Happy Reading semuaaa..
Yang mau kasih saran boleh kok..
Aku tunggu❤❤
🌸
🌸
Setelah tiba dirumah Hana memilih duluan untuk mandi karena merasa tidak nyaman setelah tadi berkeringat.
"Pak, Hana mandi duluan!" Ucapnya yang di angguki Farzan.
Pria itu langsung duduk di kursi kerjanya yang dekat dengan jendela besar dikamarnya.
Sinar senja hari ini sangat indah, seindah melihat Hanannia.
Farzan membuka leptopnya dan berkutat dengan beberapa map yang ada disana.
Sampai Hana selesai mandi pun Farzan tidak menyadarinya.
Setelah mengeringkan rambutnya, Hana segera memakai hijab instannya dan kembali menyimpan handuknya.
Saat melirik Farzan yang sangat fokus di meja kerjanya, Hana pun keluar kamar dan turun kelantai satu. Bahkan Farzan pun masih belum menyadari itu.
Hana membuka pintu lemari es yang ada di dapur, melihat isinya yang terlihat penuh. Hana mengambil minuman instan greentea lalu mengambil gelas yang tak jauh dari sana.
Hana menyeduhkan hot greentea untuk Farzan, lalu Hana juga membuka bungkusan cookies dan meletakannya diatas piring.
Hana pun membawa keduanya dalam satu nampan dan berjalan kembali ke kamarnya, Hana meletakan nampan itu dimeja Farzan yang membuat pria itu terkejut.
"Hana!" Ucap pria itu yang masih terkejut. "Kapan selesainya?" Lanjut Farzan lalu matanya melirik jam, "Astagfirullah!" Farzan mengusap wajahnya kasar.
Jika sudah fokus seperti ini Farzan selalu lupa dengan waktu.
"Sholat Ashar dulu Pak!" Sahut Hana yang duduk di tepi ranjang.
Farzan mengangguk, "Kamu udah?" Tanya nya pada Hana.
Hana menggeleng, "Lagi halangan." Jawab Hana pelan namun masih terdengar. Mungkin Hana masih malu bicara terang terangan padanya.
"Ohh.. Ya sudah!" Farzan pun berdiri lalu masuk ke kamar mandi, sekalian mandi juga.
Hana melihat meja kerja Farzan yang banyak sekali kertas kertas yang tidak dia mengerti, lalu Hana pun duduk di kursi meja belajarnya.
Membuka tas dan mengeluarkan buku hari ini untuk di ganti besok, kecuali buku pelajaran Bu Ai tadi karena Hana tidak lupa dengan janjinya.
Ceklek..
Terdengar pintu kamar mandi terbuka dan Farzan sudah selesai mandi, Hana melihat setiap gerak gerik Farzan dari ekor matanya.
Farzan mengambil sarung dan sejadah tak lupa dengan pecinya, menggelarkan sejadah lalu melaksanakan sholat ashar.
Hati Hana tersentuh melihat pemandangan indah diruangan ini, Hana kembali fokus pada buku untuk dimasukan kedalam tas nya.
Tak selang lama Farzan selesai sholat dan berdo'a, lalu kembali menyimpan alat sholatnya di rak.
Farzan kembali duduk di kursi kerjanya, "Makasih buat ini!" Ucap Farzan sambil mengangkat gelas lalu meminumnya.
"Hemm, iya sama sama!" Jawab Hana.
Hana bingung harus melakukan apa sekarang, jika masih dirumahnya dirinya pasti sudah rebahan di kasur sambil menunggu maghrib.
Tapi, sekarang mana mungkin Hana melakukan hal seperti itu di depan Farzan.
Hah...
Hana menghela nafasnya lalu berjalan menuju pintu balkon yang juga dari kaca.
Hana menggeser pintunya sedikit lalu keluar, udara sore hari ini tidak begitu buruk.
Hana kembali memikirkan tentang statusnya sekarang. Banyak hal yang akan dibatasi olehnya mulai sekarang, sikap, kebiasaan, mungkin waktu remajanya pun akan terbatas.
Hana memandang lurus kedepan dengan tatapan kosong, Farzan menutup leptopnya lalu menghampiri Hana yang masih diam.
"Hana?" Panggil Farzan pelan, Farzan tau Hana sedang melamun.
Apa semua ini salah?
Apa dirinya telah merebut kebahagiaan Hana?
Farzan tidak tau, ini semua sudah terjadi Farzan tidak suka dengan perpisahan atau perceraian.
Tapi pernikahan tanpa Cinta rasanya hampa.
"Eh! Pak Farzan!" Terlihat Hana sangat terkejut dari reaksi tubuhnya.
"Ada apa?" Tanya Farzan berdiri yang agak berjarak dengan Hana.
Farzan masih tetap menghargai Hana, Farzan pun berusaha agar memperlakukan Hana dengan baik.
"Eh, maksudnya Pak?" Hana terlihat bingung.
"Ah, tidak! Jika ada sesuatu kamu bisa cerita pada saya atau berdiskusikan dengan saya.. Jangan sungkan!" Terang Farzan yang membuat Hana semakin bingung.
"Ehmm, Aku gak papa kok Pak! Bapa gak usah khawatir." Sahut Hana yang kini memandang Farzan disampingnya.
Melihat Farzan dari segi manapun Hana tidak berbohong, memang benar Farzan terlihat tampan dan terlihat bercahaya. Siapa pun pasti akan bahagia jika bersanding dengan Farzan dan jika itu dengan cinta.
Namun, Hana masih belum memiliki rasa apapun untuk pria yang ada didepannya ini. Namun Hana tetap menghargai yang dilakukan Farzan padanya.
Farzan juga memenuhi kehidupannya, memberi nafkah lahirnya dan tentu belum dengan batin.
Farzan memberikannya satu kartu gold yang unlimited serta tanpa batas itu dan sekarang menjadi penghuni dompetnya.
Lalu, Farzan pun tidak membicarakan larangan apapun padanya atau tugasnya yang sekarang menjadi seorang istri.
Dan ya, Hana tau diri dengan statusnya yang sekarang sudah mengubah kehidupannya yang dulu.
"Ya sudah, yu kita masuk! Anginnya mulai kenceng." Ajak Farzan lalu membiarkan Hana masuk terlebih dahulu. Farzan pun menutup kembali pintu balkonnya.
"Pa! Kerjaannya udah selesai?" Tanya Hana yang duduk di tepi ranjang.
Farzan mengangguk dan membereskan berkasnya, "Hmm, biar nanti saja! Pusing soalnya."
"Emang gak ada asisten gitu Pa?"
Farza kembali mengangguk, "Ada kok! Cuma dia juga sama sibuk.. Kasian kalo ditambahin lagi kerjaannya."
"Terus, Bapa juga kan jadi banyak kerjaannya?" Kaki Hana sudah naik ke atas kasur dan bersila. Farzan duduk dikursi kerjanya sambil meletakan berkas pentingnya.
"Iya! Resiko.." Jawab Farzan.
"Terus kenapa Bapa ngajar disekolah?" Ternyata Hana cukup banyak bicara, Farzan menjadi tau satu sisi dari Hana.
"Hemm, karena memang kamauan saya ingin menjadi guru olahraga, namun itu akan sulit-" Farzan selesai membereskan lalu berjalan menghampiri Hana dan duduk di kasur juga.
"Kenapa?" Tanya Hana yang entah kenapa menjadi penasaran.
"Kamu juga tau kan Papa selalu membicarakan bisnisnya?" Hana mengangguk, "Dan itu tidak mungkin orang lain yang memegang semuanya, makanya Papa menyuruh saya untuk bertanggung jawab semuanya.. Dan tentang yang kamu tanyakan-" Farzan menghela nafasnya sebentar, "Ini juga termasuk salah satu alasan kenapa sekarang saya berada didepan kamu, syarat agar bisa mengajar dan menjadi guru olahraga adalah pernikahan.." Hana terkejut matanya membulat.
"Maaf! Dan Papa mengizinkan saya namun hanya sebagai guru magang dan- menikahimu.. Sebenarnya dari awal saya sudah tau kamu karena itu rencana kedua orangtua kita, tapi. Saya tidak bisa melakukan apapun karena keinginan saya menjadi guru walau magang bisa saya lakukan."
Farzan memandang wajah Hana yang matanya sudah berkaca kaca, Farzan tau pernikahan ini sangat menyakitkan untuk Hana, Farzan juga tidak bisa melakukan apapun.
"Aqila Hanannia Darma.. Saya Farzan Abqari Mahardika-" Hana meneteskan air matanya. "Maaf sebesar besarnya dengan semua yang sudah terjadi! Saya akan belajar pelan pelan dan memperlakukanmu dengan baik.. Mari belajar bersama? Jika suatu saat nanti ada hal yang tidak disangka, saya mohon bicarakan dengan saya baik baik?"
Hana tidak bisa menahan air matanya yang terus keluar, membuat pandangannya buram melihat Farzan. Gadis ini hanya diam dan hanya sesegukan kedua tangannya saling bertautan menyalurkan rasa yang ada dalam hatinya.
TBC.
.
.
.
.
Jeng... Jeng..
Distop mendadak, haha
Maaf ya...
.
.
Lanjut di episode selanjutnya..
Tunggu ya..
.
.
Jangan lupa vota dan juga follow akunnya juga ya..
Sama sama saling menghargai 😘😘
.
.
Terimakasih sebelumnya..
.
.
Oke komen sebanyaknya gimana episode ini??
Deg degan?
Gak nyangka??
Benci??
Memaafkan??
Atau apa??
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments