Noda Di Balik Khimar
Seorang gadis yang terlelap dengan meringkuk sembari memeluk boneka teddy bear-nya yang berwarna biru mulai bergerak bangun.
Suara adzan yang merdu nan indah itu membuatnya perlahan membuka mata. Ia mengerjapkan matanya. Lalu bangun dari posisi nyamannya.
Triing triingg!!
Suara alarm sontak membuatnya terkejut, ia lalu segera mematikannya.
Drrrt drttt!
"Ya Allah ... Nih bocah udah nelpon aja jam segini!" Asma menggerutu tapi tetap mengangkat ponselnya yang terus berdering dan bergetar. Sebelum mengangkat telpon dari teman barunya itu, ia menghela napas, menetralkan perasaan kesal yang terus ia rasakan.
"Iya ini udah bangun, iyaaaa ... Ini juga mau sholat." suara lembut dan tenang dari Asma. Orang di seberang sana pasti sangat tidak menduga bahwa ia sedang kesal.
Asma turun dari ranjangnya yang hanya muat untuk dirinya sembari menghentakkan kaki. Lalu melemparkan ponselnya ke ranjang.
Asma bergegas membersihkan diri dan berwudhu. Lalu menggelar sajadah dan memasang mukena berwarna biru motif bunga-bunga. Ia sholat dengan khusyuk. Sesekali terdengar isakan di setiap rakaatnya.
***
"Asma!"
Asma mendengus kesal ketika mendengar teriakan yang sudah sangat di hafalnya. Lalu berbalik dan memasang senyum termanis meski tertutup cadarnya.
"Mashaa Allah Asma, kamu cantik banget sih."
Asma terkesiap dan matanya berkaca-kaca. Pujian itu bukan membuatnya terbang dan melayang. Justru ucapan yang keluar dari Ida, teman barunya membuatnya sangat sakit. Seolah di tombak dengan sepuluh tombak dan yang paling sakit di ulu hatinya. Oke, memang terdengar berlebihan namun kenyataan sebenarnya jauh lebih mengerikan. Tak banyak orang tau, bahwa ia justru sangat kotor. Asma menutup wajahnya dengan cadar karena malu. Bukan untuk di puji dan di sanjung.
"Asma ... kamu gak papa? Maaf yaa ... kayanya aku salah ngomong."
Asma tersentak lalu menatap Ida. Benar ada guratan penyesalan di wajah cantik itu. Ida sangat cantik dan baik. Mereka baru berteman dua bulan yang lalu. Ketika ia memutuskan pergi dari masa lalu dan pindah di sini. Hingga melanjutkan kuliah di Universitas ini membuatnya bertemu dengan Ida.
"Enggak kok, kamu gak salah. Aku cuma gak suka di puji," ucap Asma dengan lembut diringi seulas senyum.
Ida hanya manggut-manggut entah mengerti atau tidak, Asma berharap Ida tidak memujinya lagi. Karena setiap ada yang memujinya ia justru merasa orang itu sedang menyindirnya tentang perbuatan di masa lalunya.
"Aku boleh nanya gak?"
Nada suara yang agak canggung dari Ida membuat Asma menatapnya dengan penuh selidik dan sedikit takut apa yang akan di tanyakan Ida. Apa berhubungan dengan masa lalunya? Atau Ida sudah tau yang sebenarnya?
"Nanya aja."
"Kamu kenapa ngehindar terus?" kedua mata biru Asma menatap Ida dengan penuh tanya.
"Selama kita kenal, Aku ngerasa kamu ngehindar dan gak mau berteman sama aku. Kamu juga tertutup banget."
Asma menghembuskan napasnya dengan kasar. Ia memang tertutup karena tidak ingin semua orang tau siapa dia. Sungguh, ia memakai cadar karena ingin menyembunyikan wajahnya. Setiap malam ketakutan akan azab dari Allah selalu menghantuinya. Kesalahannya di masa lalu seolah tidak ingin melepaskannya. Asma menghindar juga karena tidak ingin orang yang baru di kenalnya kecewa. Karena jika mereka tau siapa ia di masa lalu, semua orang pasti akan memandangnya dengan tatapan menjijikan.
Asma memandang ke sekitarnya. Beberapa orang memperhatikan ia dan Ida yang berjalan di halaman depan kampus. Asma lalu menarik tangan Ida menuju pohon besar yang terlihat teduh dan nyaman tanpa tatapan orang-orang.
"Kenapa?" mereka sudah duduk di bawah pohon besar yang teduh. Benar dugaan Asma, di sini tidak terlalu banyak orang karena mungkin berada di ujung halaman depan kampus.
"Aku gak suka aja mereka ngeliatin kita kayak gitu, risih banget."
Ida tergelak dengan kencang. Membuat Asma menautkan kedua alisnya dan menatap gadis di sebelahnya dengan bingung.
"Mereka bukan ngeliatin kita, tapi Antum!"
"Kok aku?"
"Karena mata kamu itu lho! Itu beneran asli gak sih?" Nada serius dari Ida membuat Asma menggelengkan kepalanya.
"Ya iyalah asli!"
"Sudah ku duga, awal ngeliat kamu, kukira itu lensa mata tapi ku perhatiin masa kamu makai lensa dengan warna yang sama terus."
Asma diam, tiba-tiba badmood karena sesuatu yang tidak bisa ia buang justru membuatnya menarik perhatian dari banyak orang, ia sangat tidak suka ini.
"Kamu berarti berdarah campuran ya? Papa atau Mama kamu yang bule? atau dua-duanya berdarah bule?"
Asma diam tapi matanya mulai mengembun. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Karena sejak lahir ia tidak tau apapun mengenai orang tuanya. Mata biru ini sebelumnya juga membuatnya di bully oleh anak-anak panti asuhan tempat ia di besarkan. Dan sekarang ia juga menarik perhatian karena mata ini.
"Asma ...."
"Kamu cerewet banget sih, Da!"
Ida tersentak dan menatap punggung Asma yang menjauh dengan tatapan bingung lalu raut wajahnya menyesal. Ia tau ia merupakan salah satu makhluk tercerewet di dunia ini, dan nampaknya karena mulutnya yang terlalu blak-blakan itu membuat Asma kesal dan tidak suka. Ia sekarang menyadari sepenuhnya bahwa Asma Aqilatunnisa yang memiliki mata biru yang indah itu sangat tidak suka ketika kehidupan pribadinya di ketahui orang lain. Ida tidak akan menyerah. Ia ingin berteman dan menjadi sahabat Asma dengan tulus karena orang -orang mengatakan bahwa agar proses hijrahmu berjalan dengan baik, kau harus memiliki teman yang selalu menunjukkan ke arah kebaikan.
Itu Asma. Ida tau bahwa Asma sering mengikuti pengajian dan juga kegiatan keagamaan di kampus ini. Sosoknya yang tertutup dan lembut membuat Ida tertarik. Beberapa mahasiswa juga sering membicarakan Asma. Wanita bercadar dengan mata biru indah. Ida sangat penasaran dengan wajah di balik cadar itu.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
nenk 'yLa
nyimakk
2023-07-09
0
Tian Ae
baru mampir kak author... salam kenal kak 😊
2023-06-27
0
teti kurniawati
saya mampir
2022-11-03
0