...✪✪✪...
Warning! Terdapat adegan dewasa! Kalau merasa tidak nyaman, langsung baca pragraf setelah gambar pembatas!
..._______...
Elisha reflek menjauh dari Yudha. Meskipun begitu, dia tidak bisa membantah darah yang berdesir di seluruh badannya. Elisha lekas-lekas menahan tangan Yudha yang hampir menyentuh alat vitalnya.
"Yud! jangan macam-macam kamu!" tegas Elisha. Memberanikan diri mempelototi Yudha.
"Bukankah kau pernah bilang, kalau kau suka sentuhanku?" sahut Yudha. Dia membalas tatapan tajam Elisha dengan binar mata teduh. Dengan wajah tampannya itu, Yudha mampu menaklukkan ketegasan Elisha menjadi ciut.
Satu tangannya yang memegang tisu berisikan olesan obat bius, masih disembunyikan dari balik kursi Elisha. Yudha sekarang tergoda akan hal lain. Dia baru menyadari, bahwa tampilan gadis yang sering tampil kolot di hadapannya telah banyak berubah. Elisha lebih rapi dan cantik. Sepertinya kedua orang tua tirinya sudah merawatnya dengan baik.
Yudha bergegas memasukkan tisu yang dioles obat bius ke dalam saku celana.
"Apa itu?" Elisha yang melihatnya sontak menegur. Namun Yudha tak menjawab, karena dirinya kini menyambar bibir ranum milik Elisha dengan mulut.
"Mmmphh!" Elisha berusaha melakukan perlawanan. Akan tetapi tenaga Yudha yang lebih kuat, memegang erat kedua tangannya. Lama-kelamaan Elisha mengalah. Dia terlena akan sentuhan Yudha. Malah gadis itu sekarang menarik kerah baju Yudha agar bisa lebih dekat.
Ciuman panas tersebut berlangsung lama. Hingga perlahan Yudha mulai memindah sentuhan ke leher Elisha. Membuat Elisha semakin kesulitan mengatur deru nafasnya. Dia merasakan gelitikan tajam di perut, yang menandakan kalau dirinya benar-benar menerima perlakuan Yudha. Apalagi kini lelaki tersebut sudah bebas memainkan tangan ke beberapa bagian tubuh pribadi milik Elisha. Gadis itu sesekali melenguh tanpa sengaja.
Yudha membawa dirinya dan Elisha ke kursi belakang mobil. Dia lekas-lekas melepaskan seluruh pakaiannya. Hal yang sama juga dilakukan Elisha. Keduanya segera menyatu dalam tubuh.
Setelah puas saling meluapkan gairah, Yudha bergegas mengenakan pakaian. Dia juga menyarankan Elisha untuk melakukan hal serupa.
"Yud, aku sebenarnya terkejut dengan kedatanganmu. Semua orang sudah menganggapmu mati," celetuk Elisha yang baru saja mengenakan dressnya.
Yudha tersenyum tipis. "Kau pasti sangat merindukanku," ucapnya.
Elisha menundukkan kepala sembari memainkan jari-jemarinya. "Jujur saja iya. Sebenarnya awalnya, aku tidak mempercayai apa yang dikatakan oleh Anton. Tetapi luka tusukan yang ada dipahanya membuatku percaya. Aku..."
Yudha diam-diam mengambil tisu dari saku celana. Membiarkan Elisha terus bercerita. Tanpa pikir panjang, dia pun langsung membungkam hidung dan mulut Elisha dengan tisu beroleskan obat bius.
Elisha sempat memberontak. Dia bahkan memukul-mukulkan tangannya ke wajah Yudha. Tetapi seperti biasa, tenaganya bukan tandingan untuk seorang Yudha. Dalam selang beberapa detik Elisha pun tidak sadarkan diri.
Yudha menggendong Elisha ala bridal style dengan tenangnya. Jika ada orang yang menegur, maka dia akan berkata, "Pacarku sedang tertidur, dia sangat kelelahan." Yudha mengatakannya dengan senyuman manis. Berakting seperti biasa. Tidak ada yang curiga, dia melakukan perjalanan mulus menuju kediamannya sendiri.
Sesampainya di apartemen. Yudha langsung mengikat Elisha di sebuah kursi. Menyumpal mulutnya dengan seutas kain. Dia lalu menguncinya di kamar mandi.
Yudha menghempaskan tubuh ke kasur. Ditangannya terdapat formulir untuk kuliah. Dia tadi sempat mengambilnya dari atas nakas. Yudha berniat masuk kuliah ke Fakultas Kedokteran. Dengan nilai-nilai sempurnanya, tentu bukan perkara yang sulit untuk memasuki pendidikan kedokteran. Dia memang dikenal jenius sejak kecil.
Tok! Tok! Tok!
Seseorang mengetuk pintu kamar. Yudha yakin orang yang ada di depan pintu adalah Deny.
"Masuklah!" pekik Yudha.
Pintu terbuka, sosok Deny pun muncul. Dia terlihat membawa lembaran kertas serta flashdisk ditangannya. Segera mengambil laptop, lalu duduk didekat Yudha.
"Aku menemukan hal baru. Salah satu orang bertopeng terlihat membuka topengnya. Lihat!" Deny menunjukkan video yang lagi-lagi dia dapatkan dari black box mobil.
"Wajahnya lumayan jelas. Aku yakin kita bisa menemukan orang ini!" Deny melanjutkan penjelasan.
"Bagaimana? Aku rasa akan memakan waktu yang lama. Aku tidak ingin menunggu terlalu lama!" balas Yudha seraya berdecak kesal. Dalam benaknya tiba-tiba terbersit sesuatu.
"Astaga, aku baru kepikiran!" ungkap Yudha.
"Apa?" tanya Deny penasaran.
"Bukankah polisi yang bertugas bersekongkol dengan Mr. A? Kenapa kita tidak menculik salah satu dari mereka saja?" usul Yudha. Dia tahu, karena polisi sama sekali tidak menyinggung mengenai pembantaian, atau pembunuhan yang dilakukan oleh Mr. A dan komplotannya. Yudha yakin polisi juga terlibat untuk menutupi insiden yang sebenarnya terjadi. Bahkan Yudha sempat berpikir, kalau beberapa orang bertopeng, bisa saja adalah polisi.
"Ide bagus! tetapi kita harus berhati-hati. Karena orang yang akan kita culik adalah seorang polisi. Resikonya besar!" Deny mencoba mengingatkan.
"Ah! kau tenang saja." Yudha menepuk pelan pundak Deny. "Kertas-kertas apa ini?" Yudha menunjuk kertas yang tadi dibawa oleh Deny.
"Ini adalah identitas baru untukmu. Aku sudah mengurus semuanya. Dari KTP, bahkan kartu SIM. Dahulu namamu Yudha Antariksa, sekarang berubah menjadi Yudha Angkasa.
"Baguslah! yang terpenting kau sudah memusnahkan semua fotoku yang tersebar. Baik di sekolah-sekolah atau dimana pun itu," respon Yudha. Dia berdiri dan berjalan menuju pintu.
"Yud, mana gadis itu? kau sudah berhasil menangkapnya kan?" pertanyaan Deny sontak menghentikan pergerakan kaki Yudha.
"Iya, dia ada di kamar mandi. Masih belum sadar. Aku akan mengurusnya jika dia sudah siuman," jawab Yudha. Kemudian melanjutkan langkahnya.
Setelah makan malam sebentar, Yudha menyibukkan diri memainkan laptop. Dia mencoba mencari-cari nama polisi yang menurutnya mencurigakan.
Yudha membaca puluhan artikel di internet. Dia selalu merasa risih ketika membaca perihal reputasi keluarganya sekarang. Bagaimana tidak? setelah insiden kebakaran, kedok bisnis ilegal milik Ferdi tersebar. Beruntung, hanya bisnis narkoba yang berhasil dikuak oleh orang-orang. Namun tetap saja, reputasi itu menyebabkan Yudha kesulitan menjalani kehidupan dengan memakai nama asli. Dia terpaksa berpura-pura mati, dan memilih hidup dengan identitas baru.
Yudha bahkan menyuruh Deny menghapus data serta foto tentang dirinya yang tersebar. Tujuannya adalah, agar semua orang sulit menemukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments