Happy Reading
.
.
.
.
Setelah proses akad nikah yang sangat menguras tenaga, Aula hotel yang sudah di booking oleh keluarga Mahardika disulap menjadi semewah ini.
Hana masih berharap ini adalah mimpi dan saat terbangun nanti hal ini tidak terjadi.
Namun sayang.. Setiap sentuhan orang yang memberikan selamat untuknya itu sangat terasa nyata.
Hari mulai gelap dan acara selesai, semua tamu dan keluarga sudah banyak yang meninggalkan tempat ini, kecuali keluarga jauh yang memilih menginap di kamar hotel ini.
"Mau ke atas sekarang?" Tanya Farzan.
Hana tersadar dari lamunan yang entah kemana, Hana menoleh pada Farzan guru magang olahraga disekolahnya sekarang menjadi suaminya.
"Hmm.." Hana mengangguk.
Farzan berdiri mengulurkan tangannya membantu Hana berdiri.
"Bun, Yah, Bu, Pah! Aku sama Hana pamit duluan ya.." Pamit Farzan pada orang tua mereka.
"Ya sudah.. Hana juga kelihatan sudah capek." Sahut Bunda. Hana hanya mengangguk sambik tersenyum tipis.
"Ya udah hati hati jalannya!" Timbal Dinda.
Farzan dan Hana mengangguk lalu mulai berjalan menuju lift khusus yang hanya tertuju pada kamar hotelnya.
Hana melepaskan tangannya yang di genggam oleh Farzan saat sudah didalam lift.
"Aku bisa sendiri." Ketus Hana.
Farzan melihat lengannya yang mengenaskan karena genggamannya menjadi hampa.
Hana merasa sakit di bagian tumit kakinya karena mengenakan sepatu hak tinggi, gadis itu berusaha menggapai kakinya namun sulit.
"Ishhh...!" Kesal gadis itu.
Farzan tanpa kata langsung berbungkuk dan memegang kaki Hana.
"Ehh.. Ehh.. Mau Ngapain?" Gadis itu mundur otomatis.
Farzan memegang kaki Hana sedikit kuat membuat gadis ini yang sekarang sudah sah menjadi istrinya meringis.
"Akhh!"
Farzan melepaskan sepatu hak Hana satu persatu, sehingga kaki cantiknya bisa bernapas lega.
"Makasih!" Ucap Hana pelan datar tanpa intonasi.
Ting..
Bertepatan itu pintu lift terbuka dan langsung terlihat hanya ada satu pintu disana.
Farzan menghela nafasnya kasar melihat istri didepannya yang kesulitan berjalan namun karena Hana itu keras kepala tidak membiarkan membantunya.
Farzan berjalan cepat agar mensejajarkan dengan Hana, "Biar aku bantu!" Tanpa persetujuan Farzan pun memegang tangan Hana.
Ck..
Hana hanya mencebik karena tidak ingin berdebat.
Setelah tiba di depan pintu, Farzan pun menekan tombol pasword dan pintu pun terbuka mereka berdua masuk.
Ruangan yang lumayan besar dan mewah, Hana tidak habis pikir kenapa keluarga Mahardika menghamburkan uang mereka seperti ini.
Ck.. Ck..
Ruangan yang sangat luas ini hanya untuk dinikmati satu malam saja? Benar benar sia sia..
Hana melangkah lebih dulu lalu duduk di tepi ranjang, Farzan pun mengikutinya.
"Mau ngapain?" Ketus Hana.
Sumpah, mood Hana sedang benar benar buruk, kecewa, sakit hati, bercampur aduk dalam dirinya.
Farzan hanya diam dan mulai berjongkok di depan Hana, gadis itu terlihat tegang dan gugup, "H-hei.. Pak guru ngapain?" Wajah datar Farzan tidak bisa Hana tebak jika pria itu akan melakukan apa.
Namun, Hana terkejut saat kakinya terangkat, "Eh.. Ehh!" Farzan sedang memeriksan pergelangan kakinya dan hanya ada luka lecet disana.
"Hei.. Gak usah! Aku bisa sendiri." Ucap Hana saat Farzan membawa kotak p3k yang tersedia di kamar hotel ini.
Tapi, lagi lagi Farzan hanya diam dan melakukan tugasnya yang sekarang sebagai suami seorang gadis bernama Aqila Hanannia Darma, untuk saat ini gadis.. Mungkin suatu saat nanti beda lagi.
Hana hanya menghela nafas dan membiarkan apa yang Farzan lakukan.
Farzan berdiri dan kembali menyimpan kotak p3k ke tempat semula, luka lecet Hana sudah di obati dan itu sedikit perih di rasakan Hana karena Farzan mengolesi betadin di lukanya.
"Hmmm.. Makasih!" Ucap Hana saat Farzan kembali. Ya setidaknya menghargai apa yang sudah gurunya itu lakukan.
"Aku mandi duluan!" Hana berjalan cepat menuju kamar mandi dan mengunci dirinya tanpa menunggu jawaban dari Farzan.
Farzan hanya memandang pintu kamar mandi yang tertutup lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Sama halnya, Farzan pun merasa tidak menyangka akan menikah dengan muridnya sendiri, meskipun Hana dibilang sudah cukup umur tapi tetap saja.
Farzan menutup matanya, kepalanya sangat berat dan pusing memikirkan apa yang harus dia lakukan ke depannya.
.
.
.
30 menit berlalu bahkan Farzan hampir saja ketiduran sebelum membersihkan tubuhnya, namun pintu kamar mandi itu masih tertutup rapat.
Farzan bangun dan berjalan menuju pintu kamar mandi.
Tok.. Tok..
"Hana!! Apa tidak terjadi sesuatu?" Farzan sempat memikirkan sesuatu jika saja gadis itu tak berteriak.
"ENGGA!!"
Hah..
Farzan bingung kenapa wanita selalu betah di dalam kamar mandi bahkan sampai berjam jam.
Ceklek...
Tak lama dari itu Hana keluar dengan sudah mengenakan baju piama yang disediakan oleh hotel ini.
Hana cukup kagum dengan fasilitas di kamar hotel ini, bahkan alasan dirinya lama di kamar mandi karena terlalu betah dan bagus membuatnya nyaman berendam.
Hana melewati Farzan begitu saja setelah keluar kamar mandi.
Jantungnya berdegup kencang, pikirannya sudah kusut seperti bola benang.
Terus setelah ini ngapain sama Pak guru pelit itu? Aghhh.. Gak bisa! Gak boleh! Aku masih belum siap lepas keperawanan.. Apa harus pura pura tidur?? Ahh gak bisa bohong ..
Hana bolak balik dengan gelisah setelah Farzan masuk ke kamar mandi, tidak pernah terbayangkan untuk malam pertama bersama Farzan guru olahraganya. Untuk menikah bersamanya saja tidak terbayangkan apa lagi ini? Melepas perawannya.
Tidak..
Jangan dulu..
Engga boleh..
"Aaarrgghhhhh.....!"
"Ngapain?"
Deg..
Hana menoleh, matanya membulat saat melihat penampilan Farzan keluar dari kamar mandi.
Rambutnya basah, kaos putih yang mencetak tubuhnya karena terlalu pas dan jangan lupakan celana pendeknya yang memperlihatkan bulu halus dibagian kakinya.
"Hei..!" Farzan menatap mata gadis itu.
Hana menelan ludah nya susah payah, dan mengerjap beberapa kali menepuk pipinya pelan.
"Kenapa kamu?" Tanya Farzan yang memang sedikit khawatir, jika Hana kenapa kenapa.
"Ehh.. Eng-gak gak papa!" Hana menjawab dengan gugup dan berjalan mundur perlahan.
Farzan heran dengan murid yang sudah menjadi istrinya, namun Farzan abaikan saja dan memilih mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.
Tak tau saja sedari tadi Hana susah untuk menelan air liur nya sendiri.
Hah.. Astaga..
TBC.
.
.
.
.
.
.
.
.
Gimana part 2 nya?
Mau bilang apa sama Farzan atau Hana?
Masih belum ada Part yang ++ ya, sabar hahha..
Pisualnya belum dapet yg cocok nih, ada solusi gak dari kalian??
Komen dong sebanyak mungkin disini 👉
Okray..
Sampe ketemu di part selanjutnya..
Salam sehat selalu 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
nata de coco
sukaaaa (。・ω・。)ノ♡
2022-02-03
0
Elizabeth Zulfa
masih mengikuti..
2022-01-05
0
Siti maesaroh Saroh
mantap lanjut
2021-11-01
0