...✪✪✪...
Sekarang Yudha dan Elisha telah tiba di kantor BK. Di sana mereka duduk bersebelahan. Sedangkan Pak Wanto duduk di hadapan mereka.
"Jadi bisakah kalian jelaskan alasan, kenapa bisa berduaan di dalam gudang?" tanya Pak Wanto serius.
"Kami cuman bicara..." lirih Elisha dengan keadaan kepala yang menunduk.
"Aneh! kenapa harus bicara di tempat yang sepi." Pak Wanto merespon sinis.
"Tetapi itu benar Pak!" tegas Yudha. "Jika Bapak mengira kami melakukan hal yang buruk, apakah Bapak punya bukti?" tambahnya dengan mimik wajah yang meyakinkan.
Pak Wanto sontak terdiam seribu bahasa, karena memang benar dirinya tak punya bukti. Bahkan kebetulan di lokasi tersebut kamera pengawasnya sedang rusak.
"Oke, tetapi kalian tetap akan mendapat poin minus, karena tidak masuk kelas!" Pak Wanto menjeda kalimatnya sejenak. "Dan Yudha, kau mendapat poin besar karena sudah berani merokok di sekolah!" lanjutnya geram.
"Iya Pak, aku benar-benar minta maaf dan tidak akan mengulanginya lagi." Yudha segera bangkit dari tempat duduknya, lalu sedikit membungkuk hormat ke arah Pak Wanto. Elisha yang melihat perilaku Yudha lantas ikut-ikutan melakukan hal yang sama.
"Ya sudah! sana masuk kelas gih! dan jangan pernah ulangi lagi, terutama kamu Yud, anak berprestasi kayak kamu harus berperilaku baik!" Pak Wanto memberikan nasehat.
"Baik Pak!" sahut Yudha sambil tersenyum tipis. Dia dan Elisha pun diperbolehkan keluar dari ruangan.
"Aku tak percaya ternyata sifat aslimu begini!" ujar Elisha sembari melirik ke arah Yudha.
"Kan sudah ku-bilang bahwa memang beginilah jati diriku," ujar Yudha, kemudian mendekatkan mulutnya ke telinga Elisha. "Dan hanya kau yang tahu, bahkan ketiga cecungukku itu tak tahu apa-apa!" sambungnya, kemudian berlalu pergi begitu saja.
Yudha sekarang memasuki kelasnya. Kedatangannya tentu kembali mendapat sorotan. Bagaimana tidak? untuk kali pertamanya, murid teladan seperti Yudha terlambat memasuki kelas.
"Yudha? kau kenapa sangat terlambat?!" tanya Bu Mina dengan dahi yang berkerut.
"Aku tadi ada urusan sebentar Bu!" jawab Yudha pelan.
"Ya sudah, duduk sana!" suruh Bu Mina. Yudha pun segera berjalan menuju tempat duduknya.
Yudha yang baru saja tiba tentu langsung diserang beragam pertanyaan dari ketiga sahabatnya. Namun seperti biasa, Yudha mampu menghadapi semuanya dengan tenang.
"Kamu ngapain sama Elisha tadi?" tanya Ben dengan nada pelan. Dia kebetulan duduk di sebelah kanan Yudha. Ben dan Sandi yang lokasi duduknya berada di sekitar Yudha sontak memasang kuping mereka baik-baik.
"Rahasia!" balas Yudha. Ketiga teman-temannya yang mendengar lantas cekikikan bersama. Pikiran mereka melayang kemana-mana.
Beberapa jam terlewati, waktu pulang telah tiba. Yudha dan ketiga temannya berjalan menuju gerbang sekolah bersama. Kebetulan sekali, Yudha menyaksikan kehadiran Anton dari jauh. Seperti biasa, lelaki berperawakan gemuk tersebut kembali merundung seorang siswa.
Tanpa pikir panjang, Yudha pun segera berderap menghampiri kebaradaan Anton. Dia berniat menolong siswa berkacamata yang bernama Edy.
"Yud, sebaiknya kita tidak ikut campur!" Sandi mencoba mencegah niat Yudha. Dia menggenggam erat pergelangan tangannya. Namun usahanya sama sekali tidak dihiraukan.
Yudha menghempaskan tangan Sandi begitu saja, lalu menggerakkan kakinya menghampiri Anton.
"Ton! menjauhlah dari Edy!" tegas Yudha sembari berdiri membelakangi Edy.
"Wah, wah! ada pahlawan kesiangan nih!" sinis Anton, kemudian tergelak bersama kedua temannya. Yudha yang mendengar hanya berseringai. Dia membalikkan badan untuk membantu Edy yang sedari tadi terduduk di tanah untuk berdiri.
"Kau tidak apa-apa kan?" tanya Yudha. Edy langsung menganggukkan kepala.
"Sialan! kau makin ngelunjak ya!" geram Anton yang tak terima dengan perlakuan Yudha terhadap Edy.
Anton mencengkeram kerah baju Yudha. Namun aksinya tersebut berhasil menarik atensi semua orang disekitar. Seperti biasa, semua orang selalu berada di sisi murid teladan. Siapa lagi kalau Yudha Antariksa. Anton langsung mendapatkan sindirian dan pelototan dari beberapa orang.
Sandi, Ello dan Ben yang merupakan teman Yudha segera bergegas menyusul. Dengan cekatan mereka melepaskan cengkeraman Anton dari kerah baju Yudha.
"Dasar belagu!" cibir Anton sambil menggertakkan gigi. Dia saling bertukar tatapan tajam dengan Yudha. Setelahnya Anton dan kedua temannya pun segera beranjak pergi.
"Seperti biasa, dia selalu tak berani kalau di hadapan orang banyak!" ucap Ben sembari menggelengkan kepala.
"Gara-gara nggak punya orang tua tuh, makanya kelakuannya gitu. Aku kasihan sama neneknya Anton! katanya dia harus berjualan menjajakan kue untuk mendapatkan uang sekolah Anton." Ben bercerita.
"Dari mana kau tahu?" tanya Yudha penasaran.
"Ceritanya sudah menjadi rahasia umum," terang Ben singkat.
"Terima kasih Yud!" ujar Edy yang ternyata sedari tadi mencari waktu yang tepat untuk bicara. Dia bicara dengan keadaan kepala menunduk.
"Berhati-hatilah!" balas Yudha ramah. Lagi-lagi ia berhasil menguatkan reputasinya. Beberapa orang kembali terkagum kepadanya. Padahal sekarang dirinya tengah berniat menculik Anton dalam waktu dekat.
"Yudha! besok kau ulang tahun kan?" Dea tiba-tiba datang menghampiri.
"Iya, kenapa?" sahut Yudha.
"Emmm... apa kau akan mengadakan pesta?"
Yudha segera menggeleng tegas. "Tidak!"
"Kenapa tidak Yud? yaaah... padahal kami juga mengharapkannya!" Sandi ikut menimpali.
"Iya, pasti seru. Kami juga pengen mampir ke rumah mewahmu!" tambah Ello.
"Dasar kalian! bilang saja mau makan gratis!" geram Yudha sambil mengarahkan tinju ke arah ketiga temannya secara bergantian. Namun ketiga temannya hanya merespon dengan tawa geli. Mereka tak bisa mengelak, kalau yang diucapkan Yudha memanglah benar.
"Gimana kalau aku--"
"Oke, aku akan pikirkan mengenai pesta tadi!" Yudha sengaja memotong kalimat yang hendak diucapkan Dea.
"Benarkah?" Dea melebarkan matanya penuh semangat. Ketiga teman Yudha pun ikut merasa girang. Setelahnya mereka pun berpisah, dan menuju ke arah pulang masing-masing.
Ketika keluar dari gerbang, Yudha menyaksikan mobil sang ayah sedang menunggunya. Penampakan mobil itu sontak mengukir senyuman diwajah Yudha. Dia segera berderap mendekati mobil Ferdi.
"Kenapa Ayah yang menjemputku?" tanya Yudha, yang sudah masuk ke dalam mobil. Dia memposisikan diri duduk di samping sang ayah.
"Bukankah kita akan menangkap tawanan pilihanmu?" Ferdi berbalik tanya.
"Ayah benar, ayo! aku yakin Anton masih belum berjalan jauh," imbuh Yudha seraya memasang sabuk pengamannya. Selanjutnya Ferdi pun mulai menjalankan mobilnya.
Dari belakang mobil yang di kendarai Ferdi, terdapat mobil lain yang mana di dalamnya ada Deny dan kedua rekannya. Mereka siap membekap Anton di waktu yang tepat.
"Nah itu orangnya Yah!" ujar Yudha sembari menunjuk ke arah lelaki yang berpakaian seragam sama sepertinya, tetapi badannya lebih berisi.
Kala itu, Anton tampak memasuki sebuah gang. Ferdi dan Deny sama-sama memarkirkan mobil ke pinggir jalan. Sebelum beraksi, mereka tentu memeriksa suasana terlebih dahulu. Termasuk memeriksa saksi mata dan juga kamera pengawas.
Sungguh keberuntungan untuk Yudha, namun kesialan bagi Anton. Sebab suasana kebetulan tengah sepi, bahkan tak ada kamera pengawas yang terlihat. Tanpa ba-bi-bu, Deny dan kedua rekannya segera berjalan menghampiri Anton. Mereka melayangkan sapu tangan yang telah di olesi dengan obat bius. Anton pun kehilangan kesadaran hanya dalam hitungan detik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Ibrahim Hans
Bocah edyaaaannn iki
2021-12-28
2
mothur
gile
2021-12-22
0