Adiba berjalan keluar dari ruangannya sambil memegang map ditangannya saat ini. dia ahrus memberikan laporan ini pad Ceo-nya sekaligus dia penasaran seperti apa wajah Ceo-nya tesebut. Karena orang itu tiga tahun menjadi CEO tidak pernah yang namnya datang ke kantor dan menampakkan wajahnya, dan kemarin saat pengenalan CEO dia datang terlambat dan tidak bisa melihat siapa CEO itu karena dia sudah teralihkan oleh Rendra pria brengsek tersebut.
“kenapa kemarin ada Rendra diruang rapat?” heran Adiba saat baru menyadari itu.
“Apa mungkin,.” Ucapnya terhenti dan dia langsung menggeleng menolak apa yang dia pikirkan saat ini.
“Tidak mungkin dia CEO nya memang dia siapanya pemilik perusahaan ini” gumam Adiba.
Dia melangkah dengan cukup cepat keruangan Ceo-nya, dan dia langsung berhenti saat sudah sampai didepan ruangan tersebut.
Tok,
Tok,
Adiba mengetuk pintu tersebut sebelum masuk kedalam ruangan itu.
“Iya masuk,” seru seseorang dari dalam.
Adiba membuka pintunya dengan perlahan dan melangkah masuk kedalam ruangan itu.
“Permisi pak, saya kemari ingin memberikan laporan keuangan” ucap Adiba melihat pria yang tengah membelakangi dirinya.
Rendra hanya diam saja, karena dia terpaku saat mendengar suara tersebut. Dia hafal betul itu suara siapa. Itu suara Adiba Nya, haruskah dia berbalik sekarang dan melihat wajah perempuan itu.
“pak,” ucap Adiba karena pria di depannya tak kunjung berbalik badan.
Rendra langsung memutar kursinya dan kini Adiba bisa melihat dirinya dan dia juga bisa melihat Adiba dengan sangat jelas.
“Kau,” ucap Adiba, dia cukup terkejut saat melihat Rendra yang tepat duduk di depannya saat ini.
“Iya ini aku,” lirih Rendra dan berdiri menatap Adiba dengan wajah sedih karena perempuan tersebut merubah ekspresinya menjadi begitu benci padanya tatapan benci yang ditunjukan Adiba sekarang.
“ke..kenapa kau ada disini,” ucap Adiba tangannya langsung gemetar dan map yang dia pegang terjatuh ke lantai.
Adiba sendiri langsung akan kabur dari hadapan Rendra, karena dia tidak bisa mengontrol rasa cemasnya lagi.
Rendra yang tahu Adiba akan kabur langsung berlari menghalangi langkah perempuan itu dnegan menutup pintu ruangannya terlebih dahulu dan menguncinya.
“Apa yang kau lakukan? Kenapa kau mengunci pintunya” tukas Adiba semakin ketakutan karena Rendra mengunci pintu ruangan itu.
“Diba tolong dengarkan aku, aku ingin bicara denganmu baik-baik.” Ucap rendra berjalan mendekati Adiba.
Adiba hanya diam ditempatnya saat Rendra mendekati dirinya saat ini, dia berusaha untuk tidak menghindar dari pria itu.
“mau bicara apa? Katakan?” tegas Adiba, karena dia tidka ingin membuang waktu berlama-lama dnegan rendra.
“Aku minta maaf, aku benar-benar minta maaf padamu. Aku menyesal, aku menyesal melakukan semua ini padamu. Dan aku menyesal telah menyuruhmu menggugurkan anak kita, aku menyesal Diba” ucap Rendra menangis didepan Adiba, benar Rendra yang keras seperti itu menangis didepan perempuan yang dia cintai.
“Kau bilang menyesal?” sinis Adiba menatap Rendra, tidak ada rasa simpati dalam dirinya saat ini meskipun pria itu menggenggam tangannya sambil menangis.
“Aku tahu, aku tidak pantas mengatakan ini. tapi dari dalam lubuk hatiku aku menyesal Diba.” Ucap Rendra meyakinkan Adiba.
“Terlambat, “ucap Adiba dan akan melepaskan tangan Rendra darinya.
“Aku tahu ini terlambat, tapi aku mohon beri aku kesempatan untuk memperbaiki diriku. Aku akan bertanggung jawab atas kesalahanku enam tahun lalu. Aku akan menikahi mu, kita mulai kehidupan baru dan membuat anak yang baru” ucap Rendra meminta Adiba untuk menikah dengan dirinya.
“Dasar gila, sampai kapanpun aku tidak akan mau menikah dengan pria brengsek sepertimu” ucap Adiba dan langsung mendorong Rendra menjauh darinya.
“Kau pergi dari perusahan tempatku bekerja, jangan ganggu aku mengerti” ucap Adiba.
“Kalau kau tidak mau kembali padaku, aku akan memperjuangkan mu. Aku akan menjadikan dirimu milikku Adiba.” Ucap Rendra dan dia kembali berjalan mendekati Adiba dengan wajah serius.
“Ini tempatku sayang, kamu tidak bisa menyuruhku pergi. Ini perusahan milik keluargaku” bisik Rendra di telinga Adiba dan dia langsung berjalan kearah tempat duduknya. Hari ini dia tidak akan terlalu menekan Adiba meskipun hatinya sakit karena penolakan perempuan itu yang ke sekian kalinya.
“Apa? Mana mungkin” Adiba tampak tak percaya dengan ucapan rendra barusan.
“Ini perusahan milik Papa ku, dan aku yang memimpinnya sekarang menggantikan Pamanku” jelas Rendra.
“Tidak mungkin, kau berbohong kan. Ini perusahan Dewangga, bukan Perusahaan milik Papamu” ucap Adiba masih tidak mempercayai perkataan Rendra.
Rendra malah tersenyum, wajahnya yang sedih tadi malah tersenyum melihat perempuan yang dia cintai tampak polos dan juga wajahnya yang terkejut menurutnya sangat lucu.
“Ya Dewangga itu nama keluargaku dari Papa, kamu tidak tahu aku siapa sayang. Bukannya kita satu kampus dan satu fakultas. Masa kamu tidak tahu nama lengkap ku?”
“Untuk apa aku harus tahu” ketus Adiba.
“Ya sudah aku kasih tahu, karena kamu akan jadi istriku nantinya”
“Jangan asal bicara” pungkas Adiba.
“Nama lengkap ku, Rendra Artama Galiel Dewangga. Aku keluarga Dewangga dan aku pemilik perusahan ini” ucap Rendra pada Adiba.
“Nggak, Nggak mungkin. Kamu pasti bohong” ucap Adiba dan langsung pergi dari ruangan tersebut. Dia begitu syok mendengar itu, jadi selama ini dia secara tidak langsung menggantungkan hidup pada keluarga Dewangga.
“Adiba, Adiba, mau kemana kamu” ucap Rendra dan berlari menuju pintu ruangannya melihat Adiba yang sudah keluar
“kenapa kamu terlihat syok Diba?” gumam Rendra, dia hanya diam saja di depan pintu. Dia tidak mengejar Adiba lebih jauh lagi karena dia takut kalau Adiba akan tidak sadarkan diri lagi seperti kemarin.
.........................
“kenapa kamu gemetaran begitu?” tanya sebuah suara yang berjalan mendekati Adiba saat perempuan itu tengah duduk di kursi meja makan yang ada di cafetaria perusahan Dewangga.
“bang Tama,” Adiba langsung berdiri dan memeluk pria yang sudah berdiri disampingnya tersebut. Dia butuh tempat menyandarkan diri saat ini, dua hari ini tidak ada tempatnya untuk sekedar berbagi masalah yang dia alami. Saat dia menerima pesan dari Tama tadi yang bilang kalau pria itu baru saja kembali dari Finlandia dan mengajaknya bertemu . langsung ia suruh ke kantornya saja pria itu, karena dia tidak mungkin bisa menyetir dalam keadaan seperti ini.
“kamu kenapa?” tanya Tama sambil balas memeluk Adiba memberi kehangatan pada perempuan yang sudah enam tahun lalu dia kenal.
“Aku kangen sama Tere bang,.” Ucap Adiba menangis di pelukan Tama.
“Aku pengen curhat sama dia, tapi nggak bisa” ucapnya sambil menangis se segukan.
“Udah nggak usah nangis, Tere sudah tenang di sana Diba. Kan ada abang, kamu cerita sama bang Tama. Kamu ada masalah apa?” pungkas Tama meminta Adiba untuk bercerita padanya.
Memang semenjak Tere tiada tiga tahun lalu, Adiba selau mencurahkan isi hati padanya. Dan dia juga menaruh perhatian pada teman adiknya tersebut. Entah dia mengganggap Adiba sebagai pengganti adiknya atau ada yang lain yang dia rasakan. Dia masih bingung soal hal itu.
“udah jangan nangis, abang ada disini buat kamu. kamu bilang sama abang, apa yang buat ka..” belum juga Tama selesai bicara dia sudah ditarik paksa dengan kuat membuat pelukannya pada Adiba terlepas.
“lepasin calon istri gue,” ucap Rendra tampak marah dan dia berpindah disebelah Adiba dan langsung menggenggam tangan Adiba.
“lepasin,” ucap Adiba melepaskan paksa tangannya dari genggaman rendra dan dia memegang tangan Tama berlindung pada pria itu.
Rendra sendiri terkejut melihat hal tersebut, dia bertanya-tanya dalam kepalanya saat ini. tentang siapa pria yang di sebelah Adiba sekarang.
°°°
T.B.C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Sweet Girl
apa maksudnya Tere udah meninggal ya...???🤔
2023-08-03
2
Umbrok
rere meninggal sakit apa
2023-07-07
0
Juan Sastra
tidak bisakah rendra bersikap lembut agar bisa menaklukkan hati diba yg telah beku karena kebencian dn traumanya..
2023-06-24
0