NovelToon NovelToon

KONTRAKAN BERHANTU [ END ]

BAB 1 - Kontrakan Berhantu

Bagas melemparkan tinju ke udara usai menandatangani kontrak kerja di salah satu pabrik gula sesuai yang ia cita-citakan selama ini.

"Aman sudah masa depanku sekarang," gumamnya.

Bagas menyempatkan diri untuk mengirim pesan singkat pada keluarganya dan kekasihnya untuk memberitahu kabar bahagia ini sebelum kemudian ia lajukan motornya untuk berkeliling desa sekitar guna mencari rumah kost atau kontrakan.

Hari kian terik saat Bagas memutuskan untuk berhenti di sebuah warung di pinggir jalan untuk makan siang.

"Pak tolong es teh jumbo satu sama nasi sotonya juga satu!"

"Iya mas."

Tak lama, pesanannya disajikan. Bagas mengucapkan terima kasih sembari bertanya, apakah ada rumah kost atau kontrakan di sekitar sini.

"Mas ini perantauan ya?" tanya bapak pemilik warung.

"Iya pak, hari ini saya diterima kerja di perusahaan gula. Jadi, sekarang saya sedang mencari rumah kost atau kontrakan untuk saya tinggali."

"Kalau mas mau, ada satu rumah di gang depan sana. Rumahnya masih bagus, sangat terawat dan murah."

"Wah cocok sekali pak, boleh deh, setelah ini saya coba kesana, terima kasih banyak pak."

"Iya sama-sama."

Usai makan, Bagas lekas bergegas menuju rumah yang diinformasikan oleh bapak pemilik warung tadi. Benar saja, ada satu rumah yang terdapat papan bertuliskan "DISEWAKAN" di depannya. Tertera juga sebuah nomer telepon untuk dihubungi. Tanpa pikir panjang, Bagas lekas mengubungi nomer tersebut. Usai membuat janji, Bagas menunggu si pemilik rumah di atas motornya.

Tak lama kemudian datang seorang lelaki paruh baya bernama pak Hasan, dialah pemilik dari rumah yang sedang disewakan ini.

"Mas Bagas ya?"

"Iya pak Hasan, saya Bagas."

"Ya-ya, yuk mari masuk, saya tunjukkan bagian dalam rumahnya!"

"Iya pak."

Pak Hasan membukakan pintu dan mempersilahkan Bagas untuk masuk. Rumah itu cukup luas untuk seorang bujang sepertinya. Ada ruang tamu dan dua kamar tidur ditambah satu dapur juga satu kamar mandi. Ada juga ruang tengah dan semua fasilitas tersedia lengkap, mulai dari kasur, sofa, televisi, kulkas hingga kompor untuk memasak.

"Barang-barang ini nanti bagaimana pak?"

"Oh.. ini pakai saja mas! dulu rencananya mau ditempati anak saya tapi ternyata, dia mendapatkan pekerjaan yang lebih menjanjikan di Surabaya, jadi sekarang saya sewakan."

"Wah, pasti mahal nih. Luas, perabotan lengkap dan masih ada halaman depan juga belakang."

Pak Hasan tertawa.

"Tidak mas, kalau mas Bagas mau, empat juta saja setahun."

"Serius pak?"

"Iya mas, itung-itung dari pada kosong nanti tambah rusak."

"Benar itu pak, yasudah saya mau. Sebentar pak, saya transfer langsung ke rekening bapak ya pembayarannya?"

"Iya mas, sekalian saya buatkan sekarang kwitansinya."

Usai melakukan proses pembayaran, pak Hasan menyerahkan sebuah kunci pada Bagas dan kemudian pamit pulang. Bagas sangat puas dengan rumah kontrakan yang di dapat. Bahkan, ia langsung membuat video room tour kontrakan baru lalu mengirimkannya di grup keluarga serta kekasihnya. Banyak yang berkomentar bahwa Bagas beruntung mendapatkan rumah kontrakan yang luas, fasilitas lengkap dengan harga yang murah.

Bagas meletakkan ponsel di nakas lalu mulai menata pakaiannya di lemari. Setelah itu, ia beranjak untuk membersihkan diri.Usai mandi, Bagas melihat kulkas yang masih kosong dan berencana membeli telur, kecap, saos, sekardus mie instan, air galon sekaligus hendak mampir ke warung tadi siang untuk membeli makan malam.

Bagas melajukan mesin motornya ke toko klontong terdekat untuk berbelanja.

"Mas orang mana ya? kok rasanya, saya belum pernah melihat."

"Oh, saya Bagas buk. Penghuni baru kontrakan pak Hasan."

"Rumah bercat hijau itu ya mas?"

"Betul buk."

"Tinggal berapa orang di sana?"

"Sementara sendiri buk karena saya masih bujang," jawab Bagas yang lekas mengundang gelak tawa.

"Baru masuk hari ini apa sudah beberapa hari?"

"Baru tadi siang."

"Berapa mas setahunnya?"

"Murah cuma empat juta."

"Jelas saja murah mas, rumah itu sudah kosong lama."

"Iya buk tapi kondisinya masih sangat terawat."

"Oh.. semoga betah ya mas!"

"Iya buk, terima kasih."

Karena belanjaannya banyak, Bagas memutuskan untuk meletakkannya di rumah dulu baru kemudian kembali melaju menuju warung makan tadi siang. Namun ternyata, warungnya sudah tidak ada. Bukan tutup, lebih tepatnya hilang karena tak meninggalkan sedikit pun bekas. Hanya ilalang setinggi lutut yang terlihat. Bagas yang merasa bingung coba berpikir sejenak.

"Apa aku salah ya? seingatku di sini lokasinya."

Kemudian, seorang bapak-bapak datang menyapa Bagas.

"Mas, ada apa kok kelihatannya bingung?"

"Oh enggak pak cuma lagi mikir aja, seingat saya, tadi siang makan soto di sini. Sekarang kok jejaknya hilang ya? bahkan hanya meninggalkan ilalang setinggi ini saja."

"Mas yakin makan di sini?"

"Yakin pak."

"Tapi.. sejauh saya tinggal, tidak pernah melihat ada warung."

"Gitu ya pak? mungkin, saya saja yang lupa lokasi tepatnya. Ohya pak, di mana lagi ya ada warung makan, saya lapar?"

"Di sana mas, agak kesana ada warung yang jual macam-macam penyetan."

"Baik pak, terima kasih. Saya pamit dulu ya!"

"Iya mas."

Usai membeli ayam dan lele penyet, Bagas lekas bergegas kembali pulang. Bagas sengaja membungkus makanannya karena berencana memakannya nanti malam.

"Alhamdulillah, selesai semua, tinggal istirahat." gumamnya.

Malam pun datang, Bagas menonton televisi sembari manyantap penyetan yang tadi ia beli. Suasana malam terasa sepi dan memang begitulah di desa. Bagas menyelesaikan agenda makannya lalu berbincang dengan kekasihnya melalui sambungan telepon. Cukup lama Bagas berbincang hingga jam menunjukkan pukul sembilan malam.

Bagas merebahkan tubuhnya di kamar dan mulai memejamkan mata. Rasanya baru sebentar ia terlelap, ia merasa ada tangan yang mengusap kakinya berulang kali. Tanpa sadar, dia menyangka itu ibunya.

"Nanti buk, Bagas masih ngantuk. Nanti Bagas bangun sendiri," ucapnya.

Namun, usapan itu masih terus ia rasakan hingga saat ia sadar bahwa kini, dia berada di kontrakan, bukan di rumah. Bagas masih menutup rapat matanya sembari coba merasakan, apakah usapan itu nyata atau kah hanya halusinasi semata. Ternyata, usapan itu masih ia rasakan, alhasil ia buka mata perlahan dan seketika itu juga dia terjingkat karna melihat sepotong tangan wanita yang tengah mengusap kakinya.

"Astaghfirulloh."

Sepotong tangan menghilang bersamaan dengan teriakan Bagas. Bagas mengusap matanya berkali-kali.

"Apa sih? halusinasi ya? kayaknya tadi ada tangan deh. Bukan kali ya? pasti karena belum baca doa nih."

Bagas mengusap wajahnya, mengerjapkan mata berkali-kali. Setelah memastikan tak ada hal ganjil di kamarnya. Lantas ia putuskan untuk membaca doa tidur dan kemudian memejamkan mata. Beruntung kali ini tak ada gangguan lagi hingga pagi.

😊 BAB 1 SELESAI 😊

BAB 2 - Kontrakan Berhantu

Hari pertama Bagas bekerja bisa dibilang lancar. Semua pegawai bersikap ramah padanya. Teman-teman satu timnya di divisi Finance pun terlihat sangat solid. Tak butuh waktu lama bagi Bagas untuk membaur dan akrab terlebih, staf keuangan masih bujang sepertinya, Andre namanya.

"Gas, ke kantin yuk! makan, ngopi sekalian ngrokoknya!" ajak Andre saat jam istirahat tiba.

"Ayo!"

"Kamu tinggal di mana Gas kok gak ada di mess?" tanya Andre di sela-sela agenda makan siang mereka.

"Saya ngontrak di desa Gatra."

"Kenapa ngontrak kalau ada yang gratisan?"

"Gak apa-apa, lebih bebas dan nyaman saja. Enak juga kalau misal ada keluarga yang datang berkunjung, bisa menginap di kontrakan."

"Iya sih, kapan-kapan deh, aku ke kontrakanmu."

"Boleh, nginep juga boleh. Kontrakanku lumayan gede Dre. Ada dua kamar dan aku tinggal masuk, semua fasilitas sudah tersedia."

"Enak banget ya?"

"Rejeki ini namanya, harganya cuma empat juta loh setahun."

"Serius?"

"Serius."

"Untung banyak kamu."

Bagas tertawa ,"iya."

Pulang kerja, Bagas mampir untuk membeli beras dan mampir ke warung di dekat pabrik untuk membeli makanan. Sesampainya di rumah, Bagas lekas membersihkan diri dan kemudian makan. Usai makan, terdengar suara ketukan disertai ucapan salam. Bagas lekas bergegas membukakan pintu dan terlihatlah seorang bapak-bapak di depan pintu rumahnya.

"Waalaikumsalam pak, ada apa ya?"

"Mas, di rumah saya ada acara tahlil 1000 hari almarhumah ibu saya ba'da isya nanti. Kalau mas tidak keberatan, monggo turut hadir!"

"Oh iya pak, nanti saya kesana!"

"Mas siapa ya namanya?"

"Saya Bagas pak."

"Emm, saya Yani. Baiklah kalau begitu, saya pulang dulu!"

"Iya pak Yani, terima kasih."

"Iya mas."

Bagas kembali menutup pintu usai pak Yani berbalik, berjalan kembali pulang ke rumahnya.

"Tahu gitu gak usah beli makan, kenapa gak dari kemarin sih ngundang tahlilnya? kan lumayan hemat uang makan," gumam Bagas diiringi cekikikan.

Seperti yang telah dijanjikan. Bagas menghadiri acara tahlil di rumah pak Yani. Banyak pasang mata menatapnya dan kemudian mulai menanyainya serta mengajaknya berkenalan. Acara tahlil berjalan dengan hikmat hingga tiba saat ramah tamah. Nasi rawon dibagikan, semua warga makan dengan lahap sembari saling bercengkeramah hangat.

"Gimana mas, betah gak tinggal di desa sepi seperti ini?" tanya salah seorang warga.

"Dibetah-betahin pak, sudah cita-cita saya kerja di pabrik gula."

"Ngomong-ngomong ada apa aja di rumah kontrakan pak Hasan?"

"Ada apa maksudnya? oh, ada perabotan lengkap pak."

Jawaban Bagas lekas mengundang gelak tawa.

"Bisa aja nih mas Bagas."

Bagas yang menganggap pertanyaan itu sebagai candaan pun ikut tertawa.

Di rumah, Bagas menyalakan televisi sembari memainkan smartphonenya. Bagas tampak sibuk bermain game saat terdengar suara benda terjatuh.

"Apa tuh? suaranya dari dapur."

Bagas bangkit lalu berjalan menuju dapur. Namun tak ada satu pun barang yang berserakan di lantai. Semua tertata rapi di tempatnya. Kemudian, ia dengar lagi suara benda jatuh dari ruang tamu. Bagas kembali bergegas untuk memeriksanya. Lagi-lagi tak ada apa pun yang mencurigakan. Suara ketiga terdengar dari ruang tengah, dengan langkah ragu, Bagas kembali memeriksa. Ternyata, di sini pun sama, tak ada benda jatuh satu pun. Bagas merasa keheranan lalu memutuskan untuk mematikan televisi dan tidur lebih awal.

Dalam tidurnya, Bagas bermimpi. Ia melihat seorang perempuan duduk menghadap jendela di ruang tamu kontrakannya. Awalnya, Bagas hanya diam memperhatikan. Namun, lama-kelamaan, rasa penasaran kian tak terbendung. Bagas memberanikan diri untuk mendekat dan kemudian menyapa.

"Mbak.. mbak.. mbak ini siapa ya, kok malam-malam ada di kontrakan saya?"

Perempuan itu masih diam tak menjawab. Alhasil, Bagas kembali menanyainya untuk yang kedua kali.

"Mbak ini siapa ya?"

Untuk sesaat, perempuan itu diam namun kemudian ia palingkan wajahnya. Seketika Bagas terkejut hingga tubuhnya terhuyung jatuh melihat wajah perempuan itu yang hancur. Terdapat banyak luka sayatan dan darah segar. Seketika itu juga, Bagas terbangun dari mimpinya dengan kondisi napas tersengal.

"Ya Alloh mimpi apaan sih tadi? serem amat."

Bagas berusaha menormalkan deru napas lalu menenggak air mineral di nakas yang lekas ia muntahkan karena ternyata terdapat seekor cicak yang tengah berendam di gelas minumannya.

"Sial, cicak sialan!" umpat Bagas.

Terpaksa, Bagas berjalan menuju dapur untuk mengambil gelas baru dan air minum. Saat itulah ia merasa seolah ada seseorang di belakangnya. Namun ketika ia berbalik, tak ada seorang pun di sana.

"Halusinasi," gumamnya.

Bagas kembali berjalan memasuki kamar. Kali ini, ia tak lupa membaca doa sebelum memejamkan mata. Tidurnya cukup nyenyak hingga ia merasa seperti ada yang mengoyang ranjangnya. Bagas meraba pinggiran ranjang, coba memastikan apa yang ia rasakan.

"Gempa ya? wah iya gempa."

Seketika Bagas terjingkat karena menganggap telah terjadi gempa. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Tak ada satu barang pun yang bergeser dari tempatnya dan ranjangnya terlihat diam tak bergerak.

"Aneh, parah nih, kayaknya, aku perlu ke dokter deh. Halusinasiku makin parah."

Bagas kembali merebahkan tubuhnya dan mencoba untuk tidur. Dalam tidurnya, lamat-lamat ia merasa seolah ada yang tengah memperhatikannya. Bagas mencoba mengabaikannya karena ngantuk yang tak tertahan. Namun, perasaan itu tak kunjung menghilang. Akhirnya, ia putuskan untuk membuka mata dan sekali lagi dia dibuat terkejut. Ada wajah seorang wanita yang menatapnya tepat di depan wajah. Seketika Bagas beringsut mundur hingga dirinya terjatuh dari ranjang.

"Allohu Akbar Allohhu Akbar"

Terdengar suara adzan subuh berkumandang. Wajah wanita itu pun telah menghilang dan tinggallah Bagas yang meringkuk di lantai kamar sekarang.

Setelah kondisinya tenang, Bagas beranjak ke kamar mandi lalu menunaikan solat subuh, lanjut merebus mie instan untuk sarapan. Bagas memikirkan kembali kejadian yang tadi ia alami. Bagas masih percaya bahwa apa yang ia lihat adalah halusinasi semata meski sudut hatinya yang lain berkata bukan. Wajar saja Bagas beranggapan begitu karena memang dia tergolong orang yang rasional. Hampir sepanjang hidupnya tak pernah melihat penampakan makhluk astral. Begitu pun dengan sekarang, otaknya berusaha keras mengelak. Ia menganggap, apa yang ia lihat adalah hasil dari rasa lelah.

"Nanti malam, aku harus tidur lebih awal dan tidak boleh lupa membaca doa. Sepertinya, tubuhku kurang istirahat jadi memunculkan hal-hal aneh di luar nalar," ucap Bagas sembari menguyah mie instan.

Usai makan, Bagas mengganti pakaian, bersiap untuk bekerja. Sekitar pukul setengah delapan, Bagas telah siap, ransel ia tautkan di punggung dan tak lupa mengunci pintu kontrakan sebelum kemudian melajukan motornya menuju pabrik tempat ia bekerja.

🤗 BAB 2 SELESAI 🤗

BAB 3 - Kontrakan Berhantu

Hari kedua Bagas bekerja, terdapat banyak tugas yang harus ia kerjakan namun, semua tetap berjalan dengan lancar. Meski sedikit kerepotan tapi Bagas cukup bisa beradaptasi dengan cepat.

"Gas.." panggil Andre di tengah-tengah kesibukan mereka.

"Iya Ndre kenapa?"

"Aku kok jadi penasaran sama kontrakanmu. Nanti aku ikut kamu pulang ya sekalian nginep di sana?"

"Boleh, lumayan aku jadi ada temen."

"Kalau cocok sih, rencananya aku mau ikutan ngontrak sekalian. Kan lumayan tuh patungan sama kamu, masing-masing dua juta."

"Iya, yaudah nanti ikut aja! semoga cocok biar aku gak sendirian di sana."

"Oke."

***

Seperti yang telah disepakati, Andre turut ikut ke rumah kontrakan Bagas dan benar saja, Andre langsung suka.

"Ini sih bener-bener kejatuhan durian runtuh namanya."

"Kan udah kubilang, rumahnya luas dan fasilitasnya lengkap."

"Mana rekeningmu Gas, aku transfer sekarang dua jutanya?"

"Yakin nih? gak mau nyoba nginep sehari dulu baru ambil keputusan?"

"Yakin, ini sih bener-bener kayak rumah sendiri. Nyamanlah pokoknya."

"Yaudah, ini nomer rekeningku."

"Oke tunggu sebentar!"

"Udah Gas, coba kamu cek!" pinta Andre kemudian.

Bagas meraih ponselnya lalu mengecek saldo melalui mobile bankingnya.

"Oke sudah masuk, makasih ya! Ohya, karena kamu sudah resmi tinggal di sini juga, mau makan atau minum langsung ambil sendiri ya gk perlu aku suguhin!"

"Eh sialan!'

Bagas dan Andre pun tertawa bersama.

***

Selepas maghrib, Andre mengajak Bagas untuk mencari makan di warung bebek langganannya yang lekas Bagas setujui.

"Disini, cuma ada bebek dan ayam goreng doang Gas dan yang paling juara bebeknya."

"Oke deh aku pesen bebek aja."

"Mantap, buk nasi bebek dua ya!"

"Iya mas."

"Eh, di rumah ada beras. Gimana kalau pesen lauk aja. Es juga bikin di rumah. Tinggal beli teh terus taruh kulkas."

"Hemm boleh deh. Buk maaf gak jadi pakai nasi. Dua bebek goreng aja ya dibungkus!"

"Iya mas."

***

Sesampainya di rumah, Bagas bergegas memasak nasi. Sedangkan Andre membuat es teh manis.

"Besok beli plastik es deh Gas, bisa bikin es batu sendiri di rumah."

"Boleh, sekalian nanti kalau berasku habis. Gantian kamu yang beli."

"Beres."

Bagas dan Andre memilih untuk menonton televisi di ruang tengah sembari menunggu nasi matang. Tak lama kemudian bunyi "klik" terdengar yang artinya nasi telah siap dihidangkan.

"Makan-makan," ucap Andre sembari berjalan mengambil piring dan nasi di dapur yang lekas diikuti Bagas dari belakang.

"Wah bener, enak ini, enak sekali," ujar Bagas sembari menyuapkan nasi beserta potongan daging bebek ke mulutnya.

"Apa kubilang? sudah jadi langgananku sejak pertama kerja di pabrik."

"Mantap."

"Besok sepulang kerja, temani aku ke mess buat ambil barang-barang ya Gas! sekalian izin ke pak Yahya kalau aku gak tinggal di mess lagi."

"Oke."

"Kamar yang satu ini jatahku ya? Males banget tidur bareng kamu."

"Iya-iya, siapa juga yang berharap tidur sama situ."

Sekitar pukul sembilan malam, Bagas dan Andre beranjak ke kamar masing-masing untuk tidur. Malam hari ini terasa sangat tenang. Bagas bisa tidur dengan nyenyak. Terlebih, dia sudah tidak sendirian. Lain Bagas, lain lagi Andre. Entah pukul berapa, Andre mendengar pintu depan diketuk berkali-kali. Karena tidak berani membukanya sendiri, lantas Andre membangunkan Bagas.

"Ada apa sih Ndre? gangguin orang tidur aja. Jangan bilang, kamu minta ditemani kencing!"

"Eh.. enggaklah! denger tuh ada yang lagi ngetuk pintu."

"Lah terus, kenapa gak dibuka?"

"Takut begal."

"Ya masak begal nyamperin ke rumah?"

"Maling Gas atau jangan-jangan itu pak RT yang nyangkain kita lagi melakukan perbuatan tidak senonoh."

"Gila! otakmu tuh ya. Udah ayo kita buka!"

Saat Bagas membuka kunci pintu, suara ketukan seketika berhenti dan saat pintu dibuka, tak ada siapa pun di luar rumah. Bagas dan Andre celingukan lalu terdengar suara pintu dapur yang gantian di ketuk.

"Loh, suaranya dari sana Gas. Orangnya pindah ke belakang kayaknya."

"Yaudah, ayo kita ke sana!"

Bagas mengunci pintu depan dan bergegas menuju dapur. Suara ketukan masih terdengar jelas namun saat pintu dibuka, lagi-lagi tidak ada orang.

"Loh, kok gak ada sih?" tanya Andre bingung.

"Mungkin orangnya udah pergi karena kita kelamaan bukanya."

"Tapi kok cepet banget, masak iya dia lari?"

"Iseng doang kalau gitu. Udah lah tidur lagi! ngantuk."

Bagas mengunci pintu dapur dan kembali masuk kamar untuk tidur, begitu pun dengan Andre.

Keesokan harinya, Andre bercerita kalau semalam ia merasa seperti ada yang mengusap kakinya. Namun karena ia sudah terlampau ngantuk, akhirnya, ia abaikan.

"Ah itu sih paling gara-gara kamu lagi mimpi jorok ya?"

"Enggak, enak aja."

Meski Bagas menanggapinya dengan candaan namun jauh di dalam hatinya mulai merasakan keanehan. Apa yang Andre alami sama persis seperti yang ia alami sewaktu pertama kali menempati rumah kontrakan tersebut. Perlahan, Bagas mulai menarik benang merah dari serangkaian hal ganjil yang selama ini turut ia abaikan, termasuk ketukan pintu semalam. Entah kenapa, Bagas mulai merasa bahwa itu bukanlah hal iseng yang dilakukan manusia.

Sore hari sepulang bekerja, Bagas menemani Andre untuk izin ke pak Yahya selalu penanggungjawab mess karyawan lalu dilanjutkan dengan mengemasi barang-barang Andre di mess. Rumah mess tergolong cukup besar dan tiap karyawan diberikan satu kamar. Ada ruang tengah, beberapa kamar mandi dan satu dapur.

"Bukannya di sini juga luas Ndre, kenapa milih pindah?" tanya Bagas.

"Terlalu ramai, kayak kost-an mahasiswa."

Bagas tertawa,"Benar juga."

Setelah mengembalikan kunci kamar. Andre dan Bagas berpamitan pada pak Yahya lalu bergegas kembali ke rumah kontrakan.

Ketika Bagas melewati lokasi warung soto tempat ia makan saat mencari kontrakan dulu, tiba-tiba rasa penasaran kembali datang. Bagas memperhatikan lokasi warung yang masih tak berubah. Hanya ada ilalang setinggi lutut di sana. Ternyata, tingkah Bagas memancing rasa penasaran Andre yang lekas menanyainya ketikan mereka sampai di rumah kontrakan.

"Kamu tadi ngliatin apa sih di pinggir jalan?"

"Oh itu, rasanya dulu ada warung soto di situ. Aku sempat makan di sana dan bahkan bapak si pemilik warung itu juga yang menunjukkanku kontrakan murah ini tapi pas aku ke sana lagi malah hilang tak berbekas."

"Itu namanya hilang digrebeg satpol PP Gas."

"Masak iya?"

"Iyalah."

"Lah kenapa warung bebek langgananmu enggak?"

"Itu karena rasa bebeknya enak, makanya gak digrebeg. Malah satpol PP nya ketagihan makan di sana."

"Konyol."

"Eh.. gak percaya?"

"Terserah," jawab Bagas sembari melenggang menuju kamar mandi.

😎 BAB TIGA SELESAI 😎

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!