KONTRAKAN BERHANTU [ END ]
Bagas melemparkan tinju ke udara usai menandatangani kontrak kerja di salah satu pabrik gula sesuai yang ia cita-citakan selama ini.
"Aman sudah masa depanku sekarang," gumamnya.
Bagas menyempatkan diri untuk mengirim pesan singkat pada keluarganya dan kekasihnya untuk memberitahu kabar bahagia ini sebelum kemudian ia lajukan motornya untuk berkeliling desa sekitar guna mencari rumah kost atau kontrakan.
Hari kian terik saat Bagas memutuskan untuk berhenti di sebuah warung di pinggir jalan untuk makan siang.
"Pak tolong es teh jumbo satu sama nasi sotonya juga satu!"
"Iya mas."
Tak lama, pesanannya disajikan. Bagas mengucapkan terima kasih sembari bertanya, apakah ada rumah kost atau kontrakan di sekitar sini.
"Mas ini perantauan ya?" tanya bapak pemilik warung.
"Iya pak, hari ini saya diterima kerja di perusahaan gula. Jadi, sekarang saya sedang mencari rumah kost atau kontrakan untuk saya tinggali."
"Kalau mas mau, ada satu rumah di gang depan sana. Rumahnya masih bagus, sangat terawat dan murah."
"Wah cocok sekali pak, boleh deh, setelah ini saya coba kesana, terima kasih banyak pak."
"Iya sama-sama."
Usai makan, Bagas lekas bergegas menuju rumah yang diinformasikan oleh bapak pemilik warung tadi. Benar saja, ada satu rumah yang terdapat papan bertuliskan "DISEWAKAN" di depannya. Tertera juga sebuah nomer telepon untuk dihubungi. Tanpa pikir panjang, Bagas lekas mengubungi nomer tersebut. Usai membuat janji, Bagas menunggu si pemilik rumah di atas motornya.
Tak lama kemudian datang seorang lelaki paruh baya bernama pak Hasan, dialah pemilik dari rumah yang sedang disewakan ini.
"Mas Bagas ya?"
"Iya pak Hasan, saya Bagas."
"Ya-ya, yuk mari masuk, saya tunjukkan bagian dalam rumahnya!"
"Iya pak."
Pak Hasan membukakan pintu dan mempersilahkan Bagas untuk masuk. Rumah itu cukup luas untuk seorang bujang sepertinya. Ada ruang tamu dan dua kamar tidur ditambah satu dapur juga satu kamar mandi. Ada juga ruang tengah dan semua fasilitas tersedia lengkap, mulai dari kasur, sofa, televisi, kulkas hingga kompor untuk memasak.
"Barang-barang ini nanti bagaimana pak?"
"Oh.. ini pakai saja mas! dulu rencananya mau ditempati anak saya tapi ternyata, dia mendapatkan pekerjaan yang lebih menjanjikan di Surabaya, jadi sekarang saya sewakan."
"Wah, pasti mahal nih. Luas, perabotan lengkap dan masih ada halaman depan juga belakang."
Pak Hasan tertawa.
"Tidak mas, kalau mas Bagas mau, empat juta saja setahun."
"Serius pak?"
"Iya mas, itung-itung dari pada kosong nanti tambah rusak."
"Benar itu pak, yasudah saya mau. Sebentar pak, saya transfer langsung ke rekening bapak ya pembayarannya?"
"Iya mas, sekalian saya buatkan sekarang kwitansinya."
Usai melakukan proses pembayaran, pak Hasan menyerahkan sebuah kunci pada Bagas dan kemudian pamit pulang. Bagas sangat puas dengan rumah kontrakan yang di dapat. Bahkan, ia langsung membuat video room tour kontrakan baru lalu mengirimkannya di grup keluarga serta kekasihnya. Banyak yang berkomentar bahwa Bagas beruntung mendapatkan rumah kontrakan yang luas, fasilitas lengkap dengan harga yang murah.
Bagas meletakkan ponsel di nakas lalu mulai menata pakaiannya di lemari. Setelah itu, ia beranjak untuk membersihkan diri.Usai mandi, Bagas melihat kulkas yang masih kosong dan berencana membeli telur, kecap, saos, sekardus mie instan, air galon sekaligus hendak mampir ke warung tadi siang untuk membeli makan malam.
Bagas melajukan mesin motornya ke toko klontong terdekat untuk berbelanja.
"Mas orang mana ya? kok rasanya, saya belum pernah melihat."
"Oh, saya Bagas buk. Penghuni baru kontrakan pak Hasan."
"Rumah bercat hijau itu ya mas?"
"Betul buk."
"Tinggal berapa orang di sana?"
"Sementara sendiri buk karena saya masih bujang," jawab Bagas yang lekas mengundang gelak tawa.
"Baru masuk hari ini apa sudah beberapa hari?"
"Baru tadi siang."
"Berapa mas setahunnya?"
"Murah cuma empat juta."
"Jelas saja murah mas, rumah itu sudah kosong lama."
"Iya buk tapi kondisinya masih sangat terawat."
"Oh.. semoga betah ya mas!"
"Iya buk, terima kasih."
Karena belanjaannya banyak, Bagas memutuskan untuk meletakkannya di rumah dulu baru kemudian kembali melaju menuju warung makan tadi siang. Namun ternyata, warungnya sudah tidak ada. Bukan tutup, lebih tepatnya hilang karena tak meninggalkan sedikit pun bekas. Hanya ilalang setinggi lutut yang terlihat. Bagas yang merasa bingung coba berpikir sejenak.
"Apa aku salah ya? seingatku di sini lokasinya."
Kemudian, seorang bapak-bapak datang menyapa Bagas.
"Mas, ada apa kok kelihatannya bingung?"
"Oh enggak pak cuma lagi mikir aja, seingat saya, tadi siang makan soto di sini. Sekarang kok jejaknya hilang ya? bahkan hanya meninggalkan ilalang setinggi ini saja."
"Mas yakin makan di sini?"
"Yakin pak."
"Tapi.. sejauh saya tinggal, tidak pernah melihat ada warung."
"Gitu ya pak? mungkin, saya saja yang lupa lokasi tepatnya. Ohya pak, di mana lagi ya ada warung makan, saya lapar?"
"Di sana mas, agak kesana ada warung yang jual macam-macam penyetan."
"Baik pak, terima kasih. Saya pamit dulu ya!"
"Iya mas."
Usai membeli ayam dan lele penyet, Bagas lekas bergegas kembali pulang. Bagas sengaja membungkus makanannya karena berencana memakannya nanti malam.
"Alhamdulillah, selesai semua, tinggal istirahat." gumamnya.
Malam pun datang, Bagas menonton televisi sembari manyantap penyetan yang tadi ia beli. Suasana malam terasa sepi dan memang begitulah di desa. Bagas menyelesaikan agenda makannya lalu berbincang dengan kekasihnya melalui sambungan telepon. Cukup lama Bagas berbincang hingga jam menunjukkan pukul sembilan malam.
Bagas merebahkan tubuhnya di kamar dan mulai memejamkan mata. Rasanya baru sebentar ia terlelap, ia merasa ada tangan yang mengusap kakinya berulang kali. Tanpa sadar, dia menyangka itu ibunya.
"Nanti buk, Bagas masih ngantuk. Nanti Bagas bangun sendiri," ucapnya.
Namun, usapan itu masih terus ia rasakan hingga saat ia sadar bahwa kini, dia berada di kontrakan, bukan di rumah. Bagas masih menutup rapat matanya sembari coba merasakan, apakah usapan itu nyata atau kah hanya halusinasi semata. Ternyata, usapan itu masih ia rasakan, alhasil ia buka mata perlahan dan seketika itu juga dia terjingkat karna melihat sepotong tangan wanita yang tengah mengusap kakinya.
"Astaghfirulloh."
Sepotong tangan menghilang bersamaan dengan teriakan Bagas. Bagas mengusap matanya berkali-kali.
"Apa sih? halusinasi ya? kayaknya tadi ada tangan deh. Bukan kali ya? pasti karena belum baca doa nih."
Bagas mengusap wajahnya, mengerjapkan mata berkali-kali. Setelah memastikan tak ada hal ganjil di kamarnya. Lantas ia putuskan untuk membaca doa tidur dan kemudian memejamkan mata. Beruntung kali ini tak ada gangguan lagi hingga pagi.
😊 BAB 1 SELESAI 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
🥰Siti Hindun
kaya'y tu demit pemalu deh, masa yg nampak cuma tangan doang😅
mampir kak..
2024-07-01
0
dyul
Duh.... baru masuk...., dah ada yg usap2 sja... hiiiii..... pantes kontrakannya murah, warung soto juga, jgn2 warung setan...
2023-09-01
1
𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕
𝙖𝙥𝙖 𝘽𝙖𝙜𝙖𝙨 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙠𝙖𝙮𝙖𝙠 𝙉𝙖𝙡𝙖 𝙮𝙖 𝙙𝙞 𝙗𝙖𝙬𝙖 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙟𝙞𝙣 𝙠𝙖𝙧𝙣𝙖 𝙨𝙖𝙮𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙙𝙪𝙜𝙖 𝙠𝙡 𝙧𝙪𝙢𝙖𝙝 𝙠𝙤𝙣𝙩𝙧𝙖𝙠𝙖𝙣 𝘽𝙖𝙜𝙖𝙨 𝙞𝙩𝙪 𝙗𝙚𝙧𝙝𝙖𝙣𝙩𝙪 😅😅😅
2023-07-27
0