrid menarik lengan Janus dan membawanya ke depan rumah.
"Bisa-bisanya mereka akan menikahkan kita secepat ini," gerutu Astrid yang kesal dengan rencana pernikahan tersebut.
Astrid melepas lengan Janus lalu menatap Janus dengan penuh kesal. "Kita harus menghentikan pernikahan ini."
"Tidak mau," ucap Janus dengan raut wajah yang datar.
"Apa kamu ga malu nikah sama anak sekolahan, terus gimana nasibku di sekolah. Bisa-bisa aku di ledek habis-habisan karena pernikahan ini," ucap Astrid yang semakin gelisah.
"Kita bisa sembunyikan dari orang-orang," tegas Janus.
"Tapi minggu depan terlalu cepat, gimana kalau kita bilang tahun depan saja. Setidaknya keluargaku bisa mengumpulkan uang untuk biaya pernikahan kita, kamu tau kan tadi kakek kamu bilang bakal nyewa satu gedung hotel." ucap Astrid.
"Tenang saja, semua biaya pernikahan kita di tanggung oleh keluargaku yang kaya," ucap Janus.
"Idih mentang-mentang kaya seenaknya saja. Keluargaku bisa saja tidak mengundang orang lain, tapi bagaimana dengan keluargamu. Kita bisa terkena cemoohan orang, karena kamu menikah degan murid SMA."
Janus lalu menarik lengan Astrid dan membawanya kembali masuk ke dalam rumah, "Tidak ada yang di undang, yang akan hadir cuma kerabat dan keluarga saja."
"Tapi kan...
Ketika kembali masuk Janus langsung melepas lengan Astrid, "Kita sudah sepakat dengan pernikahan yang akan di laksanakan minggu depan."
"Aku tidak setuju," tegas astrid.
Semuanya tampak terkejut dengan ucapan Janus dan Astrid yang bertolak belakang.
"Kita kan sudah sepakat, kenapa kamu bilang tidak setuju," ucap Janus kepada Astrid.
"Idih ngebet banget sih, siapa yang bilang sepakat. Dasar ngarang," ucap Astrid kesal.
Semua anggota keluarga, baik dari pihak Astrid maupun pihak Janus terdiam menatap Astrid dan Janus yang tak henti-hentinya beradu argumen. Lalu Johan berdiri dari tempat duduknya dan segera melerai putri dan calon menantunya itu, "Sudah cukup! pokonya kita sudah sepakat pernikahan akan dilaksanakan minggu depan."
"Tapi pah ini mendadak banget loh," ucap Astrid.
"Kamu jangan banyak protes, kita semua sudah sepakat dengan keputusan pak Sayuda."
Astrid semakin kesal saja dengan apa yang di ucapkan ayahnya itu. Lalu seketika wajah pak Baskara tampak pucat dan tiba-tiba saja hidungnya mengalami mimisan.
"Baskara hidungmu mengeluarkan darah," ucap pak Pratama.
"Ah i...iya," ucap pak Baskara sembari mengelap hidungnya.
Setelah mengelap hidungnya tiba-tiba saja pak Baskara terjatuh dan tak sadarkan diri, Semuanya pun tampak panik terutama Janus.
"Kek bangun," ucap Janus sembari menepuk pipi kakeknya tersebut.
"Ayo cepat angkat, kita harus segera bawa ke rumah sakit," ucap Adit ayahnya Janus.
Pak Baskara pun segera di bawa ke rumah sakit, semua anggota keluarga Astrid dan Janus ikut mengantarnya ke rumah sakit. Saat menunggu pemeriksaan Janus tampak gelisah, tak henti-hentinya ia mondar-mandir.
"Pak Baskara kenapa ya," gumam Astrid dalam batinnya.
Tak lama kemudian dokter pun keluar, dan segera memberi pernyataan mengenai penyakit yang di derita Pak Baskara tersebut.
"Karena Bapak memiliki penyakit leukimia, dia pasti sering mimisan, itu artinya dia mengalami anemia akibat mimisan tersebut. Saran saya lebih baik Pak Baskara jalani rawat inap di rumah sakit biar kondisinya terpantau." Ucap dokter tersebut.
Lalu tiba-tiba saja Janus menarik lengan Astrid dan membawanya ke tempat sepi. Janus tertunduk dengan raut wajahnya yang nampak sedih, dan seketika ia berlutut di hadapan Astrid. "Aku mohon menikahlah denganku, setelah 2 tahun pernikahan kita bisa bercerai. Kumohon turuti permintaan kakekku, waktu dia sudah tak banyak lagi," ucapnya dengan kedua bola matanya yang perlahan mengeluarkan bulir air.
"Kamu tidak perlu berlutut seperti itu, gimana kalau ada orang yang lihat," ucap Astrid.
"Aku ga akan berdiri sebelum kamu menyetujui permintaanku."
Astrid menghela nafasnya, astrid merasa gundah untuk menerima permintaan Janus tersebut. Astrid memejamkan kedua matanya lalu mulai berucap, "Iya ayo kita menikah, cepat kamu berdiri."
Janus pun berdiri dan segera memegang kedua tangan Astrid, "Hm, terima kasih."
"Iya," ucap Astrid melepaskan tangan Janus lalu melangkah pergi.
Astrid menghampiri kakek dan kedua orang tuanya dengan raut wajah yang nampak sedih.
"Astrid setuju dengan pernikahan ini," ucap Astrid.
Johan pun langsung saja memeluk putri sulungnya itu, "Alhamdullilah akhirnya kamu setuju juga nak," ucapnya tersenyum bahagia.
Keluarga Astrid merasa lega setelah Astrid menyetujui keputusannya itu. Namun di balik keputusannya, Astrid masih merasa resah dengan pernikahan yang akan berlangsung terlalu cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
kai
up tiap hri thor seruuu nih ceritanya
2022-04-11
1
ayu
pernikahan dini
2022-04-11
2
rudy
sekarang benci nanti lama2 jdi cinta
2022-04-11
1