"Bapak mau bawa saya ke kantin?" tanyanya.
"Iya, Kamu belum makan kan?"
Sifa tersenyum, senyum yang manis sekali. "Makasih, Pak, tapi sahabat Saya sudah membawakan Saya bekal. Saya makan apa yang teman Saya berikan saja. Sekali lagi terima kasih, Pak." ujar Sifa sambil melepaskan pegangan tangannya dari tangan Abash.
Sifa yang masih sedikit hoyong pun langsung berpegangan pada Amel. Mereka berpamitan kepada Abash dan berjalan perlahan meninggalkan Abash.
Abash menghela napasnya pelan, kemudian ia kembali berbalik menuju aula. Belum sampai kedalam aula, Abash sudah di jegat oleh seorang wanita.
"Bapak nyariin ini ya?" ujarnya sambil menyodorkan kunci mobil kepada Abash.
"Hmm, terima kasih." ujar Abash dan berbalik meninggalkan wanita yang memberikan kunci mobil kepadanya tanpa tersenyum sedikit pun.
Gak senyum aja bikin klepek-klepek, gimana kalo senyum? Lemes adek bang ...
Abash berjalan menuju mobilnya dengan langkah yang besar, saat berada di dalam mobil, pandangan Abash tiba-tiba beralih melihat Sifa bersama gadis yang di akuinya sebagai sahabat tersebut.
Sudut bibir Abash terangkat sedikit saat melihat Sifa tersenyum lebar sambil menikmati makanan yang ada di tangannya.
Abash menggaruk alisnya, saat menyadari apa yang telah ia lakukan. Abash pun menggeleng pelan kemudian menghidupkan mesin mobilnya dan meninggalkan area kampus.
*
"Mel, Kamu memang teman terbaik aku ... Ini benar-benar lezat," ujar Sifa saat sudah memasukkan satu suapan makanan kedalam mulutnya.
"Aku senang Kamu suka. Ayo, habiskan."
Amel tersenyum puas saat melihat Sifa menghabiskan bekal yang ia bawakan untuk Sifa.
Sifa adalah sahabat pertama baginya, serta orang yang sangat ia sayangi. Amel berharap, jika Sifa mengetahui status sebenarnya, Sifa tetap menjadi sahabat baiknya dan menerima alasannya berbohong kepada Sifa selama ini.
*
Abash sampai di kantornya dengan di sambut oleh sekretarisnya, Pablo.
"Maaf, Pak. Ada tamu yang ingin bertemu," ujar Pabo.
"Saya gak punya janji, kan?" ujar Abash dengan nada yang terdengar kurang senang.
"Iya, Pak. Tapi tamu ini memaksa buat ketemu bapak, katanya ada hal yang perlu ia bicarakan, penting."
Abash menghela napasnya kasar. "Baiklah, Saya tunggu di ruangan. Bilang dengan tamu tersebut, Saya cuma punya waktu 5 menit." ujar Abash kemudian ia berlalu ke dalam ruangannya.
Pablo menghubungi pihak resepsionis dan memberitahukan jika Abash menerima tamu tersebut, namun tamu itu hanya memiliki waktu 5 menit.
Denting lift berbunyi, tak berapa lama keluar seorang pria paruh baya dengan senyum yang merekah. Pablo berdiri dan menyambut kehadiran seorang pria yang tak asing bagi nya.
"Tuan Robert?" ujar Pablo dengan ragu.
Pria yang di panggil tuan Robert oleh Pablo pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Ah, maafkan Saya. Saya tidak tahu jika tamu yang ingin bertemu dengan Pak Abash adalah Tuan."
Tuan Robert pun hanya mengangguk tersenyum. "Tak apa, Saya sudah maklum dengan peraturan yang di buat oleh Pak Abash."
Tanpa membuang waktu, Pablo pun mempersilahkan tuan Robert untuk bertemu dengan Abash.
Abash mengangkat kepalanya saat mendengar suara pintu terbuka.
"Tuan Robert?" seru Abash.
Tuan Robert pun langsung menghampiri Abash, begitu pun sebaliknya. Mereka saling berjabat tangan di saat jarak mereka sudah dekat.
"Silahkan duduk," ujar Abash sambil mengarahkan tangannya ke arah sofa.
Mereka pun duduk bersama di sofa tamu yang berada di ruang kerja Abash. Mereka pun berbicara basa basi untuk sekedar membuka obrolan.
"Jadi, Saya berniat untuk bekerja sama dengan perusahaan Pak Abash," ujar tuan Robert.
"Kerja sama?" tanya Abash.
"Ya."
"Maaf, tapi setahu saya perusahaan Pak Robert tidak berjalan di bidang IT."
"Yaa, ini semua karena putri kecil Saya. Gadis itu mengambil kuliah dibidang informatika. Jadi saya ingin membekali dirinya dengan perusahaan IT. Maka dari itu Saya datang ke sini untuk mengajak bekerjsa sama dengan Pak Abash," jelas tuan Robert.
Abash tersenyum tipis, ia sudah bisa membaca situasi selanjutnya. Tuan Robert bukan orang pertama yang datang mengajak kerjasama atas nama putrinya. Bahkan, sebagian dari mereka terang-terangan membawa putri mereka untuk di jodohkan dengannya.
Seperti yang sudah menjadi sifat turunan Papa Arka, Abash pun menolak adanya perjodohan.
Mengingat kata perjodohan, Abash merasa iba dengan kakaknya yang cantik itu. Ia harus menikah karena perjodohan yang di dasari atas permintaan sang kakek.
Eh, gak di jodohi juga sih sebenarnya. Kan pilihan Quin sendiri yang mengatakan jika Abi adalah pacaranya. Abash pun tersenyum tipis mengingat akan kecerobohan sang kakak yang berpura-pura memiliki pacar, tapi ternyata terjebak sendiri dengan kepura-puraannya.
Tuan Robert yang melihat senyum tipis milik Abash pun, semakin mengembangkan senyumnya. Tuan Robert berfikir, jika Abash pasti sedang membayangkan betapa cantiknya sang putri, karena melihat garis keturunan dirinya yang memiliki darah bule.
Tentu saja, Putrinya Ameera Gisela Robert memiliki kecantikan sang istri dan juga ketampanan dirinya yang menyatu jadi satu. Ameera benar-benar sangat cantik. Begitu lah menurut tuan Robert.
"Bagaimana Pak Abash?" tanya tuan Robert memecah lamunan Abash.
"Kenapa tuan Robert mendatangi Saya? banyak perusahaan IT yang lebih maju dan berkembang dari perusahaan Saya."
"Itu karena Saya sudah percaya dengan keluarga Moza. Saya sudah merasa nyaman menjalin kerja sama dengan orang-orang dari keluarga Moza."
Abash menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
"Hmm, akan saya fikirkan," jawab Abash akhirnya.
Mengingat bagaimana baiknya perusahaan Moza yang bekerja sama dengan perusahaan tuan Robert pun, Abash memutuskan untuk memikirkannya dulu. Toh gak ada salahnya kan untuk semakin mengembangkan sayapnya? lagipula perusahaan Abash masih terbilang baru dan masih membutuhkan kerja sama dengan perusahaan lain untuk semakin mengembangkan dan membesarkan nama perusahaan yang ia miliki.
*
Sifa mendayuh sepedanya menuju perusahan IT milik Abash. Perusahaan A.Ticom milik Abash yang menjadi tempatnya mencari rezeki.
"Siang menjelang sore, Pak." sapa Sifa kepada satpam.
"Siang menjelang sore juga, Sifa."
Sifa pun melanjutkan langkahnya menuju ruang kerjanya, yaitu bagian penyimpanan alat pembersih.
"Hai Fa, gimana dengan pak bos? Kamu di marahi gak semalam?" bisik Lia, saat melihat Sifa sudah masuk kedalam ruang kerja mereka.
"Alhamdulillah, gak Mbak," ujar Sifa dengan berbisik juga.
"Huuf, syukur deh. Di perusahaan ini gajinya lumayan gede, cocok banget buat Kamu yang lagi kuliah."
"Iya, Mbak. Aku bersyukur banget gak kena scors, dipecat, atau pun potong gaji. pak Bos baik orangnya."
"Iya, keturunan Moza emang baik-baik. Tapi yang ini sama yang kecil, pelit banget senyum Persis papa nya, kalo Tuan Veer, duh ... melelh kita di buatnya. Senyumnya itu menggoda banget."
"Emangnya Mbak pernah lihat keluarga mereka?" tanya Sifa polos.
"Duh Kamu ini, update dong berita gosip."
Sifa mengerucutkan bibirnya. "Eh Mbak, mbak tau kalo pak Bos kembar?"
Lia pun menggelengkan kepalanya.
\=\= Jangan lupa Vote, Like, and komen ya ..
Salam sayang dari ABASH dan ARASH.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 535 Episodes
Comments
Anik Trisubekti
masih sedikit bingung dm nama tokohnya
2022-11-27
1
Elisabeth Ratna Susanti
👍👍👍👍👍
2022-05-11
1
IG: @rossy_dildara
lanjut
2021-12-03
1