...✪✪✪...
Elisha mendorong Yudha menjauh. Kemudian bergegas keluar dari toilet. Sementara Yudha hanya memutar bola mata jengah, lalu segera bergerak mengikuti Elisha. Mereka sudah kembali berbaur ke acara api unggun. Semua orang dibiarkan bersenang-senang di sana. Bahkan para mahasiswa baru.
Setelah acara selesai, semua orang disuruh beristirahat dan tidur.
Yudha dan kelompoknya tengah menikmati makanan yang mereka bawa. Ada sekitar delapan orang dalam kelompoknya. Lima orang lelaki dan tiga lagi perempuan.
"Kita sebaiknya tidur lebih cepat. Supaya nanti pas jurit malam tidak mengantuk dan capek!" usul Damar kepada semua temannya. Dia baru saja selesai menghabiskan roti isi cokelat pemberian Tiara.
Semua temannya hanya merespon dengan anggukan kepala. Tidak terkecuali Yudha. Selanjutnya mereka segera mencari posisi tidur. Dua perempuan bergegas merebahkan diri terlebih dahulu. Elisha yang terlambat terpaksa tidur di dekat lelaki. Dia menjadikan tasnya sebagai penghalang.
Malam semakin larut. Suasana telah menghening sepenuhnya. Hanya terdengar sayup-sayup suara para kakak tingkat yang asyik bercanda. Mereka harus berjaga di sekitaran tenda, agar memastikan keadaan aman. Meskipun bermalam di lingkungan kampus, mereka tentu harus tetap waspada.
Berbeda dengan yang lain, Yudha tidak tidur. Dia merebahkan dalam keadaan mata yang masih terbuka lebar. Kebetulan orang yang telentang di sebelahnya adalah Elisha. Sejak awal Yudha memang membidik tempat di dekat gadis itu.
"Elisha, apa kau sudah tidur?" bisik Yudha, yang sontak membuat mata Elisha terbelalak. Dia langsung menoleh ke arah Yudha. Dan wajah lelaki itu tepat berada di hadapannya.
"Yudha, kau mau apa?!" tegas Elisha dengan nada tak kalah pelan. Tangannya reflek melindungi area dadanya.
"Kau pikir aku mau melakukan apa, hah? Tidak mungkin aku nekat melakukannya di sini?" balas Yudha. Merubah raut wajahnya menjadi lebih serius. "Aku hanya ingin bertanya sesuatu. Ini tentang Anton. Aku lupa mempertanyakannya kepadamu tempo hari," lanjutnya menjelaskan. Yudha memposisikan kepalanya menghadap Elisha. Dalam posisi tengkurap.
"Anton?" Elisha mengernyitkan kening. Kemudian dia kembali berucap, "Anton mengira kamu sudah mati. Jadi kau tidak perlu mengkhawatirkannya," ungkapnya, memberitahu.
"Tetap saja. Beritahu aku alamat rumahnya." Yudha mendesak.
"Memangnya kau mau apa?" sahut Elisha penasaran.
"Pokoknya beritahu saja kepadaku!" Yudha mendekatkan mulut ke telinga Elisha. Dia menggertakkan gigi sambil bicara. Mencoba mengancam Elisha.
Jam menunjukkan jam dua dini hari. Kakak-kakak tingkat berteriak dan membangunkan paksa semua mahasiswa baru. Mereka menyuruh semuanya untuk mengenakan atribut dan segera berbaris. Keadaan tersebut membuat Elisha tidak sempat lagi menjawab pertanyaan Yudha.
Yudha kini hanya bisa berdecak kesal sambil melotot ke arah Elisha.
Semua orang telah berbaris. Satu per satu kelompok disuruh menelusuri gedung kampus yang sudah disiapkan. Gedung itu hanya diterangi dengan lampu berwarna merah. Di sana beberapa kakak tingkat yang bertugas, telas siap menyambut.
Perlahan Yudha mengalihkan pandangannya ke depan. Dia mengamati pakaian serta aksesoris yang dikenakan oleh para kakak tingkat. Terutama Reyhan. Yudha ingat Reyhan mengenakan sepatu kets berwarna putih kemerahan. Jam tangan bermerek ternama yang tidak pernah terlepas.
"Yud!" Damar menepuk pundak Yudha. Berhasil membuat Yudha tersentak kaget.
"Kenapa?!" Yudha mengerutkan dahinya.
"Serius banget sih. Kamu gebet salah satu kakak tingkat ya?" goda Damar. Asal menebak.
Yudha hanya diam. Sebab dia sama sekali tidak berminat meladeni omong kosong Damar. Dirinya masih berusaha mengamati kakak-kakak tingkat dengan seksama. Terutama untuk yang terlihat beranjak pergi ke dalam gedung. Dengan begitu, Yudha nanti akan tahu siapa saja orang yang mengenakan topeng.
Kebetulan kelompok Yudha kena giliran kedua untuk menelusuri gedung. Sekarang mereka tengah menunggu. Yudha terlihat menatap sebal Elisha. Dia masih jengkel dengan gadis itu.
Tidak lama kemudian, kelompok Yudha mendapati giliran untuk masuk ke dalam gedung. Mereka hanya diperbolehkan menbawa satu senter, yang tengah dipegang oleh Tiara.
Dari kejauhan tampak Erin menunggu di depan ruangan. Dia terlihat berdiri bersama dua kakak tingkat lainnya. Mempersilahkan Yudha dan kelompoknya masuk ke dalam ruangan.
"Kalian pasti lapar kan? Sebelum melakukan penelusuran semakin jauh, lebih baik makan dulu," ujar Erin sembari menyendok makanan misterius dari sebuah panci ke dalam mangkok.
Yudha, Elisha dan yang lainnya telah duduk di meja makan. Mereka menunggu hidangan dari Erin.
"Mati kita!" gumam Damar dengan wajah tegangnya.
"Kenapa?" tanya Tiara dengan nada berbisik.
Belum sempat Damar menjawab, Erin telah datang membawa satu mangkok makanan. Hidangan yang disuguhkannya membuat mata semua orang terbelalak. Tiara bahkan reflek menutup mulutnya akibat sudah merasa mual.
Bagaimana tidak? dalam mangkok suguhan Erin terdapat bubur aneh dengan hati ayam yang dicampur sirup berwarna merah.
"Silahkan dimakan. Mau satu orang satu, atau cukup ini saja?" tawar Erin dengan senyuman tak bersalah
"Ini aja Kak!" ucap Damar yakin.
"Oke. Harus habis ya, kalau nggak kami akan tambah satu mangkuk lagi untuk kalian!" terang Erin.
Yudha dan yang lain harus memakan hidangan di dalam mangkok. Jika ada yang tidak kebagian, maka Erin akan menambah satu sendok bubur lagi dari panci.
"Bhuwek!" Tiara tanpa sengaja memuntahkan makanannya. Isi dalam perutnya juga ikut-ikutan keluar dari mulutnya. Menyebabkan Erin bergegas untuk mengambil tindakan.
"Manja-nya nih anak. Belum juga masuk mulut udah gitu. Ke buang-buang kan makanannya! sekarang masukan lagi makanan yang ada di lantai ke perutmu!" titah Erin dengan mata yang menyalang.
Yudha terperangah mendengar suruhan Erin. Apalagi saat menyaksikan betapa belagunya sikap kakak tingkat perempuannya itu. Dia memastikan lebih dahulu, apakah Erin serius dengan perkataannya.
"CEPAT!!" desak Erin. Dia kini memasang pose berkacak pinggang.
Mimik wajah Tiara mulai masam. Dia perlahan bangkit dari tempat duduk, lalu berjongkok untuk meraih muntahannya yang ada di lantai. Sebelum melakukannya dia mendongak sejenak untuk memastikan keseriusan Erin.
"Ini beneran Kak?" tanya Tiara ragu.
"Ya beneran lah kampret!" Erin memaksa Tiara untuk kembali menunduk. Melanjutkan apa yang harusnya dilakukannya sedari tadi. Erin mulai menyentuh sisa makanan yang ada di lantai.
"Kenapa kalian diam saja?" timpal Yudha kepada semua teman kelompoknya yang tidak berani bersuara, apalagi melawan. Yudha memutar bola mata jengah, lalu bangkit dari tempat duduk.
"Kak! Menurut saya kegiatan ini sudah melebihi batas wajar!" ungkap Yudha seraya menatap berani ke arah Erin. Ketiga kakak tingkat yang kebetulan di sana saling berpandangan ketika melihat keberanian Yudha.
"Terus kalau berlebihan, kamu mau apa?!" Erin melangkah ke hadapan Yudha. Masih dengan pose berkacak pinggangnya. Dia mengintimidasi dengan pelototan tajam dimatanya.
"Bukankah nanti pihak kampus akan marah?" balas Yudha. Imbuhannya malah membuat Erin dan kawan-kawan tertawa geli. Yudha hanya bisa mengepalkan tinju ditangannya. Dia mencoba menahan amarah.
"Makanan ini nggak mematikan loh. Malah bergizi!" kata Erin dengan santainya. Dia menyuruh Tiara untuk kembali duduk, dan menarik Yudha mendekat ke tempat muntahan Tiara berada. Erin memaksa Yudha untuk menggantikan Tiara.
"Nah, gimana kalau kamu aja yang makan!" Erin memaksa Yudha untuk berjongkok. Dia bahkan mengambilkan sendok untuk Yudha.
"Sendok aja biar mudah makannya, hahaha!" komentar Niken, salah satu kakak tingkat yang juga ada dalam ruangan.
Yudha menundukkan kepala. Menutupi ekspresinya sendiri yang tengah asyik berseringai. Dia berniat akan melakukan hal gila untuk mengerjai Erin dan kawan-kawan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Rasti Rasti
senior ma gitu sok so an padahal hatinya pada hello kitty
2021-12-06
4
Jumia Mia
gemes sama erin... ingin ku makan sekalian dianya😏
2021-11-10
1
hana
jadiin target sekalian aja mereka Yud, 😁😁😁
2021-11-10
1