NovelToon NovelToon

Terpaksa Menikah Dengan Guru Galak

1. Awal Yang Sial

Dari arah kamar utama sepasang suami istri sedang bercengkrama, membicarakan sebuah rencana untuk purti sulungnya.

"Pah Gimana ya, kita bicara sama Astrid... tetang rencana kita dan keluarga pak Baskara."

"Entahlah, papah juga bingung harus bicara gimana, papah takut Astrid ga suka... tapi kan ini perjanjian yang sudah lama, walaupun waktunya harus di percepat."

Deg...

Dari arah luar kamar seseorang lewat, dan mendengar pembicaaran tersebut. Si pendengar pun merasa terkejut dan heran tentang pembicaraan sepasang suami istri tersebut.

Si pendengar tersebut bernama Astrid Githa Ardana, orang-orang biasa memanggilnya Astrid. Astrid merupakan anak sulung dari pasangan yang bernama Johan dan Maya. Umur Astrid masih terbilang sangat muda, yaitu berumur 17 tahun. Astrid masih duduk di kelas XII, yang biasa kita sebut kelas 3 SMA. Astrid memiliki seorang adik laki-laki yang bernama Arya, yang saat ini berumur 11 tahun dan duduk di bangku kelas 6 SD.

Seketika Astrid merasa cemas, setelah mendengar pembicaraan kedua orang tuanya. Meskipun Astrid tak mengerti maksud dari pembicaraan tersebut, namun perasaan Astrid merasa tak enak.

Astrid kembali ke kamar dengan perasaan yang penuh khawatir setelah mendengar pembicaraan kedua orang tuanya.

Astrid membaringkan tubuhnya di atas ranjang sembari melamuni dan memikirkan pembicaraan kedua orang tuanya.

"Mamah sama papah lagi bicarain apa ya... apa sesulit itu untuk bicara sama aku," gumam Astrid menatap lampu yang menyala di atas langit-langit kamarnya.

Astrid merasa resah sampai ia tak bisa tertidur, dan berulang kali melamun memikirkan pembicaraan kedua orang tuanya.

"Jangan-jangan aku bukan anak kandung mereka, makannya mamah sama papah ragu untuk berbicara," gumam Astrid sembari membayangkan.

Pikiran Astrid terus berkeliling, Astrid merasa penasaran dengan apa yang di bicarakan oleh kedua orang tuanya tadi.

"Kenapa perasaanku tak enak begini ya... aku bahkan tak bisa tidur lelap karena terus kepikiran," gumam Astrid kembali.

Jam terus berdetak, Astrid hanya terdiam sembari mendengar detakan jam di sebelah ranjangnya. Mungkin jika fokus mendengarkan suara detakan jam, Astrid akan mulai mengantuk. Satu jam telah berlalu, mata astrid perlahan mulai menutup dengan rapat. Pada akhirnya Astrid bisa tertidur dengan lelap.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Ke esokan harinya, jam waker di kamar Astrid terus berbunyi. Namun Astrid tak kunjung juga bangun, mungkin karena semalam ia tak bisa tertidur dengan nyenyak. Saking lelapnya Astrid tertidur, suara keras dari alarm pun tak bisa membangunkannya. Lalu Maya ibunya Astrid datang ke kamar untuk membangunkan putri sulungnya tersebut.

"Kak bangun udah pagi... cepat bangun nanti telat sekolah," ucap maya membangunkan anak sulungnya sembari menepuk-nepuk tubuhnya.

"Masih ngantuk mah," ucap Astrid menggeliat tanpa membuka matanya.

"Ini udah jam setengah 7, nanti kamu telat masuk sekolah loh," ucap maya yang masih menepuk tubuh Astrid.

"Hah jam setengah 7," ucap Astrid terkejut dengan spontan berdiri dari tempat tidurnya itu.

Astrid pun terburu-buru mengambil handuk dan segera pergi ke arah kamar mandi. Namun ketika akan membuka pintu kamar mandi, pintu tersebut terkunci.

"Siapa di dalam, cepetan dong," ucap Astri mengeraskan suaranya.

"Kakek... bentar kakek belum selesai mandinya," teriak Kakek Astrid yang bernama Pratama.

"Cepetan dong kek ga usah lama-lama...ga bersih juga ga apa-apa, lagian ga bakal ada cewek yang suka," ucap Astrid menggedor-gedor pintu kamar mandi.

"Iya... iya kakek bentar lagi selesai," ucap kakek Astrid tersebut.

Tak lama kemudian, kakeknya pun akhirnya keluar dari kamar mandi.

"Lama banget sih kek," ucap Astrid dengan terburu-buru memasuki kamar mandi.

"Kakek kan harus bersih, tua-tua gini nenek-nenek banyak yang suka loh," sindir kakeknya mengeraskan suara.

Tak lama Astrid mandi, Astrid pun lalu kembali ke kamarnya untuk berpakaian. Setelah berpakaian rapih, Astrid segera pergi ke arah meja makan dengan terburu-buru. Lalu meminum habis segelas susu yang telah di sediakan ibunya di meja makan.

"Mah, pah, kakek, aku berangkat sekarang ya," ucap Astrid setelah meminum habis susu tersebut, lalu mencium tangan kedua orang tuanya dan kakeknya.

"Eh kenapa ga makan dulu," ucap Maya.

"Engga ah udah telat," ucap Astrid sembari melangkah pergi.

Seketika langkah Astrid terhenti di pintu rumahnya. Astrid teringat dengan perbincangan kedua orang tuanya tadi malam. Karena rasa penasaran terus menyelimuti pikirannya, Astrid pun kembali menghampiri kedua orang tuanya tersebut.

"Mah, pah, Astrid lupa mau nanya sesuatu," ucap Astrid dengan jantung yang berdegup kencang.

"Hah memangnya mau nanya apa, sampai balik lagi," ucap Maya yang heran dengan anak sulungnya itu.

Seketika Astrid menelan salivanya, ketika kegugupan terus menyelimuti sekujur tubuhnya tersebut.

"Hm... Astrid beneran a...nak kandung kalian kan?" tanya Astrid dengan nada yang terbata-bata.

"Hah, jelaslah kamu anak kandung kami... memangnya kamu ga ngaca apa, wajah kamu ga berbeda dari kami," jawab Johan yang terkejut dengan pertanyaan putri sulungnya.

"Syukurlah, kalau gitu Astrid pamit pergi sekarang ya," ucap Astrid sembari melangkah pergi.

Astrid pun merasa tenang karena pikiran yang semalam ia lamuni itu salah. Namun rasa penasaran tersebut masih menyelimuti pikirannya. Astrid memang masih ingin bertanya, namun waktu yang terus berjalan membuatnya tak bisa lebih lama lagi untuk bertanya kembali.

Astrid berlari ke arah jalan raya untuk menaiki angkutan umum. Dan ketika Astrid telah sampai di jalan raya, Astrid tak perlu lagi menunggu Angkot karena mobil tersebut sudah berada disana. Namun pada saat Astrid akan menyebrang, tiba-tiba saja sebuah mobil sport lewat dengan kecepatan tinggi hingga genangan air yang berada tepat di depan Astrid menciprat baju dan wajahnya.

"Hah, oh sialnya," ucap Astrid terkejut dengan mulut yang menganga.

Lalu tak jauh dari tempat Astrid berdiri, mobil tersebut terhenti. Si pengedara mobil tersebut pun turun dari mobil sportnya itu dan langsung menghampiri Astrid.

"Maaf tadi saya ga sengaja, soalnya saya lagi buru-buru," ucap Si pengendara mobil sport tersebut.

Seketika Astrid semakin terkejut, ketika pengendara mobil tersebut memiliki perawakan tinggi dengan wajah tampan yang tampak sempurna di mata Astrid. Astrid pun terus menatapnya tanpa mengedepikan mata sama sekali. Lalu seketika Astrid pun tersadar bahwa baju dan wajahnya tampak kotor.

"Anda bilang maaf, lihat nih baju dan wajah saya kotor," ucap Astrid kesal sembari membersihkan baju dengan telapak tanganya.

"Maaf ya, tapi saya buru-buru... saya berikan kartu nama saya saja, kamu bisa hubungi saya nanti untuk biaya laundrynya," ucap pengendara tersebut sembari memberikan kartu namanya, lalu terburu-buru masuk kembali ke dalam mobilnya.

"Dasar gila! aku belum puas memarahinya," gumam Astrid kesal.

Astrid pun lalu segera menyebrang, namun ketika Astrid akan hendak menaiki Angkot, kesialan Astrid semakin bertambah ketika kursi di dalam Angkot sudah terisi penuh.

"Hah sialan, gara-gara dia aku jadi semakin telat," gumam Astrid yang semakin kesal.

Astrid lalu membaca kartu nama yang di berikan si pengendara mobil sport tersebut. Dan tertera nama Janus Geo Sayuda.

"Janus sialan, ketemu lagi bakal ku jambak," gumam kembali Astrid sembari meremas kartu nama tersebut.

2. Bertemu Kembali

Astrid harus menunggu Angkot kembali ketika Angkot yang akan di tumpanginya sudah terisi penuh. Semakin sial jika Astrid bakal terkena hukuman, apabila ia benar-benar telat masuk sekolah. Astrid semakin gelisah ketika tak ada satu pun angkot yang lewat.

"Bagaimana nih, kenapa tidak ada satu pun angkot yang datang," gumam Astrid yang merasa gelisah dengan mata yang terus menatap jalanan.

Namun tak lama Astrid menunggu, seketika angkot pun akhirnya datang. Astrid lalu melambaikan tangannya untuk menghentikan angkot tersebut. Setelah angkot berhenti, dengan terburu-buru Astrid memasuki angkot tersebut. Ketika Astrid menaiki Angkot, Astrid terus menatap ke arah jalan raya, ia berharap bahwa angkot tersebut akan cepat sampai ke sekolahnya. Namun supir angkot yang lelet mengendarai mobilnya, membuat astrid sangat geram. Kegelisahan Astrid semakin membludak ketika ia melihat waktu di jam tanganya sudah menunjukan pukul 07.35.

"Haduh belnya pasti sudah bunyi... pak cepetan jalanin angkotnya dong, saya sudah telat masuk sekolah nih," gumam Astrid lalu menyuruh supir tersebut mempercepat lajuannya.

"Neng kalau mau cepat kenapa ga naik taxi aja, kalau saya cepat-cepat bakal banyak penumpang yang kelewat," lontar supir angkot tersebut.

Astrid lalu terdiam tak berkata, ia hanya merasa gelisah dan merasa khawatir dengan nasibnya ketika ia sampai di sekolah nanti. Astrid pun kini teringat kembali dengan si pengendara mobil sport yang membuatnya semakin telat pergi ke sekolah. Astrid bukan teringat akan ketampanannya, melainkan ia hanya teringat dengan rasa kesalnya terhadap si pengendara mobil sport yang bernama Janus.

"Janus sialan... Janus sialan," gumam yang terus berulang dalam benak Astrid dengan raut wajah yang seakan tampak marah.

Sosok Janus terus terlintas dalam pikiran Astrid saat ini. Rasanya Astrid ingin memukul, menendang, atau pun menjabak sosok tersebut. Namun kekesalannya tak bisa ia lontarkan, karena saat ini yang perlu di khawatirkan Astrid adalah nasibnya ketika ia sampai di sekolah. Murid yang telat dengan pakaian kotor dan lesu, apa jadinya jika ia bertemu dengan dengan teman-temanya di sekolah. Mungkin hanya cibiran dan tawa dari murid-murid lain jika berpapasan dengan Astrid.

Tak berselang lama, Angkot telah sampai di sekolah, Astrid pun lalu segera membayar ongkos dan turun dari angkot tersebut. Semakin sial Astrid ketika tak jauh ia turun dari angkot, tampak guru piket sedang berdiri di depan gerbang sekolah seperti menunggu murid-murid yang telat.

"Sial, beneran telat nih," gumam Astrid gelisah.

Karena tak ingin di hukum, Astrid pun lalu pergi mengendap-ngedap ke arah belakang sekolah. Astrid memiliki niat untuk memanjat tembok di belakang sekolah.

"Ok, aku harus bisa naik ke tembok lalu diam-diam masuk ke kelas," gumam Astrid menatap tembok tinggi di depannya.

Sedikit demi sedikit Astrid mamanjat tembok tersebut. Lalu tak berselang lama dengan usaha kerasnya itu, Astrid telah sampai di puncak tembok. Sebelum Astrid turun dari puncak tembok, Astrid beristirahat sejenak untuk mengatur nafasnya.

Namun ketika Astrid akan hendak turun dari tembok tersebut. Seorang pria yang membuatnya kesal tadi lewat di bawah tembok tersebut. Astrid cukup terkejut bahwa ia akan kembali bertemu dengan si pria yang membuatnya sial itu.

"Hah Janus sialan," gumam Astrid dengan nada yang cukup keras sembari menatap pria tersebut.

Seketika pria yang bernama Janus tersebut mengangkat kepalanya ke atas lalu menatap Astrid yang sedang terduduk di tepi tembok.

"Hah, iya bener dia pria yang membuatku sial hari ini," ucap Astrid yang juga menatap Janus dari atas tembok.

Lalu tiba-tiba saja keseimbangan Astrid goyah, dan seketika Astrid terjatuh menimpa tubuh Janus yang sedang berada di bawah itu.

"Bruk...

Tubuh Astrid menimpa tubuh Janus dengan posisi tengkurap.

"Aa..aw pinggangku," rintihan Janus yang kesakitakan akibat timpaan dari tubuh Astrid.

"Hampir saja aku terluka, untung saja ada alas," ucap Astrid yang masih tengkurap di tubuh Janus.

"Hei, bisa ga kamu menyingkir dari tubuh saya," ucap Janus yang masih merasa kesakitan itu.

"Upss, iya maaf," ucap Astrid lalu terbangun dari tubuh Janus.

Setelah Astrid terbangun, janus segera berdiri sembari memegang pingganya yang merasa kesakitan.

"Tadi kamu sedang apa di atas tembok? kamu pasti murid telat dan masuk jalan pintas supaya tidak kena hukuman kan," ucap Janus bernada tegas.

"Yang harus nanya itu saya, kamu sedang apa disini? kamu bukan guru atau pun murid di sekolah ini kan," ucap Astrid menatap Janus dengan kesal.

"Ayok kamu ikut saya bertemu pak Jaya," ucap Janus menarik lengan Astrid untuk menemui Jaya seorang guru piket yang bertugas hari ini.

"Hei sialan ngapain narik aku," ucap Astrid berusaha melepaskan genggaman dari tangan Janus.

Tiba-tiba saja guru piket tersebut lewat lalu menghampiri Janus dan Astrid.

"Astrid tadi kamu bilang sialan sama pak Janus, dia itu guru, harusnya kamu sopan sama dia," ucap Jaya bernada tegas.

Astrid cukup terkejut setelah ia mendengar bahwa Janus adalah guru di sekolahnya. Karena wajah Janus nampak asing bagi Astrid, selama Astrid bersekolah tak pernah bertemu dengan Janus, ya kecuali hari ini.

"Hah cowok sialan... eh maksud saya, pria ini guru," ucap Astrid terkejut lalu menengok ke arah Janus.

"Iya dia guru baru di sekolah... kamu sudah telat tidak sopan sama guru, dan pakaian kamu kenapa kotor begini," ucap Jaya dengan tatapan yang tegas.

"Pak, saya telat dan baju saya kotor itu, gara-gara bapak guru ini," ucap Astrid menunjuk Janus.

"Sudah jangan banyak alasan, kamu ikut saya ke tengah lapangan," ucap Jaya menarik lengan Astrid menuju lapangan sekolah.

Astrid semakin kesal saja ketika niatnya untuk menghindari hukuman malah gagal gara-gara Janus. Namun dengan berat hati Astrid harus menerima hukuman yang di berikan oleh guru piket tersebut.

Sembari berlari mengelilingi lapangan, wajah Astrid tampak masam. Ketika para murid yang juga terkena hukuman, menatap Astrid dan menertawainya. Karena melihat seragam yang dikenaka Astrid sangat kotor. Lalu tiba-tiba saja salah satu murid dari kelas sebelah yang bernama Titan menyindir Astrid.

"Belum di cuci berapa hari bajunya...hehehe," sindir tintan menertawai Astrid sembari berlari.

"Tadi bajuku bersih, cuma gara-gara insiden jadi kotor," ucap Astrid bernada keras.

Tiba-tiba saja Janus datang menghampiri Astrid lalu memegang tangannya dan menghentikan langkahnya yang sedang berlari itu. Janus lalu memakaikan Astrid Jaket. Seketika Astrid pun menatap wajah tampan Janus dengan fokus tanpa berkedip.

"Sial tampan sekali... upss, pria pembawa sial tidak pantas membuatku terpesona," gumam Astrid dalam batinnya dengan mata yang masih menatap wajah Janus.

"Nah sekarang cepat kembali berlari," ucap Janus ketika sesudah memakaikan Astrid jaket.

Dengan wajah ketusnya itu, Astrid kembali berlari mengitari lapangan tersebut.

"Ternyata si pembawa sial perhatian juga," gumam Astrid dalam batinnya.

#Mari berkhayal bahwa foto di atas Janus dan Astrid wkwk😅😅😅😅

3. Kejutan Yang Tak Terduga

Hukuman telah di selesaikan Astrid, ia pun lalu terduduk di pinggir lapangan dengan tubuh yang nampak letih. Lalu tiba-tiba murid yang tadi menyindir Astrid datang menghampiri sembari melempar sebotol minuman ke arah Astrid.

"Nih minum," ucap murid yang bernama Titan melempar botol yang di bawanya.

Spontan Astrid pun menangkap minuman yang di lemparkan Titan tersebut, "Woy hampir saja mengenai wajahku."

Titan hanya terseyum melihat Astrid yang terkejut ketika di lempari sebotol minuman tersebut. Ia seakan menertawakan ekspresi dari wajah Astrid yang nampak lucu ketika terkejut. Tanpa meminta maaf Titan pun lalu pergi dari hadapan Astrid.

"Dasar tengil! bisa-bisanya dia pergi gitu aja tanpa minta maaf... tapi ga apa-apa deh yang penting aku bisa hilangin rasa hausku ini," gumam Astrid lalu meneguk minuman yang di berikan oleh Titan tersebut.

Setelah Astrid menghilangkan rasa capenya, Ia pun lalu melangkah pergi menuju kelasnya. Namun ketika ia akan memasuki kelas, tiba-tiba saja bel istirahat pun berbunyi.

"Maaf bu saya tadi telat, apa di absen saya alpa?" tanya Astrid ketika ia berada di dekat pintu kelasnya.

"Jelas saya kamu alpakan, karena hari ini kamu tidak mengikuti pelajaran saya," ucap guru yang mengajar di kelas Astrid tersebut.

Astrid pun hanya bisa pasrah ketika kesialannya kembali bertambah di hari ini. Ia pun lalu segera duduk di bangkunya lalu menundukan kepala di mejanya. Lalu kedua teman Astrid datang menghampiri, mereka bernama Alula dan Hilda.

"Hei, datang-datang langsung tidur saja, udah gitu datang telat, dan ini juga pakai jaket ko gede" ucap Hilda menepuk punggung Astrid.

"Jangan ganggu! aku lagi kesal nih," ucap Astrid yang masih menundukan kepala di mejanya.

"Dari pada makin kesal mending kita makan ke kantin yu," ucap Alula menarik lengan Astrid lalu seketika Astrid pun terbangun dari tempat duduknya.

"Yang di pikirkan cuma makan saja, tapi berat badanmu tak pernah bertambah," ucap Astrid kepada temannya yang bernama Alula tersebut.

Lalu ketika Astrid dan teman-temannya usai makan di kantin, mereka pun melangkah pergi untuk kembali kelasnya. Namun ketika setengah perjalanan telah di laluinya, seketika langkah Astrid pun terhenti di depan lapangan basket. Mata Astrid tertuju menatap seorang pria tampan yang paling populer di sekolahnya yang sedang memainkan basket saat ini.

"Eh ko berhenti," ucap Hilda yang juga menghentikan langkahnya.

"Iyalah berhenti, dia lagi menatap Si Bintang pujaan hatinya yang ga pernah terwujud itu," ucap Alula tersenyum memperhatikan Astrid.

"Lah Bintang masih saja di idolain, bintang kalah tampan sama guru baru yang tadi berpapasan denganku di depan kantor," ucap Hilda.

Astrid terus memperhatikan pria tersebut tanpa berkedip sedikit pun. Pria tampan yang bernama Bintang, yang banyak di kagumi kaum hawa di sekolah ialah pria yang di sukai Astrid selama ini. Tanpa henti menatapnya, Astrid tersenyum ketika memperhatikan pria tersebut. Perempuan yang sedang jatuh cinta itu seakan tergila-gila kepada pria tersebut hingga bel berbunyi pun tak di sadari olehnya.

"Kring...

"Hei Astrid sadar, ayo cepat ke kelas belnya udah bunyi," ucap Hilda melambaikan tanganya ke arah wajah Astrid.

Namun Astrid masih saja tak henti menatap Bintang dan mengabaikan temannya tersebut. Lalu seketika Alula pun berteriak ke arah telinga Astrid.

"Woy...

Seketika Astrid pun terkejut ketika teriakan Alula membuatnya tersadar.

"Apa sih," ucap Astrid sembari mengelus telinganya.

"Ayo ke kelas belnya sudah berbunyi," ucap Hilda menarik lengan Astrid.

Ketika Astrid dan teman-temanya sampai di kelas, mereka pun lalu duduk di bangkunya masing-masing. Lalu suara riuh di kelas seketika berhenti, ketika seorang guru memasuki ke kelas. Kedatangan guru tersebut membuat seluruh murid di kelas tersebut tercengang, terutama murid perempuan.

"Perkenalkan nama saya Janus Geo Sayuda, saya guru baru yang mengajar matematika sekaligus pengganti dari wali kelas kalian yang lama," ucap pria tampan tersebut, berdiri tegak di hadapan semua murid di kelas.

"Wah bapak tampan, umur bapak berapa tahun sih? kayak yang seumuran sama kita," ucap Hilda tersenyum seakan terpukau dengan ketampanan Janus.

"Umur saya baru menginjak 20 tahun," ucap Janus yang masih berdiri tegak.

"Wah umur kita beda tiga tahun ya... bisa dong kita menjalin hubungan yang serius," ucap Hilda menggoda Janus.

Seketika semua murid pun menyoraki seakan meledek Hilda.

"Hu.... ngarep."

"Sudah-sudah... kamu itu harusnya fokus sekolah bukannya berharap bisa berhubungan sama saya," ucap Janus dengan tegas.

Ketika semua murid perempuan merasa bahagia dengan kedatangan Janus, hanya Astridlah yang tidak merasa bahagia maupun terpukau dengan kehadiran Janus sebagai guru sekaligus wali kelas di kelasnya tersebut.

"Yang kayak gitu di bilang ganteng, masih gantengan Bintang kemana-mana lah," gumam Astrid dalam batinya.

Lalu ketika Janus mengajar, Astrid sama sekali tak memperhatikannya. Astrid hanya fokus bermain game di ponsel pintarnya. Lalu seketika Janus pun menghampiri Astrid sembari merebut ponsel pintarnya tersebut.

"Enak banget kamu main game di saat jam pelajaran," ucap Janus merebut ponsel yang di pegang Astrid itu.

"Aduh maaf pak, kembalikan ponsel saya," ucap Astrid yang seketika malu karena ia ketahuan memainkan ponselnya itu.

"Kalau mau ponsel kamu kembali, cepat kerjakan soal yang di papan tulis," tegas Janus.

Dengan terpaksa Astrid pun pergi ke depan untuk mengerjakan soal yang berada di papan tulis tersebut. Namun ketika ia akan mengerjakan soal tersebut, Astrid hanya terdiam menatap soal seakan merasa bingung untuk menjawab isi dari soal tersebut.

"Bingung kan, makannya kamu perhatikan saya supaya bisa... sekarang kamu kembali ke tempat duduk, nanti hp kamu saya kembalikan sepulang sekolah," ucap Janus.

Beberapa jam kemudian bel pun kembali berbunyi, Astrid pun segera memasukan semua alat tulisnya ke dalam tas. Lalu setelah itu, ia pun segera menghampiri Janus untuk mengambil ponselnya.

"Pak ponsel saya," ucap Astrid tersenyum meminta ponselnya di kembalikan.

"Saya akan berikan ponselnya beserta selembar soal untuk kamu kerjakan di rumah," ucap Janus mengembalikan ponsel Astrid berserta menyodorkan selembar soal matematika.

"Kenapa banyak banget soalnya pak," ucap Astrid terkejut ketika melihat kertas soal tersebut.

"Itu hukuman buat kamu, karena kamu seenaknya main hp di saat saya mengajar."

Lalu setelah Astrid mengambil ponselnya, Astrid pun lalu segera pulang. Namun sesampainya di rumah, semua keluarganya berkumpul di ruang tamu termasuk ayahnya yang seharusnya berada di tempat kerja, kini berada di rumahnya.

"Loh ga biasanya jam segini papah ada di rumah," ucap Astrid heran ketika membuka pintu rumahnya.

"Kamu duduk dulu sini, ada yang mau kami bicarakan," ucap Johan dengan raut wajah yang nampak gugup seakan ada sesuatu yang ragu untuk di ungkapkannya.

Seketika perasaan Astrid pun merasa tak enak, ketika melihat semua ekspresi dari keluarganya yang seakan merasa gugup dengan kehadirannya di rumah.

"Ada apa ya? kalian aneh sekali," ucap Astrid heran menatap wajah kakek dan kedua orang tuanya.

sembari menatap putri sulungnya tersebut, seketika Ayah Astrid yang bernama Johan menghela nafasnya dan perlahan mulai berbicara, "Secepatnya kamu akan segera menikah."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!