Sifa mengerjapkan matanya disaat merasakan sesuatu yang sangat menyengat hidungnya.
“Fa, kamu udah sadar?” seru Lia sembari membuang napas pelan.
Ya, Sifa benar-benar pingsan di saat melihat dua pria tampan muncul di hadapannya. Eh, bukan karena itu ding. Tapi karena Sifa terkejut jika yang ia pukul dengan kemoceng dan mengikatnya adalah Bos dari pemiliki perusahaan yang telah mengkontrak jasa tempat nya bekerja.
Sifa pun mendudukkan tubuhnya secara perlahan sambil memegang kepalanya yang berdenyut.
“Sssttthhh ...” Sifa meringis saat merasakan kepalanya seakan di tusuk-tusuk oleh jarum.
“Kamu gak papa Fa?” tanya Lia khawatir.
“Gak papa kak, Cuma pusing aja.”
Ya iya lah pusing, secara Sifa pingsannya langsung ke lantai hingga bunyi berdebum yang kuat, karena kepalanya terbentur oleh lantai.
Duh, sakit banget itu pasti.
“Dia sudah sadar?”
Lia dan Sifa kompak langsung menoleh kearah sumber suara.
“Beneran dua?” tanya nya kepada Lia.
Lia hanya menganggukkan kepalanya seraya menelan ludahnya kasar. Tadi Lia sudah menjelaskan bagaimana Sifa bisa bekerja sendiri membersihkan ruangan Pak Bos, itu di karena kan Lia yang tiba-tiba sakit perut dan harus dengan segera mengeluarkan racun dari tubuhnya itu.
Abash pun tidak mempermasalahkan kejadian itu, tapi Abash bertanya tentang kertas yang ada di atas meja. Sudah pasti Lia tak tahu, karena bukan dirinya yang membersihkan ruangan Abash.
“Su-sudah Pak.” Jawab Lia gugup.
Sifa pun duduk sambil menundukkan kepalanya. Walaupun ia merasakan kepalanya berdenyut, Sifa akan tetap menahannya demi menghormati sang bos.
“Kamu baik-baik aja?” tanya Abash.
“I-Iya pak, saya baik-baik saja.” Jawab Sifa sambil menundukkan wajahnya tak berani melihat ke arah Abash.
“Eng, itu pak. Maafkan saya, saya tidak mengetahui bapak sebelumnya, jadi saya fikir---“
“Saya pencuri?”
Sifa mendongak dan menatap wajah Abash. Sifa menganggukkan kepalanya pelan dan kembali menundukkan wajahnya.
“Apa kamu tidak pernah melihat wajah saya?”
Sifa lagi-lagi menggeleng.
“Saya baru bekerja di sini, dan saya selalu mendapatkan sift malam. Setau saya, Bos dari perusahaan ini bukan bapak.”
“Lalu?”
Sifa menatap wajah Abash, kemudian ia menunjuk kearah foto besar yang ada di ruangan nya tersebut. Foto Mama Kesya dan Papa Arka. Ya, Abash sengaja memasang foto orang tuanya agar menjadi penyemangat untuknya.
Abash menganggukkan kepalanya tanda mengerti jika semua ini adalah kesalahpahaman saja. Lagi pula Abash salut kepada keberanian Sifa yang melawan pencuri.
Eh, secara tak langsung Abash mengakui dong jika dirinya pencuri. Waduuh !!!
“Oh ya, kamu yang beresi meja saya?”
Sifa menganggukkan kepalanya lagi masih dengan menundukkan wajahnya.
“Apa kamu yang memindahkan kertas di atas meja?”
Sifa mengerutkan keningnya. “Kertas?”
“Ya, kertas. Kertas itu sangat penting untuk saya.”
“Saya gak lihat ada kertas di atas meja bapak.”
“Maksud kamu?”
“Pada saat saya membersihkan meja bapak, saya tidak melihat ada sebuah kertas di sana. Meja bapak saya dapati dengan keadaan bersih dan rapi.”
“Kamu yakin?”
“Iya pak.”
“Kamu yakin gak lihat selembar kertas di meja saya?”
“Saya yakin pak.” ujar Sifa dengan memberanikan dirinya untuk melihat kearah wajah Abash.
Abash menghela napasnya berat, ia memicit keningnya yang terasa sedikit sakit.
Sifa mencoba mengingat kembali kejadian dari awal ia masuk ke dalam ruangan Abash, hingga dirinya berakhir tak sadarkan diri.
Seolah mengingta sesuatu, Sifa bangkit dari duduknya yang mana membuat Abash dan Lia terkejut. Abash dan Lia pun memperhatikan Sifa yang tengah mengobok-obok tong sampah.
“Apa ini yang Bapak maksud?” tanya Sifa seraya merapikan kertas yang telah kusut karena ia sempat meremasnya menjadi bola.
Abash melihat tulisan yang ada di kertsa tersbut. Senyum Abash pun mengembang, yang mana membuat Lia dan Sifa terpana dengan ketampanannya.
“Iya, itu. Di mana kamu mendapatkannya?”
“Saya mendapatkannya di lantai. Saya fikir ini sampah.”
“Ya sudah, kalian bisa melanjutkan kembali pekerjaan kalian.” Titah Abash dan mengambil kertas tersebut dari tangan Sifa.
Sifa dan Lia pun melanjutkan kembali pekerjaan mereka. Sedangkan Abash sudah duduk di bangku kebesarannya, ada pekerjaan yang harus ia kerjakan berkat Sifa yang telah meremas kertas penting tersebut. Abash harus kembali menyalinnya, tidak mungkin kan Abash memberikan kertas yang sudah bau, kotor, dan juga kusut itu kepada seorang klien.
“Kamu baik-baik aja Sifa? Apa kepala kamu sakit?” tanya Abash tiba-tiba yang melihat Sifa memegang kepalanya.
“Iya pak, saya baik-baik aja. Cuma ini kepala saya terasa benjol.”
“Benjol?”
“Iya pak.”
“Kalo sakit, kamu bisa pulang.”
“Gak pak, gak sakit kok. Cuma nyeri aja dikit.”
“Ya sudah, kamu pulang saja kalo sakit.”
“Aduh pak, saya gak sakit. Kepala saya Cuma benjol dan sedikit nyeri. Bapak tenang aja, saya gak papa kok. Bapak gak usah khawatir.”
“Pede banget kamu? Saya tidak mengkhawatirkan kamu. Saya mengkhawatirkan perusahaan saya yang namanya bisa rusak karena telah memperkjakan orang sakit.”
“Loh pak, saya gak sakit. Beneran deh. Nih lihat, saya masih kuat kok. Jangan pecat saya ya.”
Abash merasa kepalanya sedikit pusing mendengar kicauan suara Sifa. Lain yang Abash tanya, lain pula yang ia jawabnya. Hah, ya sudahlah, buang-buang waktu ngurusin orang seperti itu.
Abash pun kembali lagi fokus dengan pekerjaannya. Lima belas menit kemudian, Abash kembali menoleh kearah Sifa. Kali ini karena gadis itu berpamitan kepadanya bersama dengan temannya.
“Pak, kami permisi dulu ya.”
“Hmm,”
Sifa dan Lia pun keluar dari ruangan Abash.
“Maaf ya kak, gara-gara aku kakak jadi terlambat pulang.”
“Gak papa, tapi kakak khawatir sama kamu. Kamu beneran gak papa pulang malam-malam naik sepeda?”
“Insya Allah gak papa kak.”
“Mau kakak antar?”
“Gak usah kak, arah aku sama kakak kan beda, lagian kalo kakak antar aku, sepeda aku gimana? Esok aku harus ke kampus pagi-pagi.”
“Hmm, terserah gimana kamu nya aja.”
Setelah mengganti pakaian mereka, Sifa dan Lia pun keluar dari ruang khusus cleaning servis.
“Yakin nih gak mau kakak antar?” tawar Lia.
“Yakin kak.”
“ya udah kalo gitu, kamu hati-hati ya di jalan.”
“Iya kak, kakak juga.”
“Kakak duluan ya Sifa.”
Sifa melambaikan tangannya kepada Lia, ia pun mulai menaiki sepedanya setelah meletakkan tas nya di keranjang bagian depan setang sepeda nya. Sifa pun mulai mengayuh sepedanya kelaur dari perkarangan kantor IT di mana tempatnya mengais rezeki bulan ini dan beberapa bulan selanjutnya.
*
Abash baru saja menyelesaikan pekerjaannya, Abash pun mengambil ponel dan kunci mobilnya, kemudian berjalan keluar menjauhi ruangannya.
Satpam langsung membungkukkan tubuhnya di saat melihat Abash sudah keluar.
“Nih, untuk beli kopi sama cemilan, lumayan buat ganjel perut saat hujan-hujan gini.” Abash memberikan uang seratus ribu kepada salah satu satpam tersebut.
“Makasih Pak Bos.”Jawab empat orang Satpam tersebut dengan kompak.
Abash mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan pelan membelah hujan yang lebat. Abash mengernyit di saat melihat seorang wanita yang ia kenali sedang berteduh di bawah toko yang sudah tutup.
“Itu kan?”
\== Jangan lupa Vote, Like, and komen ya ..
Salam sayang dari ABASH dan ARASH.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 535 Episodes
Comments
KHARDHA LOVE
Pucuk dicinta karena hujan yang melanda 😁🤭
2021-11-11
1
Lili Suryani Yahya
lebihin dunk Mba Upnya🤣🤣🤣💪💪💪💪💪💪
2021-11-11
0
Anna Mutia Feranita
yang panjang dikit dong kaka .... 😅☺☺
2021-11-11
0