Perempuan bernama Adiba Khumaira Ramastya putri bungsu dari dua bersaudara anak dari Rama dan Fara itu kini bagaikan kantung tak berisi yang teronggok diujung ruangan kamar kosnya yang gelap. Dia duduk menekuk lututnya menangis sejadinya di kamar sunyi itu.
Hidupnya telah hancur, hidupnya hancur tak berarti. Pria bejat itu mengambil segalanya mengambil masa depannya yang sangat ia ingin gapai.
"Kamu jahat Rendra, kamu jahat," ucapnya pilu.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang, hidupku hancur gara-gara dia" ucap Adiba menangis begitu deras.
"Ayah ibu, maafin Adiba yah. Maafin Adiba" ucap Adiba berkali-kali. Harapannya saat ini hanya satu semoga didalam dirinya tidak akan ada yang akan tumbuh. Semoga saja apa yang dilakukan pria bejat itu tidak ada hasil.
"Akhhh," jerit Adiba begitu frustasi, berkali-kali dia seakan membersihkan sesuatu dari tubuhnya. Dia merasa tubuhnya ada kotoran yang harus dihilangkan.
Adiba menjambak rambutnya terus-terusan seakan dia menyiksa dirinya sendiri. Malam kelam kemarin begitu mengerikan, dia sungguh benci dengan Pria yang bernama Rendra itu. Sungguh dia membencinya,.
Adiba begitu hancur sampai-sampai dia mengabaikan apapun dia berdiam ditempatnya, acuh dengan Hp miliknya yang berdering beberapa kali. Tak ada niat untuknya melihat atau bahkan mengangkatnya. Dia tengah ingin sendiri tak ingin diganggu oleh yang lain.
………………
Rendra merasa kesal sendiri dia membanting Hp di meja kantin membuat kedua temannya yang melihat dia merasa aneh.
"Heh lo kenapa? marah nggak jelas begitu" ucap Fajri pada temannya yang seperti kesal sendiri.
"Nggak, gue lagi sebel aja sama pembantu gue" bohong Rendra.
Davin dan Fajri saling lihat satu sama lain seakan mereka tidak percaya masa kesal sama pembantu sampai segitunya.
"Kenapa kalian lihatin gue begitu?" ketus Fahri menatap dua orang didepannya.
"Nggak, kepedean banget deh lo" pungkas Davin.
"Si kutu buku tadi nggak berangkat, nggak ada yang bisa kita gangguin nggak seru" ucap Fajri.
"Iya, suasana kampus sepi nggak ada dia yang biasa kita godain terutama sama nih orang. Dia godain niatnya mau taruhan sama kita eh malah dia yang dipermalukan sama tuh cewek" Davin tertawa cekikikan meledek Rendra.
"Kalian berdua bisa diem nggak, mau gue sumpel mulut kalian berdoa pakai bakso hah"
"Wah-wah mau dong, siapa yang nggak mau dikasih bakso" ucap Fajri antusias.
"Sini mulut lo gue jejelin bakso semangkuk mangkuknya ucap Rendra kesal.
"Ya jangan semangkuk nya juga kali, baksonya aja."
"Udah deh diem, kepala gue pusing"
"Pusing kenapa lo, pusing karena cupu nggak berangkat kampus. Wah jangan-jangan tadi lo nelpon tuh cewek lagi. Sudah jatuh cinta lo" Davin menatap penasaran Rendra.
"Jangan asal deh lo, mana mungkin gue suka sama tuh cewe mata empat. Bukan tipe gue, gue mau pulang" ucap Rendra kesal menegak jus jeruk didepannya dan menaruhnya keras di meja.
"Kenapa tuh anak sensi bener bawaannya" ucap Fajri melihat kearah Davin sesekali dia juga melihat kearah Rendra yang berjalan pergi sambil menenteng tas.
Rendra berjalan kesal, kenapa kedua temannya itu harus membicarakan Adiba. Soal Adiba kemana perempuan itu saat ini kenapa dia tidak masuk ke kampus.
"Kemana dia? Apa, apa jangan-jangan..Tidak..tidak mungkin" dia langsung berlari kencang, entah kenapa dia berpikir buruk tentang Adiba yang tidak sadarkan diri ditempat yang dia gunakan untuk memperawani wanita itu.
………………
Adiba perlahan mulai bangkit, dia tidak mungkin terkurung dalam belenggu terus-terusan.
"Lupakan Diba, lupakan soal semalam. Semangat lupain masa lalu, lupain. Ayo banggain ayah sama ibu" ucap Adiba perlahan berdiri dia melawan rasa frustasinya. Dia ingin sukses dan ingin menjadi seorang dokter, dia tidak mungkin menyerah soal hal ini meskipun mahkotanya terenggut.
Dia berjalan kearah saklar lampu untuk menyalakan lampu dikamar kostnya yang gelap ini sungguh dia harus bangkit jangan seperti ini.
Dia mengambil hpnya yang berbunyi tadi. Namun kini sudah mati, dia melihat siapa yang menelponnya matanya menajam dan cengkraman pada Hp semakin mengerat.
"Kenapa pria brengsek itu meneleponku" ucapnya penuh kebencian akan ingatannya atas apa yang terjadi semalam.
Adiba langsung memblokir nomor Rendra, dia tidak ingin sekalipun ingin berhubungan dengan pria brengsek itu.
Setelah memblokir nomor Rendra dia melihat panggilan masuk yang lain di sana tertulis nama My mom, lagi dia begitu sedih. Apakah nanti dia bisa membahagiakan kedua orang tuanya, doanya saat ini hanya satu tidak tumbuh sesuatu di dalam rahimnya. Semoga tidak ada benih dari pria brengsek itu didalam perutnya. Hanya itu harapannya saat ini, kalau itu sampai terjadi pasti dia akan dikeluarkan dari kampus dan harapannya untuk menjadi seorang dokter terhenti.
………………
Rendra berlari masuk kedalam rumah kosong tempat dimana dia memperkosa Adiba semalam. Entah rasa takut, rasa cemas melingkup masuk kedalam hatinya.
"Adiba, Adiba.." teriaknya memanggil-manggil nama Adiba.
Dia berjalan mendekati tempat dimana dia merenggut kesucian Adiba. Tidak ada, perempuan itu tidak ada disitu lalu kemana Adiba.
"Dia tidak ada disini, lalu dia dimana? Ah sial, aku tidak tahu dia tinggal dimana" Rendra menendang meja yang ada didepannya.
Dia mengambil Hp dalam saku celananya saat ini, ia akan menghubungi Adiba kembali mencobanya sekali lagi siapa tahu perempuan itu mengangkatnya.
Tapi sama saja, Malah sekarang tidak bisa dihubungi. Mengirimkan pesan saja batin Rendra tapi pesannya tidak bisa tidak terkirim.
"Apa dia memblokir ku, Sial.." kesalnya sendiri.
Rendra langsung berjalan keluar dari rumah kosong itu.
"Kenapa aku jadi begini, sadar Rendra cuman gara-gara kau ketagihan dengannya membuatmu jadi gila seperti ini. Ingat dia sudah mempermalukan mu beberapa hari lalu" ucap Rendra kesal sendiri dengan dirinya.
"Oke, Perempuan itu sekarang menghilang. Lihat jika terjadi apa-apa dengannya aku tidak akan tanggung jawab" putus Rendra karena kesal.
Dia lalu berjalan kearah mobil miliknya yang terparkir di depan rumah kosong ini mobil sport berwarna silver itu begitu cocok dipakai oleh Rendra.
Rendra masih meneliti sekitar tempat itu entah kenapa masih ada rasa penuh harap kalau perempuan bernama Adiba itu masih ditempat itu. Rasanya ia ingin melihat wajah perempuan tersebut.
"Ah sudahlah, kau memang sudah gila Rendra" ucap Rendra lagi dan masuk kedalam mobilnya saat ini.
Dia masuk kedalam mobil dengan santai, tapi arah matanya masih tetap menelisik daerah sekitar.
"Jika memang kau ingin menghilang, menghilang lah. Bawa keburukan ku bersamamu. Dengan kau menghilang maka aku akan aman dari Ayahku. Kalau sampai dia tahu aku menodai perempuan bisa mampus aku" gumam Rendra dan langsung menyalakan mobilnya.
°°°
T.B.C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Ty
baca novel ini berkali-kali g buat ku bosan
2024-11-19
0
Isabela Devi
laki laki bejat kamu Rendra
2024-10-16
0
Runik Runma
pingin nabok kmu ren
2024-03-21
1