❤ Happy reading ❤
🌸🌸🌸
"Da!"
"Ya?" jawab Ida cepat sembari mengerjapkan mata.
"Kamu kenapa sih? Dari tadi cuma bengong?" tanya Asma sembari menautkan alisnya. Tak biasanya seorang Huwaida Ayduha tak banyak bicara.
"Hmm gak papa."
"Yakin?"
"Aku cuma bingung gimana caranya hapus akun sosmedku yang masih ada foto buka aurat sedangkan aku lupa kata sandinya." mata Ida menatap ke sekitar. Ia dan Asma sedang duduk di bawah pohon besar dan sejuk. Hanya beberapa mahasiswa yang berada di sekitar mereka. Itu juga tak banyak.
"Ya ampun Da! Dari tadi kek ngomong itu masalahnya." Asma tertawa kecil di balik khimarnya. Mata Ida menatap wanita itu tanpa berkedip. Entah mengapa segala hal yang di lakukan Asma bahkan hanya tertawa terlihat begitu menyejukkan.
Sebenarnya ia melamunkan mengenai hari itu, untuk pertama kalinya ia tak malu mengakui kebenaran memalukan tentang dirinya. Bahkan pada sang Ustad yang sudah menjadi idolanya sedari dulu. Saat itu, Dhika terdiam lalu papanya datang dengan tiba-tiba. Sempat membuat Ida sulit menelan saliva, mengira apa mungkin papanya mendengar semua. Tapi senyuman ramah dan sapaan lembut dari papanya membuat Ida menghembuskan nafas lega. Itu menandakan bahwa papanya tak mendengarkan apa-apa.
"Aku punya temen yang bisa bantu kita." suara Asma menyadarkan Ida. Ia menatap Asma, menunggu kelanjutan ucapannya.
"Kalau udah gak ada kelas lagi, kita bisa minta bantuannya sekarang juga." senyuman merekah di bibir Ida. Lalu wanita itu menganggukkan kepala.
***
Sebuah bangunan besar dengan beberapa sekat pada kamar yang biasa di kenal dengan nama rumah susun nampak begitu riuh. Para penghuni yang menjalankan aktivitas rumah tangga seperti biasa.
Asma dan Ida di sana. Menaiki satu persatu anak tangga menuju kamar yang Asma bilang kamar teman lama. Teman yang juga membantu Asma untuk menghapus segala foto-foto terbukanya. Temannya itu merupakan hacker yang luar biasa. Ia bahkan membantu Asma dengan memastikan bahwa fotonya yang terbuka menghilang dari perangkat manapun.
Beberapa kali Asma mengetuk pintu sembari mengucap salam. Tak ada jawaban. Hingga seorang wanita paruh baya menghampiri mereka.
"Nyari jin yaa?" tanya-nya pada Asma.
"Hah jin?" mata Ida membulat sempurna.
Asma menggelengkan kepala dan menahan tawa. "Iya Bu, saya nyari Jean? Dia kemana ya?" terlihat Ida ikut menahan tawa.
"Beberapa hari lalu baru pindah Mbak." raut wajah kecewa terlihat di wajah Ida.
"Kemana ya?" wanita paruh baya itu menggelengkan kepala, menandakan bahwa ia tak tau Jean ada di mana.
"Coba di hubungin aja Mbak."
"Nomornya gak bisa di hubungi Bu," sahut Asma dengan sorot mata bingung terlihat di manik mata birunya.
"Yaaah. Gimana dong ya Allah ...." keluh Ida dengan mengerucutkan bibirnya.
"Nah itu jin!" Asma dan Ida terlonjak kaget. Wanita dengan daster bunga-bunga khas emak-emak itu berteriak. Masih dengan mengatakan 'jin" bukan 'Jean'.
"Asma?" suara lembut berasal dari belakang mereka. Asma menoleh dan menatap Jean yang berada dihadapannya. Manik mata biru itu membesar.
"Kok di sini?" Jean menghiraukan tatapan bingung Asma. Mungkin karena pakaian yang ia kenakan.
"Ya udah masuk dulu yuk." Jean melemparkan senyuman pada Ida. Lalu ia membuka kunci pintu dan masuk lebih dulu.
Wanita paruh baya tadi sudah tak ada. Entah kapan sudah pergi tanpa berpamitan.
"Kok cepet banget ya Ibu-ibu tadi?" gumam Ida pelan. Asma tersenyum, ternyata Ida juga berpikir sama dengannya.
"Jangan-jangan dia lagi yang jin!" Ida tergelak
"Hush Ida!" tegur Asma sembari menahan tawa. Ida menangkupkan tangan pada mulutnya. Terkekeh pelan.
Asma dan Ida masuk ke dalam kamar minimalis itu. Hanya tersisa sedikit barang jadi kamar itu terlihat sedikit luas.
"Maaf yaa banyak debu, aku kesini sebenarnya cuma mau ngambil sesuatu."
Asma menggelengkan kepala. "Gak papa Jean. Kabar kamu gimana? Kok pindah?"
"Pengen nyari suasana baru aja." wanita dengan gamis biru serta pashmina dengan warna senada itu menyunggingkan senyuman.
"Ini sahabatku, namanya Ida. Perlu bantuan keahlian kamu juga."
"Ya udah ikut ke kost baru aku aja."
Ida dan Asma setuju lalu mereka menuju ke tempat tinggal Jean yang baru. Menggunakan mobil Ida karena Asma tau, Jean selalu memakai taksi kemana-mana.
***
Tangan lentik dan putih itu menari-nari di atas keyboard komputernya. Asma maupun Ida memperhatikan sembari menautkan alis mereka. Tak mengerti apa yang dilakukan Jean.
"Sebentar, lagi proses," ucap Jean sembari tersenyum manis.
"Kapan Jean?" tanya Asma dengan sorot mata teduh. Ida hanya diam, mendengarkan mereka.
"Bentar lagi," sahut Jean singkat.
"Bukan itu maksud aku." Jean tersenyum lalu mata itu berkaca-kaca. Menerawang ketika ia pertama kali memutuskan pindah agama. Meninggalkan kehidupan bebas dan terlepas dari harta orang tua. Terlahir kembali menjadi seorang muslimah ibarat bayi pada umumnya.
"Namaku sekarang Syifa." Asma dan ida beradu pandangan.
"Awalnya penasaran pengen tau tentang Islam, eh aku malah jatuh cinta pada pandangan pertama." Jean atau sudah berganti nama dengan Syifa terkekeh pelan.
"Islam ternyata begitu ... Indah." matanya berbinar. Asma menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Nih udah selesai."
"Makasih yaa Je—eh Syifa." Ida melemparkan senyum.
"Berapa?" tanya Ida lagi, karena Asma sudah memberitahu bahwa Syifa meminta imbalan yang lumayan menguras tabungan.
"Gak usah," sahutnya sembari tersenyum ramah.
"Jangan gitu, aku gak enak." Ida merasa tak nyaman jika tak membayar. Padahal ia baru mengenal seorang wanita muallaf ini.
"Gak papa kok. Lagian foto kamu gak sesusah ngeberesin foto Asma." mata Syifa melirik Asma dengan seringai tipis di bibirnya.
"Gitu yaa?" Ida bergumam pelan.
"Iyaa, foto kamu lumayan banyak yang nyimpan, tapi kalau foto Asma lebih banyak. Susah bener nungguin lama." Syifa tertawa kecil.
"Pilih kasih nih yeee," ejek Asma dengan nada menggoda.
"Bukannya gitu Asma, tapi ... Eh tunggu dulu. Aku baru ingat sesuatu." Ida maupun Asma menatap Syifa yang raut wajahnya terlihat serius. Tangan lentiknya mengetik dengan lincah keyboard itu lagi. Entah melakukan apa. Jean atau Syifa memiliki wajah cantik khas wanita Eropa. Iris mata biru seperti Asma dan kulit pucat seperti orang Barat biasanya.
"Aku mau ngasih tau Asma, ada satu perangkat yang masih nyimpan foto kamu." Syifa memang memiliki kemampuan meretas luar biasa. Pekerjaan kecil seperti menghapus foto hingga tak tersisa adalah hal yang sangat mudah baginya. Tapi kali ini berbeda.
"Nah fotonya ini." terlihat di layar itu sebuah foto Asma dengan memakai gaun dress berbentuk V di bagian dada. Mengekspos setengah dari buah dadanya.
"Lihat! Aku gak bisa hapus ini. Gak salah lagi perangkat ini udah di lindungi." Syifa terlihat memencet tombol sama berkali-kali tapi foto itu masih ada di sana. Ia bisa melihat isi foto itu tak bisa menghapusnya. Mata Syifa beralih pada Asma yang nampak terkesima dengan mulut sedikit menganga.
"Jadi, sejak kapan kamu punya penggemar horang kaya?"
Asma menelan saliva. Bingung ingin menjawab apa. Karena pada dasarnya selain kesal foto terbukanya masih ada, ia juga harus ekstra jaga-jaga. Tak mungkin bukan seseorang biasa melindungi fotonya dari peretas seperti Syifa hanya untuk iseng-iseng saja?
Bersambung
Dukung Zaraa dengan like, komentar dan votenya yaa❤
Kasih rate bintang lima jugaa >_<
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SIAPA KIRA2 YG MSH SIMPAN POTO VULGAR ASMA, APA RENO, ATAU SALAH SATU MNTAN PNIKMAT TUBUH ASMA..
2023-07-21
0
meE😊😊
mgnkn aja reno
2023-07-10
0
SEPTi
Reno kah yang menyimpan fotonya???
2023-06-01
0