...✪✪✪...
Yudha baru saja turun dari mobilnya. Seperti biasa kedatangannya ke sekolah selalu berhasil mendapatkan sorotan dari banyak orang. Tidak hanya untuk teman sebayanya, bahkan juga para guru.
Ketiga sahabat karibnya langsung menyambut kedatangannya. Mereka berjalan menyusuri koridor sekolah bersama-sama. Kala itu mereka kebetulan melihat Elisha sedang dirundung oleh Dea dan gengnya.
Tanpa basa basi, Yudha pun langsung berjalan menghampiri keberadaan Elisha. Rambut gadis tersebut terlihat sudah acak-acakan.
"Dea! apa yang kau lakukan?" timpal Yudha dengan keadaan mata yang menyalang. Dia berusaha melindungi Elisha, dengan cara berdiri di hadapannya.
"Yud! kenapa kamu malah membela psikopat ini sih!" geram Dea, yang sangat kesal dengan pembelaan Yudha terhadap Elisha.
"Apa maksudmu psikopat?" tukas Yudha.
"Dia terobsesi kepadamu Yud! gadis itu benar-benar menjijikan!" ujar Dea seraya meringiskan wajah.
"Apa salahnya? bukankah yang terpenting dia tidak menyakiti orang lain?"
"A-apa? kau masih membelanya?" Dea terperangah tak percaya.
Dikarenakan sudah kalah telak, Dea dan kedua temannya pun berlalu pergi begitu saja.
"Yang benar Yud? aku bahkan juga sama terkejutnya dengan Dea!" ungkap Sandi. Namun omongannya sama sekali tidak mendapat hirauan dari Yudha.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Yudha sembari merapikan rambut Elisha yang acak-acakan.
"Bisakah kalian tinggalkan aku dan Elisha berdua?" Yudha berbicara kepada ketiga temannya.
"Oh..." Ello menyenggol lengan Ben dengan sikunya, mereka bertukar tatatapan penuh arti. Keduanya tahu betul Yudha sedang ingin melakukan sesuatu terhadap Elisha.
"Ya sudah, ayo kita pergi guys!" ajak Sandi yang juga paham maksud Yudha. Mereka tak lupa melayangkan tatapan mengejek ke arah Yudha.
"Nikmatilah waktu kalian, oh iya, karena sebentar lagi bel masuk kelas berbunyi, kalian hanya punya waktu delapan menit!" Sandi yang sudah berjalan jauh memekik lantang. Yudha yang mendengar hanya bisa menggeleng maklum.
"Ka-kau mau bicara apa Yud?" Elisha bertanya sambil menundukkan kepala.
"Ikut aku!" Yudha membawa Elisha ke suatu tempat. Setelah menemukan tempat yang jauh dari keramaian, ia pun berhenti. Tepatnya di sebuah gudang yang penuh akan meja dan bangku tak terpakai. Yudha tiba-tiba memojokkan Elisha ke sebuah meja.
"Besok adalah ulang tahunku El," ujar Yudha yang semakin mendekatkan wajahnya.
"Benarkah?" Elisha akhirnya mendongakkan kepala. Dia dan Yudha sekarang saling menatap lekat.
Yudha perlahan mendekatkan mulut ke telinga Elisha dan berbisik, "Aku mau hadiah darimu..."
Deg!
Jantung Elisha berdegub kencang. Sekujur tubuhnya merinding seketika, kala orang yang disukainya begitu dekat dengannnya. Namun sepertinya Yudha hanya memanfaatkannya untuk tujuan lain.
Yudha sekarang memegangi dagu Elisha, dia menyentuh bibir merah muda alami milik gadis tersebut. Elisha seolah membeku, dia hanya terpaku menatap wajah rupawan seorang Yudha.
Selanjutnya, Yudha pun mulai memagut bibir Elisha dengan pelan. Sekarang baik Yudha dan Elisha sama-sama merasakan ada yang menggelitik di perut mereka. Secara alami, Elisha melingkarkan tangannya ke pundak Yudha. Bibirnya ikut beraksi untuk membalas ciuman Yudha.
Lama-kelamaan, pergulatan mulut Yudha dan Elisha semakin intens. Bahkan tangan nakal Yudha mulai menggerayangi setiap jengkal badan Elisha. Perlahan Yudha mengangkat tubuh Elisha, dan mendudukkannya di atas meja. Nafas keduanya mulai tersengal-sengal, karena gairah yang semakin memuncak.
Seragam Elisha yang baru saja dirapikan, sekarang kembali acak-acakan akibat ulah Yudha. Bel pertanda masuk sudah berbunyi, saat itulah Yudha melepaskan tautan bibirnya dari bibir Elisha. Baik Yudha maupun Elisha, keduanya sama-sama tengah mengatur deru nafasnya. Hening terjadi beberapa saat.
"Yud, apakah ini berarti kita..." tanya Elisha, yang memecah kesunyian antara dirinya dan Yudha. Dia masih duduk di atas meja.
"Apa?!" ketus Yudha, dia tak peduli. Sikapnya tersebut sontak membuat mata Elisha membola. "Biarkan aku mengendalikan diri, aku masih harus bersabar. Karena kita masih berada di bawah umur!" tambahnya.
"Kau benar-benar keterlaluan Yud, kau hanya memandangku seperti itu?" kata Elisha gusar sembari merapikan rambut dan seragamnya.
"Bukankah aku tadi sudah bilang, bahwa aku menginginkan hadiah darimu. Dan inilah hadiah yang ku-inginkan. Terima kasih El, karena selalu memberikanku hadiah!" Yudha merekahkan senyum tak bersalah. Dia mengambil sebilah rokok dari saku celananya dan langsung menyalakannya dengan pemantik. Kemudian memposisikan dirinya duduk di sebelah Elisha.
"Jadi, kau cuman mau ini dariku? aku kira kau mencintaiku..." mata Elisha mulai berembun.
Yudha memutar bola mata malas seraya mengeluarkan kepulan asap rokok dari mulutnya.
"Aku menyukaimu," ucap Yudha singkat.
"Karena aku gadis yang mudah?!" tebak Elisha yang sudah merasa kecewa.
"Kau tidak pernah menyerah untuk mendekatiku. Aku suka orang yang seperti itu, dan aku yakin kau akan memberikan segalanya kepadaku." Yudha menjelaskan.
Elisha yang mendengar hanya terdiam. Cairan bening perlahan menetes dipipinya. Dia sekarang melihat siapa jati diri lelaki yang telah dipujanya selama ini. Yudha yang kebetulan melihat hanya mendengus kasar.
"Berhentilah menangis!" perintahnya sembari menghapus air mata dipipi Elisha dengan kasar.
"Aku ingin selalu berada di dekatmu Yud..." lirih Elisha penuh harap. Dia sekarang menangis dengan terisak.
Yudha yang mendengar menggeleng tak percaya dan berkata, "Dea benar, kau sangat terobsesi denganku!"
"Tidak! aku hanya sangat mencintaimu!" bantah Elisha.
"Kenapa? bisakah kau sebutkan alasannya?"
"A-aku..." Elisha meliarkan bola matanya karena kebingungan menjawab pertanyaan Yudha.
"Tuh kan kau tak bisa menjawab. Palingan alasan kau mencintaiku, ya cuman karena melihat wajah dan kekayaanku kan?!" timpal Yudha sambil tersenyum miring.
"Tentu saja tidak!" tegas Elisha yang semakin dibuat kecewa.
"Kalau begitu, paling tidak sekarang kau melihat siapa diriku yang sebenarnya. Beginilah aku El, apa kau masih tetap menyukaiku?" tanya Yudha sambil mencondongkan kepala ke arah Elisha. Dia melayangkan tatapan seakan menuntut jawaban.
"Entahlah!" Elisha membuang muka dari Yudha.
"Aku rasa sudah tidak." Yudha kembali tersenyum seraya mematikan rokoknya.
Ceklek!
Pintu mendadak terbuka, muncullah Pak Wanto. Dia merupakan guru bimbingan konseling yang kebetulan sedang berkeliling lingkungan sekolah. Hal itu sering dilakukannya ketika jam pelajaran pertama di mulai. Dia memastikan semua anak didiknya tidak berada di luar kelas.
"Kalian? apa yang sedang kalian lakukan berduaan hah?!" timpal Pak Wanto.
Yudha dan Elisha yang melihat kemunculan gurunya sontak tersentak kaget. Mata mereka membulat sempurna. Untung saja Pak Wanto tidak memergoki mereka di beberapa menit sebelumnya.
"Kami sedang membicarakan hal penting Pak!" Yudha berusaha melakukan pembelaan kepada Pak Wanto. Dia lagi-lagi bersikap polos dan ramah, seakan apa yang dikatakannya memanglah benar. Yudha sangat pandai berakting.
"Bau rokok! apa kalian merokok hah?!" mata Pak Wanto sekarang melotot tajam. Dengan cekatan Yudha menginjak puntung rokok yang tadi dijatuhkannya ke lantai.
"Itu aku Pak! Elisha sama sekali tidak terlibat. Dia malah berusaha menasehatiku!" lagi-lagi Yudha kembali bertutur kata lembut. Elisha yang sudah mengetahui perangai Yudha yang sebenarnya semakin tak percaya. Namun ia hanya membisu.
"Sudah! yang penting kalian berdua ikut Bapak!" titah Pak Wanto dengan raut wajah sangarnya.
"Ba-baik Pak," respon Elisha yang gugup akibat merasa bersalah. Yudha yang melihat tentu merasa risih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
mothur
heh
2021-12-22
0
MALIN KUNDANG [KEDURHAKAAN]�
yah, tanggung, obsesi aja gk cukup sekalian aja jadi yandare tingkat dewa
2021-12-12
2
Rose_Ni
lanjuttt
2021-12-03
0