Dimana hari ini adalah hari terakhir Avan bertugas, dia harus mengemban tugas di tempat yang baru.
" Semoga betah bertugas di Sana? " Ucap Mayor Andi.
" Terima kasih, dan Saya mohon maaf apabila ada hal salah kata saya." Ucap Avan.
" Sama - sama, kita sebagai manusia pasti punya banyak salah."
Avan lalu berjalan keluar dari Aula saat setelah acara perpisahan nya, dari jauh terlihat Mei sedang berdiri di bawah sebuah pohon, dan Avan pun lalu berjalan menuju ke arah nya.
" Kamu dari tadi, kenapa nggak kabari kalau Mau kesini? " Tanya Avan pada Mei.
" Gua hanya lewat, dan mampir kemari." Jawab Mei.
" Kamu sudah ijin sama Mami? "
" Sudah."
" Masih banyak waktu sebelum Saya pergi, kita kapan lagi akan sama - sama seperti sekarang."
*****
Avan mengajak Mei ke sebuah panti milik Ibu Mutia dimana anak - anak berlarian mendekati Avan yang membawa makanan dan mainan yang sudah di siap kan.
" Abang makasih.. "
" Makasih."
" Makasih. "
" Sama- sama."
" Loe sering kemari? " Tanya Mei.
" Nggak sering lagi, ini rumah bagi saya." Jawab Avan.
" Mereka tampak bahagia, tapi sama seperti gua."
" Disini mereka harus bahagia, bagaimana pun di balik senyuman mereka ada kesedihan."
" Sama seperti gua."
" Mei kamu harus tahu, kedua orang tua Saya bertemu di panti ini, dari sini awal kisah cinta mereka namu karena waktu mereka terpisah dan bersatu kembali setelah 20 tahun lamanya hanya nikmat sebentar merasakan kisah cinta itu, maut memisahkan Ayah dan Bunda."
" Pasti Ayah kamu sangat sedih."
" Pasti tapi sedih itu hilang dengan sendirinya walau sangat lama."
" Mungkin gua juga akan sama sedihnya." Ucap Mei.
Avan menoleh ke arah Mei melihat matanya sudah berkaca - kaca. Avan lalu menggenggam tangan Mei, dan sama - sama memandang lurus melihat anak - anak bermain.
" Saya akan merindukan masa seperti ini, bila ada waktu Saya menemui kamu."
Hiks.. hiks.. hiks ....
" Gua nggak bisa bicara apa - apa, entah rasanya sakit saat tahu loe bakalan pindah tugas yang jauh."
Avan mengeratkan genggaman tangannya, hingga tangis Mei semakin keras.
Hiks.. hiks.. hiks....
****
" Abang jangan lupa, kalau sampai kasih kabar." Ucap Nilam dengan manja memeluk pinggang Avan.
" Iya cantik nya Abang, kamu ingat awas jangan sampai salah memilih jodoh."
" Ish.. itu lagi yang di bahas."
" Nak Salam buat Bunda sama Ayah, nanti kalau ada waktu kita kesana." Ucap Andra.
" Iya Papi, jaga kesehatan Papi sama Mami." Ucap Avan sambil mencium punggung tangan Andra dan Kinan.
Mei pun menjauh saat mendengar pesawat yang akan membawa Avan, tatapan Avan melirik ke arah Mei saat Mei sudah berjalan memunggunginya.
" Sampai jumpa Mei."
*****
Hiks.. hiks. hiks....
" Kenapa hati Gua sakit."
Hiks.. hiks.. hiks ...
Mei menangis di Toilet wanita, dengan berjongkok menutupi mulut nya agar tangisnya tidak pecah.
******
" Akhirnya Saya menginjak kan kaki disini lagi."
Avan melangkahkan kakinya keluar dari Bandara dan terlihat dengan gagahnya Awan bersandar di mobil dengan pakai kacamata.
" Selamat datang Pak komandan." Sapa Awan sambil mencium punggung tangan Avan.
" Sendirian? "
" Yes, Bunda ada jadwal operasi dan Ayah sedang ada temu dengan kepala adat setempat."
*****
Raut wajah Putra dan Dahlia menatap tajam ke arah Avan saat melihat anak lelaki nya kini pulang dan Dinas di kampung halaman nya.
" Kenapa mata kalian melihat Avan begitu? " Tanya Avan.
Plaaakkk....
Putra menampar Avan dengan koran yang di gulung oleh Putra.
" Kamu Avan, hidup kamu kenapa selalu bikin Ayah kesal."
" Maaf..!! "
" Sudah Ayah, Avan mungkin ada sesuatu yang tak bisa di jelaskan." Ucap Dahlia.
" Bunda, dari dulu Bunda selalu saja membela Avan, lihat anak kamu itu, sudah berbuat salah malah enak - enak an saja."
" Maaf Ayah."
" Avan kamu salah, jual tanah sama saudagar batu bara kenapa nggak bilang dulu sama Ayah, kamu tahu walau sudah atas nama kamu, harus ada persetujuan Ayah."
" Maaf Ayah."
" Dan kamu Awan, setiap Abang kamu perintah kamu nurut saja seperti kerbau yang di tusuk hidungnya."
" Maaf Ayah, habis kalau nggak patuh Saya di ancam terus." Ucap Awan sambil melirik ke arah Avan.
" Eh.. enak aja kamu." Ucap Kesal Avan.
" Sudah - sudah, Ayah mau tahu untuk apa kamu jual."
" Avan untuk membantu seorang wanita."
" Pacar kamu? "
" Bukan."
" Terus teman? "
" Iya."
" Hutang? "
" Ikhlas."
" Astaghfirullah Avan....!!! " Ucap Putra sambil memijat kedua pelipisnya.
" Ceritakan sama Bunda dan Ayah siapa sebenarnya wanita itu? "
" Saya kenal di lokalisasi, pertama kenal saat dia menemani Avan minum karena patah hati."
" Astaghfirullah Avan.....!!! "
" Jadi wanita itu tanda kutip?" Ucap Dahlia.
" Iya, Saya lakukan untuk dia bisa bebas dari mucikari itu, agar dia menjadi wanita biasa bukan pekerja pemuas."
" Kamu mencintai nya? "Tanya Dahlia.
" Nggak tahu." Jawab Avan.
" Anak kamu Bunda...!!! "
******
Mei hanya diam saat packing barang tak ada wajah yang ceria, dan tak ada yang mengantar jemput kembali dirinya.
Dan tak ada lagi dengan suara Avan, karena mereka sama - sama tak saling bertukar nomor.
" Kamu kenapa? " Tanya Kinan.
" Nggak apa - apa Tante." Jawab Mei.
" Kangen sama Avan? "
" Nggak Tante." Ucap Mei bohong.
" Kangen juga nggak apa - apa, Tante paham kok."
" Iya Gua kangen sama loe, tapi gua nggak Pantas karena loe terlalu baik buat gua."
******
" Akh.. sial,kenapa Saya nggak punya nomer ponsel nya, bagaimana Saya kabari dia, Nilam hanya Nilam yang bisa bantu. Tapi dia kan mulutnya, akh... susah amat tapi apa ke Mami saja, Akh.. nanti ketahuan di sangka suka."
Avan membolak balikan tubuh nya di atas tempat tidur dan merasa sangat dirinya gelisah memikirkan Mei yang hanya ada di Kepalanya.
*******
Mei pun membolak balikan tubuh nya di atas tempat tidur, ada rasa rindu pada Avan namun mencoba untuk menepis tapi sulit.
" Gua nggak boleh jatuh cinta sama dia, gua nggak pantas."
Mei menutupi wajah nya dengan bantal berusaha untuk memejamkan matanya dan menepis bayangan Avan yang selalu ada di benaknya.
******
" Apakah anak kita jatuh cinta pada wanita malam? "
" Kalau Avan suka, kita sebagai orang tua harus mendukung, dia juga sama seperti kita."
Putra memeluk tubuh Dahlia dengan berbaring di atas tempat tidur.
" Ayah setuju tidak seandainya Avan menikahi wanita itu? "
" Ayah serahkan saja sama Avan, dia sudah dewasa kalau Avan jodoh nya wanita semacam itu ya Mau bagaimana lagi, mungkin Avan juga sebagai suaminya akan sedikit - dikit merubanya."
" Anak - anak sudah dewasa semua, kita pun semakin menua."
" Tidak dengan cinta kita Bang, semakin kita tua cinta kita semakin kuat.'
" Terima kasih Bunda, sampai sekarang kamu masih setia di samping Abang."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
💐⃞⃝⃟⍣⃝🌺﷽🆅🅸🅽🅰❶﷽⍣⃝కꫝ🎸᭄꧂
nah ini baru mertua yang baik hati 🥰
2021-11-16
3
Enung Nur Hayati
ayah put mantep g pilih" cari mantu yg penting kebahagiaan avan...👍😊😊
2021-11-15
2
Fitri Yani
Putra tega skali qw suda melupakan Senja
2021-11-15
1