Abash mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan pelan membelah hujan yang lebat. Abash mengernyit di saat melihat seorang wanita yang ia kenali sedang berteduh di bawah toko yang sudah tutup.
“Itu kan?”
Abash melihat jika ada dua orang pemabuk yang berjalan mendekati gadis yang sedang memeluk dirinya itu.
Sifa memandang kearah jalanan yang mulai sepi. Jika tahu akan hujan selebat ini mungkin Sifa akan menerima tawaran Lia untuk mengantarkan nya pulang.
“Hmm, kapan berentinya sih ni hujan.” Gumam Sifa sambil mengulurkan tangannya ke arah pancuran hujan.
Sifa terkesiap di saat seorang pria mabuk menyentuh tangannya. Dengan cepat dan sekuat tenaga Sifa menghempaskan tangan pria itu.
“Hai cantik, jangan sok jual mahal deh. Gue tau lo butuh kehangatan.”
Tubuh Sifa bergetar hebat, napasnya memburu, jantungnya pun berdegup dengan kencang. Sifa harus waspada dengan dua pria mabuk yang ingin melecehkannya.
Sifa meraih tongsis yang ada di keranjang sepedanya dan menodong kearah dua pria mabuk tersebut
“Jangan mendekat.” Pekik Sifa dengan berani walaupun sebenarnya ia sangat ketakutan sekali.
“Ha .. ha .. gue suka cewek bar-bar gini, lebih menantang.”
Sifa langsung saja memukul kepala salah satu pria mabuk itu dengan tongsis. Sehingga pria itu meringis kesakitan. Tak terima di pukul, Pria itu menarik tongsis yang ada di tangan Sifa dengan kuat sehingga Sifa tersungkur dan tubuhnya membentur dinding. Sifa meringis di saat merasakan perih di bagian bahu nya.
“Cewek brengsek.”
Bugh .. Brak ..
“Aaaaa ...”
Sifa menutup wajahnya di saat pria mabuk itu ingin memukulnya dengan tongsis miliknya, namun beberapa detik selanjutnya Sifa kembali mendengar dentuman hebat beserta rintihan seperti orang yang sedang berkelahi.
Sifa menurunkan tangannya yang menutupi wajahnya, betapa terkejutnya Sifa saat melihat sang Bos lah yang telah menyelamatkannya.
“Kamu gak papa?” tanya Abash kepada Sifa setelah melumpuhkan dua pria mabuk itu dengan mudah.
Sifa menganggukkan kepalanya, ia masih shock dengan apa yang baru saja terjadi.
Tak berapa lama polisi datang karena Abash dengan cepat memanggilnya dengan satu tombol di layar ponselnya, maka polisi akan tau di mana ia berada.
“Siap Pak, Selamat malam Pak,” sapa Polisi tersebut.
“Malam, Saya Abash.” Kedua polisi tersebut langsung menganggukkan kepalanya. Pasalnya mereka masih bingung dengan yang mana atasannya dan juga kembarannya.
Kedua polisi tersebut langsung membawa dua pemabuk itu kedalam mobil dan meminta Abash dan Sifa untuk membuat laporan.
Abash menghela napasnya, ia sangat malas menunjukkan wajahnya di kantor polisi, di mana tempat kembarannya bekerja.
“Ayo ..”
“Ke mana?” tanya Sifa bingung.
“Kantor polisi.”
“Ooh ...” Sifa menghela napasnya, karena ia harus mandi hujan malam-malam begini. Sifa pun mulai menaiki sepedanya.
“Kamu mau kemana?” Tanya Abash saat melihat Sifa naik keatas sepedanya.
“Kantor polisi.” Jawab Sifa polos.
Gantian Abash yang menghela napasnya. Abash menyuruh Sifa turun dari sepedanya, dan dengan gampangnya Abash mengangkat sepseda Sifa dan memasukkannya ke dalam mobil. Untungnya mobil Abash adalah mobil jeep rubicon yang memiliki ruang di belakangnya.
“Ayo naik.” Titah Abash yang sudah membukakan pintu.
Masih dengan terbengong, Sifa menurut dan masuk kedalam mobil mewah milik sang bos.
“Pak, saya bisa naik sepeda kok ke kantor polisinya.”
“Hujan.”
“Gak masalah atuh Pak, kalo gini kan saya jadi gak enak sama bapak dan merasa bersalah berhutang budi.”
“Ya udah, anggap aja nanti ini gak pernah terjadi.”
“Ya gak bisa gitu Pak. Mana enak saya melupakan apa yang udah bapak kasih ke saya. Bapak udah nolongin saya, kalo gak ada bapak, saya gak tau nasib saya tadi gimana.”
“Ya udah, kamu tinggal bilang makasih aja, apa susahnya sih.”
“Eh iya, ampe lupa ... He .. he .. he.. Makasih pak.”
“Hmm,”
“Tapi beneran loh pak, saya jadi gak enak sama bapak. Saya gak tau harus membalas hutang budi saya ke bapak bagaimana.”
“Gak usah balas, saya gak minta balasan apa-apa dari kamu. Saya iklhas lakuinnya.”
“Beneran pa?” alhamdulillah, jadi saya gak punya utang budi ya sama bapak.”
“Hmm ..”
Sifa menghembuskan napasnya dengan lega.
Kalian tau, jika Sifa sengaja mengatakan jika dirinya tak sanggup membayar hutang budi kepada Abash, karena Sifa tak ingin terjebak seperti di cerita novel-novel yang pernah ia baca. Di mana sang bos menyelamatkannya dan kemudian meminta imbalan untuk di puaskan, atau menjadi budaknya.
Oh no, Sifa gak mau itu terjadi. Sifa masih memegang teguh adat dan istiadat orang indonesia, di mana tidak melakukan ‘making love’ atau pun yang lagi heboh sekarang yaitu ‘one night stand’ dengan pria yang bukan muhrimnya.
Dan Sifa juga tak mau terikat dengan yang namanya pernikahan kontrak atau apapun itu yang juga sedang heboh-hebohnya di dunia pernovelan. Yaa, walaupun Sifa pernah ingin sekali menjadi salah satu pemeran utama wanita di salah satu Novel favoritnya. Tapi tetap aja itu hanya khayalan Sifa. Belum siap Sifa lahir bathin jika itu benar-benar terjadi.
“Bener nih ya pak, kalo bapak gak akan nagih apa-apa ke saya karena udah nolongin saya.”
“Hah, kan udah saya bilang tadi, saya iklhas nolongin kamu.” Ujar Abash dengan jengah.
“Ya saya Cuma mastiin aja pak. Jangan nanti ujung-ujungnya bapak malah jebak saya dan ngajakin saya nikah kontrak atau jadi pacar bayaran gitu pak. Kaya yang di novel-novel heboh sekarang.”
“Sok kecanik-an banget kamu.”
“Ya bukan sok cantik sih pak, Cuma saya hanya waspada aja. Saya gak mau kehidupan nyata saya seperti di cerita novel-novel itu.”
“Kayaknya kamu harus berhenti baca novel deh.”
“Duh, gak bisa pak. Saya sering gak bisa tidur kalo belum belum nge-halu.”
Abash melirik kearah Sifa dan memutar bola matanya malas. Cewek yang ada di sebelahnya benar-benar gak waras.
Sesampainya di kantor polisi, Sifa memberikan keterangan dari kronologi kejadian tadi, begitu pun dengan Abash. Tak butuh waktu lama membuat keterangannya, mereka pun keluar dari kantor polisi.
“Alhamdulillah, hujannya udah reda.” Syukur Sifa sambil tersenyum cerah.
Sifa berjalan ke arah mobil Abash dan ingin menurunkan sepedanya. Namun badan Sifa yang kecil dan tenaganya yang tak terlalu kuat tak sanggup mengambil sepedanya.
“Mau ngapain kamu?”
Sifa terkejut di saat mendengar suara Abash.
“Ngambil sepeda saya pak.”
“Udah naik, saya antar kamu pulang.”
“Gak usah pak, saya bisa pulang sendiri.”
Abash melirik kearah jam tangan mahalnya. “Kamu yakin pulang sendiri di jam segini?”
Sifa melototkan matanya di saat melihat jarum pendek menunjuk kearah jam 1. Yang benar saja, kenapa cepat sekali waktu berlalu? Perasaan Sifa keluar dari kantor sudah pukul 11 malam.
“Bapak yakin kalo jam bapak itu gak rusak?”
\=\= Jangan lupa Vote, Like, and komen ya ..
Salam sayang dari ABASH dan ARASH.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 535 Episodes
Comments
Dede Muhamad
sifa sifa mana ada jam bos bear rusak hadehhh
2022-11-30
0
Elisabeth Ratna Susanti
mantap 😍
2022-05-11
0
brbundarifa
keasyikan baca, senyum_senyum sendiri liat tingkah Sifa..
2022-03-26
2