"Mana sih ..." Abash menggerutu kesal di saat ia tak menemukan dokumen yang ia letakkan di atas meja.
"Akkh ... kok bisa gak ada sih ..."
Abash masih terus mencari sambil menggerutu. Terakhir kali ia meletakkan dokumen di atas mejanya. Abash terus mencari sambil menggerutu kesal.
"Sepetinya ada yang menyentuh meja ku." geram Arash dan mulai kembali mencari.
Arash yang memakai masker pun terus mencari tanpa sadar jika ada orang lain yang berada di dalam ruangannya.
"Pencuriiii ....."
Bugh ... bugh ... bugh ...
Abash yang terkejut mendengar suara teriakan dan langsung mendapatkan pukulan di punggungnya hanya bisa meringis.
"Aww .... " Abash meringis di saat punggung tangannya terlibas rotan dari kemoceng dengan kuat.
"Pencuri .... tolong ... pencuri ..."
Dengan gerakan tangan yang lincah dan cepat, Sifa menekan tombol keamanan tiga kali yang mana langsung terhubung ke satpam dan juga kantor polisi di mana Arash bekerja.
Abash sengaja membuat program aplikasi untuk memanggil polisi dengan cukup menekan tombol keamanan tiga kali. Setiap karyawan yang bekerja di kantor Abash sudah di beritahukan peraturan-peraturan tersebut. Jika ada pencuri atau hal apapun yang mencurigakan dan butuh bantuan polisi, cukup menekan tiga kali tombol darurat yang terhubung ke satpam.
Abash memfokuskan penglihatannya dan langsung menangkap kemoceng yang ingin kembali mendarat di bagian tubuhnya. Abash menarik kemoceng tersebut hingga tubuh gadis itu tertarik dan menabrak tubuh Abash.
Sifa melototkan matanya di saat orang yang di fikirnya pencuri itu menahan pinggangnya di saat tubuh Sifa menabrak tubuhnya. Dengan kekuatan penuh, Sifa mengangkat lututnya dan menendang burung imut yang masih kecil dan sedang tidur di dalam sarangnya itu.
"Aaaw ..." Abash menghempas tubuh Sifa hingga tersungkur di lantai dan memegangi burungnya yang berdenyut hebat.
"Rasian Lo pencuri ... habis burung perkutut Lo bonyok gue bikin." geram Sifa.
Sifa mengambil kesempatan tersebut di saat Abash tengah meringis kesakitan memegangi burungnya. Sifa mengambil tali yang memang tersedia di keranjang troli nya. Dulu Sifa pernah sempat berfikir, untuk apa tali tersebut harus berada di dalam keranjang itu. Ternyata ini fungsinya.
Sifa yang bisa sedikit bela diri.
Ekhem, maksudnya membela diri pun langsung mengikat tubuh Abash yang di fikirnya pencuri dengan kuat sehingga Abash tidak bisa lagi melawan.
"Apa yang kau lakukan? lepas brengsek." maki Abash yang masih menahan denyut nyut nyut di bawah sana.
Sifa tersenyum puas saat melihat Abash tak bisa melepaskan dirinya dari ikatan yang ia lilitkan di tubuhnya.
"Dasar pencuri. Lo kira bisa gampang ngalahi gue hah?"
Sifa berjalan mendekat kearah Abash dan menarik masker yang Abash gunakan sehingga menampilkan wajah tampan nan rupawan milik Abash.
Sifa membulatkan matanya saat melihat wajah Abash. Abash pun tersenyum miring di saat melihat wajah terkejut dari wanita yang menggunakan pakaian seragam cleaning servis itu. Abash akui, jika wanita yang di hadapannya ini cukup berani melawan seorang oencuri, tapi ia bukan seorang pencuri. Mana ada pemilik perusahaan mencuri di perusahaannya sendiri.
"Bapak?"
Abash kembali tersenyum miring . 'Mampus Lo, siapa suruh main asal pukul aja. Lihat aja, bakal gue balas Lo karena udah nendang bubu gue.' batin Abash.
"Iya, ini gue, bo__"
"Saya gak nyangka, ternyata bapak selain polisi juga merangkap sebagai pencuri ya. Waah, benar-benar dah. Padahal bapak itu pangkatnya udah tinggi, masa masih merasa kurang aja sih pak?" Sifa langsung mencerocos bagaikan rapper yang sedang menyanyikan lagunya.
Abash ternganga mendengar ucapan gadis cleaning servis tersebut. Pasti gadis itu berfikir jika dirinya adalah sang kembarannya, yaitu Arash. Tapi, seharusnya ia tahu jika pemilik perusahaan ini adalah orang yang berwajah sama dengan Arash.
"Nih ya, saya kasih nasehat untuk bapak. Seharusnya bapak itu malu dengan pekerjaan bapak Yang seorang abdi negara. Seharusnya bapak iklas dengan gaji bapak yang udah di atur pemerintah segitu. Bapak harus bersyukur karena bapak masih bisa makan dan di hormati. Coba bapak jadi cleaning servis seperti saya, pasti bapak akan di pandang sebelah mata oleh orang-orang dan gak ada di hargai. Bapak tuh ya, harus banyak-banyak bersyukur karena dari pekerjaan bapak sebagai abdi negara, masih bisa dapat tunjangan pak. Ya Allah pak, bapak harus tobat pak, tobat."
"Lo bilang apa?"
"Iya pak, bapak harus tobat. Jangan mencuri lagi pak. Saya ngomong gini bukan karena saya dendam sama bapak tentang masalah tadi pagi. Saya udah ikhlas kok walaupun saya harus mendapatkan hukuman gara-gara terlambat masuk kuliah karena bapak."
"Sifa, ada apa ini?" tanya Lia teman seprofesi dengannya.
"Ini kak, ada pencuri ketangkap basah sama aku udah obral abrik mejanya pak bos."
Lia menoleh kearah pria yang di tuduh pencuri oleh Sifa, Lia yang mengetahui wajah bos dari perusahaan tempat mereka bekerja saat ini pun langsung membolakan matanya.
"Si-sifa beliau___"
"Iya kak, dia itu polisi nyebelin yang tadi aku ceritain. Gak nyangka aja gitu, kerjaan udah bagus masih aja mencuri. Hah, ini akibat ngikuti jaman makanya menghalalkan segala cara."
Lia sudah gemetaran karena di tatap tajam oleh Abash, Lia berusaha untuk menyuruh Sifa diam, namun Sifa terus saja saja bercerocos tak jelas, geram dengan Sifa yang terus berkicau dan tak mendengarkan peringatannya, Lia pun membungkam mulut Sifa.
"Mmpppgg ...."
"Sifa diem, itu yang kamu bilang pencuri adalah bos kita." Lia menekan setiap kata-katanya.
Sifa mengerutkan keninganya, kemudian ia melepaskan bungkaman tangan Lia.
"Kakak ih, yang bener aja kalo becandanya. Dia itu pencuri, kakak jangan gampang luluh deh dengan dengan wajah tampannya. Sekarang wajah tampan itu gak menjamin jika dia itu orang baik. Lihat saja, dia___"
"Ada apa ini?"
Sifa menoleh saat mendengar suara bariton yang seperti ia kenali. Sifa melototkan matanya dan mengangkat jari telunjuknya ke arah pria tersebut.
Ya, pria itu adalah Arash. Arash yang sedang berada di dekat kantor Abash pun langsung menancapkan gas mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju kantor sang kembarannya itu.
"Ba-bapak?"
Abash tersenyum miring di saat melihat wajah pucat gadis cleaning servis tersebut di saat melihat wajah kembarannya yang saat ini terlihat bagaikan pahlawan bertopeng.
Ha ... ha ... ha ...
Sifa menunjuk kearah Abash yang terduduk dengan santai di lantai dan menyandarkan tubuhnya ke badan Sofa sambil tersenyum miring menatap Sifa dengan tajam.
"Pe-pencurinya kok ada dua?" lirihnya yang masih di dengar oleh Abash, Arash, Lia, dan dua satpam lagi yang ikut masuk ke ruangan Abash.
"Pencuri?"
Arash langsung melihat ke arah pria yang sedang terduduk di lantai dengan keadaan terikat dan tersenyum iblis menatap Sifa.
"Kak, kok pencurinya ada dua ya? mana mirip banget lagi." lirih Sifa yang mulai lemas dan gemetar.
Di tambah lagi saat kedua satpam tersebut langsung berlari kearah Abash dan memanggilnya dengan sebutan 'BOS'.
Sifa merasakan tubunya semakin bergetar di saat Abash menatapnya semakin tajam dna mulai berdiri dan berjalan mendekatinya.
"Pencuri? tobat?" seru Abash dengan nada mengejek dan berjalan mendekati Sifa.
Sifa mem*ras tangannya yang sudah terasa dingin itu.
"Kak, gue rasanya mau pingsan." gumamnya dan kemudian Sifa pun tak sadarkan diri.
Ya elah Sifa, kalo mau pingsan ya pingsan aja, ngapain pake di umumin segala sih?
**
Haii, jangan lupa like, komen dan bintang 5 nya ya..
Untuk setiap hari Senin, jangan lupa kasih vote buat dukung cerita ini ...
Terima kasih ...
salam sayang dari Twins A
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 535 Episodes
Comments
Anik Trisubekti
haii kak aq mampir di karya mu rekomendasi dari kak Rossy...
ceritanya menarik, lucu
2022-11-24
2
Elisabeth Ratna Susanti
udah seru dari awal 👍
2022-05-11
1
🦊⃫⃟⃤Haryani_hiatGC𝕸y💞🎯™
bukan pencuri tetapi bos kamu itu kak
2022-03-30
1