CHAPTER 11

"Pernikahan bukan permainan. Itu ikatan suci yang sudah di tetapkan oleh Ilahi. bukan hanya itu, pernikahan juga merupakan ibadah terlama dan penyempurna separuh dari agama. "

~ Dhika Dwija Sanjaya ~

❤ Happy reading ❤

🌸🌸🌸

Sebuah rumah besar kawasan kompleks elit yang biasanya sunyi terdengar ramai. Keluarga Sanjaya baru datang beberapa menit lalu ke rumah Ida. Mata Ida menelusuri mereka satu persatu. Hanya terlihat seorang lelaki dengan garis tampan dan rahang di penuhi bulu-bulu halus. Nampak berkharisma dengan seulas senyum teduhnya. Istrinya memakai khimar. Membuat Ida tak bisa melihat wajahnya. Wanita itu memakai gamis cokelat dan khimar dengan warna senada. Terlihat elegan dan menyejukkan.

Tak ada yang lain, hanya mereka berdua. Apa calon suaminya tak datang? Apa sengaja ingin membatalkan perjodohan? Bagaimana dengan calon adik iparnya yang sebenarnya adalah idolanya? Ustad Dhika. Apa ia tak ikut juga? Ida mengusap wajah kasar. Ada sebuah debaran di dada. Entah apa.

"Maaf Damar, putraku akan menyusul. Mungkin sebentar lagi ia sampai." tanpa sadar, Ida yang mendengar obrolan di ruang keluarga itu membuatnya menghembuskan napas kasar. Jika Papanya bertanya lagi, mungkin ia akan menolak. Saat itu ia langsung menyetujui karena ingin ayahnya menikah. Jujur, ia belum siap. Menikahi seorang putra sulung dari keluarga terhormat. Matanya mengintip dari lubang kunci kamarnya. Menatap Dimas Dwija Sanjaya.

Jelas terlihat. Calon suaminya juga berasal dari keluarga yang benar-benar menerapkan nilai Islam. Religius. Bahkan putra bungsu mereka Dhika sudah menjadi ustad terkenal di seluruh Indonesia, bahkan warga negeri tetangga juga mengenalnya.

Apa yang harus ia lakukan? Bagaimana jika suaminya nanti menolaknya saat tau ia sudah tak perawan? Ida berdecak kesal. Kepalanya hampir meledak di sertai debar dada yang berdegup kencang.

Ida tersentak ketika Damar. Papanya memanggil dengan lembut tapi di sertai intonasi tegas. Ia menghembuskan napas. Berusaha mengurangi debar didada. Membenarkan letak hijab yang sedikit miring di kepala. Lalu melangkah dengan anggun keluar kamar. Berdiri di hadapan ketiga orang yang sedang duduk santai di sofa.

"Ini putriku satu-satunya. Huwaida Ayduha." ada nada kebanggaan di setiap kalimat papanya. Membuat hati Ida meringis. Merasa sangat hina ketika ada yang bangga akan dirinya. Padahal ia jelas sudah kehilangan mahkotanya. Mahkota yang memiliki posisi sejajar dengan kehormatan papanya. Damar.

"Mashaa Allah, cantik yaa ...." suara lembut samar, mungkin karena terhalang khimar. Pikir Ida. Ia tak berani mengangkat wajahnya.

"Di panggil siapa biasanya?" pertanyaan itu berhasil membuat Ida mengangkat wajahnya. Ia menatap sepasang mata teduh di hadapannya. Wanita itu berdiri sejajar dengannya. Tubuhnya terlihat gemuk khas emak-emak. Gamis panjang membuat ia justru terlihat seperti ibu yang bijaksana.

"Ida tapi mama sama papa biasa manggil Ayduha atau Ay." Ida memasang seulas senyum di balas wanita di hadapannya dengan senyuman lebih lebar di balik khimar.

"Pergilah ke dapur Ay, bantu Bi Ayu menyiapkan makan malam kita. Sebentar lagi calonmu akan datang." Damar melirik sahabatnya Dimas. Di sambut anggukan dengan senyuman terangkat sempurna.

Ida berjalan menuju dapur dengan kedua pipi merona. Ucapan ayahnya bukan membuatnya semakin penasaran bagaimana calonnya tapi ia justru terus memikirkan calon adik iparnya! Memikirkan apa ustad tampan itu akan datang bersama kakaknya? Ida menggelengkan kepala pelan. Mengusir pertanyaan bertubi-tubi sedari tadi.

Bi Ayu dibantu Ida menata makanan di meja. Satu persatu para orang tua duduk di sana.

"Sepertinya ia sudah datang, tolong Bi Ayu," titah Damar dengan kode agar Bi Ayu ke depan rumah. Mempersilakan calon menantunya masuk karena sedikit terdengar samar suara mobil di luar.

Seringai licik menghiasi bibir tipis Ida. Menatap satu kursi tepat di sebelah Dimas yang dipastikan menjadi tempat putranya duduk. Karena hanya dua kursi makan yang tersisa. Tempat duduk ia dan calon suaminya.

Ida lalu membawa makanan terakhir ke meja. Orek ayam ia tata dekat piring untuk calonnya.

"Kayaknya enak tuh!" goda papanya sembari tersenyum menatap orek ayam.

"Papa, ini Ida masak khusus buat CALON Ida." Ida menekankan kata calon tanpa malu. Ketiga orang tua itu hanya tersenyum.

Beberapa saat kemudian terdengar langkah kaki disertai aroma maskulin khas lelaki mendekat. Ida menelan saliva. Ia tau di belakangnya berdiri calonnya. Perlahan ia membalikkan tubuh lalu matanya terkesima.

Ida membeku. Di hadapannya adalah Dhika. Wanita itu merasa kakinya lemas. Apa Dhika adalah calon suaminya? Bisa saja putra sulung Pak Dimas menolak lalu membiarkan putra bungsunya Dhika menggantikan.

"Mana kakakmu Dhik?" suara berat dari Dimas menyadarkan Ida. Ia lalu menunduk malu. Matanya sedikit berkaca-kaca. Memangnya ia siapa? Berharap ustad Dhika menjadi suaminya?

"Kakak sedang ada pekerjaan yang gak bisa ditunda Bi, maaf Pak Damar, saya datang langsung meminta maaf atas nama Kakak saya."

"Tak apa. Karena kamu sudah datang ayo makan bersama." seulas senyum di wajah Damar. Dhika merasa tak enak menolak lalu ia duduk. Matanya melirik calon kakak iparnya. Yang ia sadari tadi menatapnya dengan sorot mata yang tak ia mengerti.

"Makanlah itu, Karena kamu meminta maaf atas nama Kakakmu. Habiskan juga makanan buatan Ida sebagai permintaan maaf. Ida membuatkannya khusus untuk ...."

"Na'am Bi," potong Dhika sembari tersenyum ramah. Abinya jelas sekali tak suka atas apa yang di lakukan Kakaknya jadi ia memilih mengalah.

Mata Ida melirik Dhika dengan sorot mata pasrah. Ia berharap bahwa pemuda itu tak akan marah. Lelaki dengan garis tampan itu terlihat menautkan alisnya sehabis memakan orek ayam dari Ida. Diam-diam Ida menelan saliva lalu makan tanpa berani memandang Dhika.

***

"Apa kau tak menginginkan pernikahan ini?" suara berat dari belakangnya membuat Ida tersentak. Ia berusaha keras menelan saliva lalu tetap melanjutkan mencuci piring di washtafel. Ia sangat berharap, Bi Ayu ada saat ini. Menggantikan mencuci padahal jelas mustahil karena Bi Ayu sudah pulang jika malam begini. Ia menyesal mengapa tak mencegah wanita paruh baya itu.

"Pernikahan bukan permainan. Itu ikatan suci yang sudah di tetapkan oleh Ilahi. bukan hanya itu, pernikahan juga merupakan ibadah terlama dan penyempurna separuh dari agama." untuk pertama kalinya Ida mendengar ceramah langsung dari idolanya.

"Sebenarnya kenapa? Apa Kakakku tak pantas untukmu?" terdengar suara Dhika sangat tak suka. Ia sangat terganggu atas sikap Ida yang terlihat jelas sengaja memberikan banyak garam dan bubuk cabai di orek ayam itu. Rasanya tak bisa di gambarkan. Mengerikan Dan itu di tujukan untuk kakaknya. Dhika lalu melirik kedua orang tuanya dan papa Ida yang masih asik bercengkrama. Ia berjaga-jaga karena tadi hanya izin ke toilet. Dugaannya benar, toiletnya berada di dekat dapur sehingga ia bisa mencerca Ida dengan berbagai pertanyaan di kepala.

"Maaf ...." Ida sudah selesai mencuci piring. Berbalik. Menatap sendal rumahnya sendiri. Tak berani mengangkat kepala.

"Aku yang gak pantas."

"Apa maksud antum?"

"Aku udah gak ... Perawan. Aku pernah nakal dan baru aja hijrah." entah keberanian dari mana, Ida memberikan jawaban sebenarnya.

"Aku hina. Sangat. Tolong jangan bilang Papa." suara Ida terdengar seperti isakan tertahan. Dhika terkesima ketika melihat bulir bening jatuh di atas kaki Ida. Menandakan bahwa wanita di hadapannya sedang tak baik-baik saja.

Bersambung

Maaf yaa baru bisa up 1 chapter terus. gak tiap hari lagi! Huhu :(

Soalnya kemampuannya baru ini. Terlalu sibuk untuk dunia nyata. Tapi inshaa Allah selama bulan Ramadhan. Kisah ini akan menemani puasa kalian ❤

Terimakasih untuk readers yang menghargai karya Zaraa dengan like, komen, dan Vote💙

Jan lupa kasih rate bintang 5 yaa... 💕

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

KASIAN IDA, DARI KLUARGA KAYA. NMUN KRN BROKENHOME, KURANG PERHATIAN AYAHNYA, DN IBU YG TLH PERGI KRN CERAI DGN AYAHNYA, HINGGA TRJEBAK PRGAULAN BEBAS, DN SMPAT MNJADI SUGAR BABY AYAH TMN KULIAHNYA.. TPI YG LBH TRAGIS SI ASMA..

2023-07-21

0

Aruna Zahrani

Aruna Zahrani

diawal aq menduga reno lah kakak dhika. tp pas disebut dimas kirain tebakanq salah dan dimas itu nama kakak dhika rupanya nama abi nya. brrti ada kemungkinan benar reno donk y kakaknya dhika 🤭🤭

2021-10-26

2

Yen Margaret Purba

Yen Margaret Purba

waowww salut ida,
hijrah nya bener2 murni

2021-06-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!