Hari pertama Bagas bekerja bisa dibilang lancar. Semua pegawai bersikap ramah padanya. Teman-teman satu timnya di divisi Finance pun terlihat sangat solid. Tak butuh waktu lama bagi Bagas untuk membaur dan akrab terlebih, staf keuangan masih bujang sepertinya, Andre namanya.
"Gas, ke kantin yuk! makan, ngopi sekalian ngrokoknya!" ajak Andre saat jam istirahat tiba.
"Ayo!"
"Kamu tinggal di mana Gas kok gak ada di mess?" tanya Andre di sela-sela agenda makan siang mereka.
"Saya ngontrak di desa Gatra."
"Kenapa ngontrak kalau ada yang gratisan?"
"Gak apa-apa, lebih bebas dan nyaman saja. Enak juga kalau misal ada keluarga yang datang berkunjung, bisa menginap di kontrakan."
"Iya sih, kapan-kapan deh, aku ke kontrakanmu."
"Boleh, nginep juga boleh. Kontrakanku lumayan gede Dre. Ada dua kamar dan aku tinggal masuk, semua fasilitas sudah tersedia."
"Enak banget ya?"
"Rejeki ini namanya, harganya cuma empat juta loh setahun."
"Serius?"
"Serius."
"Untung banyak kamu."
Bagas tertawa ,"iya."
Pulang kerja, Bagas mampir untuk membeli beras dan mampir ke warung di dekat pabrik untuk membeli makanan. Sesampainya di rumah, Bagas lekas membersihkan diri dan kemudian makan. Usai makan, terdengar suara ketukan disertai ucapan salam. Bagas lekas bergegas membukakan pintu dan terlihatlah seorang bapak-bapak di depan pintu rumahnya.
"Waalaikumsalam pak, ada apa ya?"
"Mas, di rumah saya ada acara tahlil 1000 hari almarhumah ibu saya ba'da isya nanti. Kalau mas tidak keberatan, monggo turut hadir!"
"Oh iya pak, nanti saya kesana!"
"Mas siapa ya namanya?"
"Saya Bagas pak."
"Emm, saya Yani. Baiklah kalau begitu, saya pulang dulu!"
"Iya pak Yani, terima kasih."
"Iya mas."
Bagas kembali menutup pintu usai pak Yani berbalik, berjalan kembali pulang ke rumahnya.
"Tahu gitu gak usah beli makan, kenapa gak dari kemarin sih ngundang tahlilnya? kan lumayan hemat uang makan," gumam Bagas diiringi cekikikan.
Seperti yang telah dijanjikan. Bagas menghadiri acara tahlil di rumah pak Yani. Banyak pasang mata menatapnya dan kemudian mulai menanyainya serta mengajaknya berkenalan. Acara tahlil berjalan dengan hikmat hingga tiba saat ramah tamah. Nasi rawon dibagikan, semua warga makan dengan lahap sembari saling bercengkeramah hangat.
"Gimana mas, betah gak tinggal di desa sepi seperti ini?" tanya salah seorang warga.
"Dibetah-betahin pak, sudah cita-cita saya kerja di pabrik gula."
"Ngomong-ngomong ada apa aja di rumah kontrakan pak Hasan?"
"Ada apa maksudnya? oh, ada perabotan lengkap pak."
Jawaban Bagas lekas mengundang gelak tawa.
"Bisa aja nih mas Bagas."
Bagas yang menganggap pertanyaan itu sebagai candaan pun ikut tertawa.
Di rumah, Bagas menyalakan televisi sembari memainkan smartphonenya. Bagas tampak sibuk bermain game saat terdengar suara benda terjatuh.
"Apa tuh? suaranya dari dapur."
Bagas bangkit lalu berjalan menuju dapur. Namun tak ada satu pun barang yang berserakan di lantai. Semua tertata rapi di tempatnya. Kemudian, ia dengar lagi suara benda jatuh dari ruang tamu. Bagas kembali bergegas untuk memeriksanya. Lagi-lagi tak ada apa pun yang mencurigakan. Suara ketiga terdengar dari ruang tengah, dengan langkah ragu, Bagas kembali memeriksa. Ternyata, di sini pun sama, tak ada benda jatuh satu pun. Bagas merasa keheranan lalu memutuskan untuk mematikan televisi dan tidur lebih awal.
Dalam tidurnya, Bagas bermimpi. Ia melihat seorang perempuan duduk menghadap jendela di ruang tamu kontrakannya. Awalnya, Bagas hanya diam memperhatikan. Namun, lama-kelamaan, rasa penasaran kian tak terbendung. Bagas memberanikan diri untuk mendekat dan kemudian menyapa.
"Mbak.. mbak.. mbak ini siapa ya, kok malam-malam ada di kontrakan saya?"
Perempuan itu masih diam tak menjawab. Alhasil, Bagas kembali menanyainya untuk yang kedua kali.
"Mbak ini siapa ya?"
Untuk sesaat, perempuan itu diam namun kemudian ia palingkan wajahnya. Seketika Bagas terkejut hingga tubuhnya terhuyung jatuh melihat wajah perempuan itu yang hancur. Terdapat banyak luka sayatan dan darah segar. Seketika itu juga, Bagas terbangun dari mimpinya dengan kondisi napas tersengal.
"Ya Alloh mimpi apaan sih tadi? serem amat."
Bagas berusaha menormalkan deru napas lalu menenggak air mineral di nakas yang lekas ia muntahkan karena ternyata terdapat seekor cicak yang tengah berendam di gelas minumannya.
"Sial, cicak sialan!" umpat Bagas.
Terpaksa, Bagas berjalan menuju dapur untuk mengambil gelas baru dan air minum. Saat itulah ia merasa seolah ada seseorang di belakangnya. Namun ketika ia berbalik, tak ada seorang pun di sana.
"Halusinasi," gumamnya.
Bagas kembali berjalan memasuki kamar. Kali ini, ia tak lupa membaca doa sebelum memejamkan mata. Tidurnya cukup nyenyak hingga ia merasa seperti ada yang mengoyang ranjangnya. Bagas meraba pinggiran ranjang, coba memastikan apa yang ia rasakan.
"Gempa ya? wah iya gempa."
Seketika Bagas terjingkat karena menganggap telah terjadi gempa. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Tak ada satu barang pun yang bergeser dari tempatnya dan ranjangnya terlihat diam tak bergerak.
"Aneh, parah nih, kayaknya, aku perlu ke dokter deh. Halusinasiku makin parah."
Bagas kembali merebahkan tubuhnya dan mencoba untuk tidur. Dalam tidurnya, lamat-lamat ia merasa seolah ada yang tengah memperhatikannya. Bagas mencoba mengabaikannya karena ngantuk yang tak tertahan. Namun, perasaan itu tak kunjung menghilang. Akhirnya, ia putuskan untuk membuka mata dan sekali lagi dia dibuat terkejut. Ada wajah seorang wanita yang menatapnya tepat di depan wajah. Seketika Bagas beringsut mundur hingga dirinya terjatuh dari ranjang.
"Allohu Akbar Allohhu Akbar"
Terdengar suara adzan subuh berkumandang. Wajah wanita itu pun telah menghilang dan tinggallah Bagas yang meringkuk di lantai kamar sekarang.
Setelah kondisinya tenang, Bagas beranjak ke kamar mandi lalu menunaikan solat subuh, lanjut merebus mie instan untuk sarapan. Bagas memikirkan kembali kejadian yang tadi ia alami. Bagas masih percaya bahwa apa yang ia lihat adalah halusinasi semata meski sudut hatinya yang lain berkata bukan. Wajar saja Bagas beranggapan begitu karena memang dia tergolong orang yang rasional. Hampir sepanjang hidupnya tak pernah melihat penampakan makhluk astral. Begitu pun dengan sekarang, otaknya berusaha keras mengelak. Ia menganggap, apa yang ia lihat adalah hasil dari rasa lelah.
"Nanti malam, aku harus tidur lebih awal dan tidak boleh lupa membaca doa. Sepertinya, tubuhku kurang istirahat jadi memunculkan hal-hal aneh di luar nalar," ucap Bagas sembari menguyah mie instan.
Usai makan, Bagas mengganti pakaian, bersiap untuk bekerja. Sekitar pukul setengah delapan, Bagas telah siap, ransel ia tautkan di punggung dan tak lupa mengunci pintu kontrakan sebelum kemudian melajukan motornya menuju pabrik tempat ia bekerja.
🤗 BAB 2 SELESAI 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
🥰Siti Hindun
untung gak kena tampol sama Bagas ya, tu demit. seenak'y aja nongol depan muka orang😆
2024-07-01
0
dyul
Pabrik gula deket cirebon ya gas..... peace..... 🤣🤣🤣
Btw pindah rmh atau masuk rmh baru, salam, kl muslim tiap sudut di azanin, abis itu setel murotal setiap habis magrib, biar gak di gangguin Gas.... ngono🤭🤭🤭
2023-09-01
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝘽𝙖𝙜𝙖𝙨 𝙢𝙨𝙝 𝙗𝙡𝙢 𝙣𝙜𝙚𝙝 𝙣𝙞𝙝 😱😱😱
2023-07-27
0