...✪✪✪...
Yudha kembali duduk setelah menjelaskan apa yang disuruh Pak Heri. Selanjutnya pelajaran kembali diteruskan.
Setelah kelas selesai, beberapa orang mencoba mendekati Yudha. Saling berkenalan dan menyapa.
"Yud, aku dari awal sebenarnya mau nyapa kamu, tapi kamu jalannya nunduk terus. Ditutupin sama topi lagi!" ucap seorang lelaki bernama Okan. Dia memiliki rambut ikal dan bermata belo. Kebiasaannya selalu memegangi pegangan ranselnya saat bicara.
Yudha hanya merespon ucapan Okan dengan senyumannya. Mendengarkan celotehan lelaki yang nampaknya cerewet tersebut.
"Eh kamu tadi yang naik mobil sedan itu kan?" Reyhan mendadak menghampiri Yudha. Dia sepertinya juga tertarik untuk menjadikan Yudha temannya.
"Memangnya kenapa?" tanya Yudha.
"Bukan apa-apa. Aku cuman memastikan." Reyhan mengulurkan tangan ke arah Yudha. "Kenalin aku Reyhan. Yah... semua anak-anak di sini biasanya manggil aku Kak Reyhan. Tetapi aku akan--"
"Yudha!" Yudha sengaja memotong ucapan Reyhan. Mengabaikan uluran tangannya. Dia lantas bangkit dari tempat duduk dan beranjak keluar dari kelas. Yudha tidak suka berteman dengan orang seperti Reyhan. Bukannya karena sikapnya yang menyebalkan. Akan tetapi karena dominasi yang dimiliki Reyhan.
Yudha yakin jika dirinya bergabung menjadi kelompok teman Reyhan, kakak tingkatnya itu pasti yang memimpin kelompok pertemanan tersebut. Bagi Yudha, dimana pun dia berada, dirinya ingin selalu menjadi orang yang mendominasi. Apalagi dalam kelompok pertemanannya sendiri.
Di kelas tadi sebenarnya Yudha mengamati gerak-gerik semua teman-temannya. Dia memilih siapa saja yang pantas menjadi temannya. Okan salah satunya. Si cerewet dan ceroboh. Yudha bisa melihat kecerobohan Okan, saat lelaki berambut ikal itu merasa kehilangan pulpennya. Tetapi sebenarnya pulpennya itu berada dalam lembaran bukunya. Okan sendirilah yang meletakkannya sedari awal.
Kedua, ada lelaki bernama Beni. Badannya sedikit berisi dan terlihat menyendiri. Dia tidak pendiam. Hanya saja sepertinya belum menemukan teman yang tepat. Dan Yudha, ingin menjadi salah satunya.
"Hei, aku lihat kamu sendiri mulu. Gabung sama aku dan Okan yuk!" Yudha mendekati Beni yang baru saja menerima pesanan minuman.
"Boleh..." sahut Beni. Dia lalu berjalan berbarengan dengan Yudha. Terus manoleh ke arah Yudha tanpa melihat ke depan. Hingga Beni akhirnya tidak sengaja menabrak seseorang yang tidak lain adalah Reyhan.
"Woy! kalau jalan pakai mata dong!" Reyhan melotot tajam kepada Beni.
"Maaf Kak!" Beni segera meminta maaf.
"Dia nggak sengaja kok." Yudha memberikan pembelaan, dan kini dirinya harus ikut menerima tatapan amarah dari Reyhan.
"Ingat ya! aku catat nama kalian berdua. Mati kalian pas Ospek jurusan nanti!" Reyhan mengarahkan jari telunjuknya ke arah Beni dan Yudha. Mengeratkan rahang kesal. Kemudian melingus pergi begitu saja.
"Eh, tunggu--" Beni yang tadinya hendak mengejar Reyhan, langsung dicegah oleh Yudha.
"Udah! nggak guna ngomong sama orang begitu. Mending kita makan aja. Kalau dia nyakitin kamu, lapor ke aku!" ujar Yudha. Membawa Beni masuk ke dalam rangkulannya. Mereka lalu duduk berkumpul bersama Okan.
Ketika duduk, atensi Yudha teralih ke arah Elisha yang duduk sendirian. Gadis itu selalu saja menyendiri seperti biasa. Nampaknya dia tidak memiliki bakat bergaul dengan orang. Namun Yudha berusaha tidak peduli. Toh saat bertemu tadi, Elisha berlagak tidak mengenalnya, jadi dia juga akan melakukan hal yang serupa.
Jam menunjukkan jam tiga sore. Yudha telah menyelesaikan kelas kuliahnya. Seiring berjalannya waktu, teman-temannya kian bertambah. Yudha yang ahli bersikap ramah dan menyenangkan, tentu disukai oleh sebagian besar orang. Bahkan para dosen. Dia juga sangat manis terhadap para perempuan. Selalu membantu dan gentle. Sudah berhasil membuat beberapa kaum hawa di kelasnya klepek-klepek. Menyebabkan kebencian Reyhan kian bertambah.
"Yud!" suara Elisha memanggil. Menghentikan pergerakan Yudha yang tadinya hampir membuka pintu mobil.
"Kenapa? Bukannya kita tidak saling kenal?" timpal Yudha seraya berbalik menghadap Elisha.
"Aku--"
"Oh iya El, aku mau ucapin terima kasih. Sampai sekarang hidupku aman, karena kau ternyata masih melindungiku." Yudha mendekatkan mulut ke telinga Elisha. Berbicara dengan pelan. Tanpa diketahui keduanya, semua orang yang kebetulan berlalu lalang tertarik melihat kegiatan Yudha dan Elisha. Apalagi untuk teman-teman sekelas mereka.
Elisha menelan salivanya sendiri, lalu berkata, "Aku nggak akan kasih tahu siapapun, kalau kau berjanji tidak akan melakukannya lagi!"
"Melakukan apa?" respon Yudha sambil terkekeh geli.
"Tentu saja apa yang sudah kau lakukan kepadaku!" jawab Elisha dengan dahi yang berkerut.
"Bagian mana? bukankah kau menyukai apa yang aku lakukan saat di mobil?" balas Yudha. Dia mengukir senyuman tak berdosa.
"Yudha!" Elisha mendorong, dengan kekuatannya yang sama sekali tidak membuat Yudha terhuyung.
"Mau melakukannya lagi?" permainan Yudha semakin menjadi-jadi.
"Apa-apaan kamu!" Elisha semakin sewot.
"Ayolah El, memangnya kau rela, kalau aku melakukannya dengan gadis lain. Itu sebenarnya mudah bagiku," goda Yudha. Menyebabkan Elisha tidak tahan lagi. Gadis itu berbalik dan beranjak pergi.
Yudha hanya cekikikan sambil memegang pintu mobilnya. Namun untuk yang kedua kalinya, dia harus urung masuk ke dalam mobil. Seorang gadis cantik sudah ada di belakangnya.
"Eh kenalin, aku Fevita. Dari jurusan kedokteran gigi. Aku melihatmu semenjak di kantin tadi," tutur Fevita sembari mengaitkan helaian rambutnya ke daun telinga. Gadis itu terlihat modis. Memakai jaket berbahan jeans dan dress di atas lutut. Rambutnya bergelombang dan berwarna kecokelatan. Make upnya tipis, membuat kecantikan alaminya lebih dominan.
"Namaku Yudha!" sahut Yudha dengan senyuman simpul. Dia menyadari Fevita terus saja menoleh ke arah kedua temannya yang berada di belakang. Seakan mendukung tindakan Fevita yang nekat mendekati Yudha lebih dahulu.
"Kau mau pulang?" tanya Yudha pelan.
"Iya, tentu saja!" Fevita bergegas menjawab. Dia tentu berharap Yudha menawarkan tumpangan.
"Kau mau aku antar? kebetulan setelah ini aku tidak ada kegiatan." Yudha yang paham sengaja masuk ke dalam strategi Fevita.
"Boleh!" Fevita langsung menyetujui.
Yudha pun bergegas masuk ke dalam mobil. Tidak lupa juga untuk menyuruh Fevita duduk dikursi yang ada di sebelahnya.
"Rumahmu dimana?" tanya Yudha sambil fokus menyetir.
"Di komplek Sekar Bima Jaya." Fevita menatap Yudha dengan ujung matanya. Melihat wajah tampan itu, membuat jantungnya berdebar tidak karuan. Apalagi dimatanya Yudha tampak gagah memainkan setir mobil mewahnya dengan lihai.
"Kau mau mampir ke apartemenku sebentar?" tawar Yudha. Dia sebenarnya sedari tadi sadar kalau Fevita terus memandanginya.
"Kau tinggal di apartemen?" respon Fevita sedikit kaget. Gadis genit itu menutup mulutnya dengan satu tangan.
"Iya, bagaimana? kau tertarik mampir?" Yudha kini menoleh. Dia menyaksikan Fevita menganggukkan kepala beberapa kali. Pertanda kalau gadis itu dengan senang hati mengiyakan ajakannya.
Yudha tersenyum miring. Dia sekarang melajukan mobil untuk menuju apartemennya.
Ketika baru memasuki lift, Yudha lagi-lagi bertemu dengan wanita paruh baya yang sebelumnya sering menegurnya.
"Wah, wah... beda lagi pacarnya Mas?" tegur si wanita paruh baya dengan decakan remeh seraya menggeleng kepala. Seolah miris terhadap kelakuan Yudha.
Yudha hanya tersenyum tipis untuk membalas teguran wanita paruh baya tersebut. Namun dalam hatinya berkata, 'Bersiaplah nek lampir, sebentar lagi lidahmu itu akan kupotong!'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Nana Nainggolan
Thor,klo sosok ny Yudha seorang pemuda pintar dan pemberani aku setuju,tpi jangan buat penjahat kelamin y Thor,
2023-01-10
0
Eny Rihana
Novelnya keren tpi kenapa like nya sepi x🤨
2022-03-04
2
Yanti Tamo Ina
awas lu nene lampir🤣😡
2021-11-04
7